sumber foto: www.google.com

Oleh: Luluatul Mabruroh*

Kau tentu bertanya-tanya mengapa lukisan yang kubuat di pantai tadi tampak seperti matahari yang pecah pada sisi kirinya. Tentu ada sebab, mengapa harus kulukis matahari yang demikian adanya.

Ada hal-hal yang tampak tabu sejak dulu. Satu hal yang tidak disadari oleh banyak orang, ketidaktahuan manusia ini membuat manusia angkuh selaku makhluk yang menurut pengetahuan adalah makhluk terpintar. Adanya ketidaksadaran bahwa kita tidak hidup sendiri di dunia ini membuat para manusia menelan kesombongan yang membuat sejarah tragis pada semesta.

Kau tentu tahu, Meigi Rush. Manusia adalah hewan yang memiliki kesombongan. Dia lebih berakal, cerdas dan mempunyai daya cipta daripada makhluk lainnya. Tetapi belum tentu manusia merupakan makhluk Tuhan yang paling cerdas, mampu dan hebat, siapa tahu?

Ada dimensi lain yang tak bis akita raba, dimensi ilmu Tuhan yang tak terjangkau luasnya tentang makhluk lain selain manusia. Orang-orang dari langit yang turun ke bumi. Lalu kembali ke langit lagi. Orang-orang yang tinggal dibalik matahari. Semua ini jelas bukan tahayul. Pada kitab kematian, Ramayana, Zabur, injil dan Al-Qur’an pun berkata demikian.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Al-kisah, Henokh adalah seorang Nabi. Ia seorang yang sholeh dan baik. Sebelum 1776 tidak seorang pun yang tau kalau ia memiliki rahasia. Ketika itu pelaut Scotlandia bernama Bruce menemukan sebuah naskah mengenai rahasia Henokh. Naskah itu, ditemukan di habasyah. Seratus tahun setelah itu, ditemukan naskah lain mengenai rahasia Henokh di Yugoslavia.

Pada bagian 17 sampai 36 kitab Henokh, ia berbicara mengenai perjalanannya ke dunia lain. Ia menggambarkan planet, perputaran matahari, bulan, dan bumi yang anehnya ia berbicara tentang garis edar planet yang bukan lingkaran.

Pada bagian ke-14, Henokh mengatakan, “Aku dimasukkan ke langit melalui dinding kristal yang dikelilingi oleh percikan api. Aku masuk ke dalam benda besar dan bercahaya, kemudian naik ke langit.”

Meigi Rush.

Perlu kamu ketahui, Henokh tidak mati, tetapi naik ke langit dan tidak kembali. Konon sebelum menghilang di langit, Henokh menasihati anaknya, Metusalah. Seperti ini: “Begitulah aku menceritakan kepadamu, anakku, semua rahasia dunia. Aku telah membukakan kepadamu segalanya. Peliharalah dan berikan kepada anak-anakmu nanti”.

Taurat juga menyebutkan, “Sesungguhnya Henokh berjalan bersama Allah. Lalu tidak ada karena Allah mengambilnya.” Artinya bahwa Tuhan mengangkatnya ke langit. Henokh ini adalah Nabi Idris yang oleh Al-Qur’an, kitab suci orang Islam disebutkan.

Sekedar hal ini yang bisa kuceritakan malam ini. Sepertinya malam telah terlelap Meigi. Mari kita akhiri sementara cerita tentang langit dan rahasianya. Tapi, sebelum itu…

Tidakkah kau ingin mengunjungi langit?

Meigi terhenyak dengan pertanyaan akhir valliant. Mengapa Valliant menanyainya demikian?

                                                            @        @        @

Valliant menatap tajam Meigi. Lalu tanpa aba-aba Valliant memeluk Meigi dengan erat. Meigi menahan napas bingung dan tidak menduga atas sikap Valliant yang tiba-tiba. Dadanya berdetak lebih cepat dari biasanya. Rasanya ia tidak ingin melepas keadaan ini begitu saja. Tapi Meigi merasa ada yang ganjil. Kenapa Valliant tiba-tiba memeluknya seakan sebentar lagi dia akan pergi. Ada apa sebenarnya?. Tidak, tidak, ini pasti dugaannya saja, ini pasti salah.

“Ada apa Valliant?” ujar Meigi saat Valliant melepas pelukannya.

“Tidak ada apa-apa,” jawaban singkat Valliant membuat Meigi enggan untuk membuka pertanyaan lagi.

“Meigi, apa kau percaya ada makhluk lain selain manusia diluar bumi?”

“Tentu saja aku percaya, bagaimana mungkin aku begitu naif dengan mengakui bahwa kemahakuasaan Tuhan hanya berhenti pada bentuk manusia?”

“Memang seharusnya begitu, tapi kadang kita melampaui dari apa yang kita miliki.”

“Tapi apa benar tentang anak-anak langit dan para penghuni yang hidup di belakang Matahari?”

Valliant terdiam dan menarik napas panjang.

“Tentu sulit bagimu untuk mempercayainya. Kadang ada banyak kebenaran terlihat tidak mungkin bagi sebagian orang,” Valliant tertunduk, lalu melanjutkan “tapi aku tidak memaksamu untuk mempercayainya.” Dengan senyum lepas Valliant mendongak menatap Meigi. Lalu tangannya menyorongkan sesuatu ke telapak tangan Meigi. Meigi menatap benda mungil ditangannnya yang dipenuhi dengan ukiran-ukiran rumit.

“Jaga benda ini baik-baik,” Valliant menepuk pipi kanan Meigi lalu beranjak meninggalkan Meigi yang bungkam terpaku. Meigi tercekat. Perasaannya ingin berteriak memanggil Valliant tapi suaranya gagal untuk keluar. Entah kenapa ia seperti tak rela Valliant pergi. Seakan Valliant akan meninggalkannya dalam jangka waktu yang lama. Dan benar saja, berminggu-minggu selanjutnya Valliant tidak lagi terlihat melukis pasir di pantai saat matahari tergantung rendah di ufuk barat. Hal itu, membuatnya sangat frustasi dan terpukul. Dan di suatu sore yang basah Meigi melihat tulisan aneh pada benda pemberian Valliant sebelum ia pergi. Meigi membelalakkan mata saat menyadari arti dari kalimat yang tertulis jelas tiba-tiba sangat menusuk kepalanya berkali-kali. Valliant benar, kebenaran kadang tak masuk akal. Peluh dingin menetes dari keningnya, dengan tergugu dan suara yang teramat pelan, Meigi membacanya.

Kunci langit di tanganmu

Aku pulang ke langit

Valliant

 

* Alumni Annuqayah Sumenep Madura.