Puskestren

Pusat Kesehatan Pesantren (Puskestren)

puskestrenPusat Kesehatan Pesantren (Puskestren) berdiri antara tahun 1987-1988 dengan nama Unit Kesehatan Pesantren (UKP). Pendirian UKP tidak lepas dari kerjasama antara pesantren Tebuireng dengan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang.

Pada awal berdiriannya, UKP belum memiliki tempat yang permanen. Gedungnya selalu berpindah-pindah. Namun pada dekade 1990-an, UKP sudah memiliki tempat khusus di sebelah timur gedung perpustakaan.

IMG_0336Para santri mendapat pelayanan pengobatan gratis dari UKP, sehingga meringankan beban pembiayaan orang tua. UKP juga melayani rawat inap dan operasi kecil.

Saat itu fasilitas UKP hanya berupa 1 ruang obat dan 1 kamar periksa. Padahal guru dan karyawan pesantren yang harus dilayani berjumlah 1500-an jiwa, dan masyarakat sekitar berjumlah 3500-an orang. Karena itu, sejak akhir tahun 2007 mulai dibangun sebuah poliklinik baru hasil kerjasama Pesantren Tebuireng dengan Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya. menteri kesehatan sat meresmikan puskestren di TebuirengPoliklinik yang diberi nama Pusat Kesehatan Pesantren (PUSKESTREN) Tebuireng tersebut, berlokasi di antara Masjid Ulil Albab dan SMA A. Wahid Hasyim. Saat buku ini ditulis, poliklinik tersebut telah dibuka untuk umum dengan tenaga perawat dan dokter khusus, diresmikan pengoprasiannya pada tanggal 9 April 2008 oleh Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari dan Konsulat Jenderal Jepang di Surabaya.

puskesten22Pada tahun 2013, sebagai bentuk kepedulian Pesantren Tebuireng melalui Puskestren, jasa boga, dan LSPT, terhadap gizi anak bangsa, mengadakan kerja sama dengan Persatuan Dokter Gizi Medis Indonesia (PDGMI) dan Persatuan Dokter Gizi Klinis Indonesia (PDGKI). Kerja sama tersebut dalam bentuk pelatihan gizi yang diikuti oleh para tenaga medis puskestren dan lembaga kesehatan lain.

IMG_5418Kerjasama itu kemudian berlanjut pada 13 Agustus 2014, PDGKI dan PDGMI diundang kembali untuk memberikan pelatihan gizi seimbang dan anemia bagi remaja untuk para tenaga medis. Tidak hanya itu, Puskestren dan LSPT, atas instruksi pengasuh mengundang 30 mahasiswa ilmu gizi dari beberapa perguruan tinggi di Jombang dan Kediri untuk mengikuti pelatihan gizi setiap dua minggu sekali. Dari 30 orang tersebut kemudian diambil 20 peserta dengan seleksi ketat, akan menjadi duta gizi di Jawa Timur. Tebuireng bermaksud menjadi inspirator pesantren lain untuk ikut peduli gizi, minimal bagi santri.