Iklan Tebuireng.Online

Cerpen

Nenek Ma’rifah (2)

Oleh: Samsul Mubahsri* “Ja-diii, Kakek, seorang Pejuang?!” tanya Basri menyela Ayah bercerita. “Waktu itu namanya masih Pasukan Hizbullah.” Jawab Ayah dengan menyandarkan kepalanya di kursi rotan yang sudah rapuh termakan usia. Suara  di balik punggungnya terdengar...

Memetik Rindu di Rambut Putihmu

Oleh: Rara Zarary* Pada tubuhmu yang tunduk layu, matamu yang tak mampu melihat panorama, telingamu yang sudah ditenggelamkan bising dan pesta pora jalanan desa, kakimu yang mulai lelah melalui waktu, dan pada tangamu yang masih...

Putra Langit (2)

Oleh: Luluatul Mabruroh* Kau tentu bertanya-tanya mengapa lukisan yang kubuat di pantai tadi tampak seperti matahari yang pecah pada sisi kirinya. Tentu ada sebab, mengapa harus kulukis matahari yang demikian adanya. Ada hal-hal yang tampak tabu...

Seribu Kata untuk Si Batang Gondrong

Oleh: Umdatul Fadhilah* Seperti biasa, siang ini sepulang sekolah aku menemani ayah pergi ke hutan lebat di seberang desa tempatku berteduh, untuk menebang pohon besar lalu dijual oleh ayah yang hasilnya sebagai keperluan kami sekeluarga sehari-hari. Aku sangat...

Perempuan di Bawah Rembulan

Oleh: Wan Nurlaila* Suasana malam ini sangat menusuk tulang gadis cantik bernama Naira, ia sedang bersantai di depan kamarnya di lantai dua. Dia senang bermalam dan berdiam diri di luar kamar karena senang melihat cahaya...