Oleh: KH. Abdul Hakim Mahfudz*
Pesantren Tebuireng, sebagaimana himnenya mencetak santri sejati. Tadi himne yang sudah dinyanyikan bersama “berilmu berbudi pekerti”. Ini kita kenapa kita tidak hanya berilmu. Kalau di sini satu mencari ilmu satu lagi juga bagaimana seseorang atau santri itu nanti harus dibangun budi pekertinya. Di sini ada Adabul Alim wal Mutaalim, bagaimana seseorang itu harus menjadi orang-orang yang beradab, budi pekertinya baik dan itu utamanya ada di Tebuireng, di mana kitab itu ditulis sendiri oleh Hadratussyaikh. Dan mudah-mudahan santri dan alumni dari Tebureng mampu untuk mrnyerap ilmu yang ditulis yang ditinggalakn oleh Hadratussyaik sehingga semuanya berbudi pekerti di samping juga berilmu.
Jadi keberhasilan kesuksesan ini memang harus kerja keras. Satu kerja keras untuk belajar, untuk mendapatkan ilmu. Ini salah satu cara untuk berhasil. Satu lagi bagaimana seseorang itu dengan berbudi pekerti yang baik. Orang yang memiliki adab yang baik itu, biasanya kalau kesuksesan itu didapat dari ilmu memang hasilnya akan terukur. Tapi ada kesuksesan itu yang didapatkan dari keberuntugan. Jadi kalau ada orang yang ilmunya baik, ilmunya cukup mendalam tetapi kadang-kadang begitu di sebelahnya ada orang atau temenya yang lebih sopan, maka akhirnya yang dipilih itu “ha ini aja yang lebih sopan”. Jadi keberuntungan itu kita bisa capai dengan bagaimana supaya berbudi pekerti.
Di sini ada setiap malam Ahad kita membaca Adabul Alim Wal Mutaalim nanti dilanjutkan lagi. Jadi itu kelihatannya sederhana tapi itu bagian daipada fondasi atau dasar untuk perjalanan hidup.
Ini saya pesankan juga kepada, khususnya kepada yang akan melanjutkan nanti di tempat lain. Ilmu-ilmu yang sudah didapat di Tebuireng ini diamalkan. Istiqomah ngajinya terutama istiqomah karena ngaji jugaperlu istiqomah sehingga yang namanya al Quran ituu menjadi bagian daripada kepribadian kalian semuanya. Nanti jangan bosan-bosan jadi di sini kita meneladani apa yang sudah ditinggalkan oleh Hadratussyaikh.
Hadratussyaikh mungkin dengan ilmunya barangkali kita bisa meneladani bagian-bagian apa saja yang beliau tinggalkan kepada kita. Beliau setiap hari selasa itu ga ngaji smpe sekarang di sini kalau hari selasa ga ngaji. Hari Jumat memang hari libur. Sebagian hari Jumat libur sebagian orang lain lagi di Ahad liburnya. Tapi kalau di Tebuireng ngajinya hari Jumat memang libur tapi hari Selasa juga libur. Setelah kita cari-cari kenapa hari selasa ini libur, rupanya Hadratussyaikh dulu itu kalau hari Selasa itu terjun ke masyarakat mengamalkan ilmunya. Membina, mendidik kemudian bersama sama masyarakat setiap hari Selasa.
Mengajari masyarakat untuk bertani mengurusi sawahnya kemudian pengajian-pengajian dengan masyarakat itu adalah bentuk daripada pengamalan ilmunya. Jadi memang di Tebuireng itu sejak dari dulu bagaimana seseorang itu selain belajar juga harus pandai-pandai di masyarakat nanti mengamalkan ilmunya.
Nah kalau sekarang ini di antara teman-temanya bagaimana ilmu itu nanti bersama-sama dengan yang lain itu diamalkan. Mudzakaroh kemudian diskusi-diskusi. Ini sebagaimana himnenya itu. Jadi tujuan daripada itu semuanya untuk menjadi muslim sejati. Bagaimana kita mengamalkan ilmu-ilmunya supaya menjadi orang yang manfaat di dunia. Khoirunnas anfauhum linas. Kalau ini yang namanya santri Tebuireng datang nah ini harus bisa memberikan manfaat kepada lingkungan bermanfat di dunia dan bahagia di akhirtanya. Ini sebagaimana himnenya tadi kita nyanyikandama sama.
Dan poro walisantri, bapak-bapak ibu-ibu yang saya hormati. Tadi sudah disampaikan juga mohon kerja samanya karena kami di pondok ini terbatas untuk menyampaikan ilmu-ilmu yang sudah disiapkan tapi wadah dari anak-anak ini juga butuh untuk dibuka pintu wadah ini. Hati anak-anak ini nah itu biasanya ibu-ibu. Ibu-ibu kalau di rumah barangkali nanti malam hari dibacakan fatihah untuk anak-anaknya supaya pintu hatinya terbuka. Supaya kami para ustad di sini mudah untuk menyampaikan ilmunya dan wadahnya siap dengan pintu terbuka memudahkan bagi kita dan juga nanti akhirnya menjadikan anak kita anak-anak yang berilmu dan berbudi pekerti supaya nanti manfaat, memberikan manfaat di dunianya, ini tujuan daripada mondok. Jadi ini memang kenapa mondok memang daridulu mondok ya harus tinggal. Itu karena di sini kita juga harus membangun adabnya dan budi pekertinya.
Ini harus mondok memang untuk itu utamanya. Maka kalau nanti anak-anak selesai dari sini semuanya. Nah itu bisa memberikan manfaat, bisa terjun ke masyarakat nah mudah-mudahan anak-anak ini nanti yang melanjutkan di tempat lain juga demikian juga. Dan jangan lupa emang harus betul-betul istiqomah belajar dengan tekun.
Dan satu-satunya ilmu yang dipelajari itu ilmu-ilmu agama itu yang kemudian ini tidak akan putus. Artinya nanti kalau sudah selelsai juga harus tetap dijaga. Karena ilmu agama merupakan rangkaian mata rantai keilmuan yang diturunkan, diwarisakn dari para Nabi sampai kepada para ulama-ulama, para leluhur kita yang kemudian diturunkan kepada kita dan nanti ini harus dijaga untuk kemudian diturunkan kembali, diajarkan kembali kepada generasi-generasi berikutnya.
Kami sekarang ini sedang mentransfer dan mengajarkan kepada kalian dan kalian nanti juga demikian. Maka oleh karena itu ini harus ditekuni betul. Mudah-mudahan ini dengan ridho dari Allah swt. ilmu kalian menjadi ilmu-ilmu yang manfaat, kalian menjadi orang-orang yang manfaat fiddini wadunya wal akhirat. Dan itu saya hanya menggaris bawahi untuk penekanan istiqomah di dalam belajar. Yang lain-lain sudah dipesankan tadi oleh kepala pondok kemudian oleh mudir pondok, saya hanya menambahkan supaya istiqomah saja. Demikian, sekali lagi saya sampaikan, saya ucapkan selamat.
Ada prestasi-presasi yang sudah dicapai tapi itu jadikanlah motivasi untuk lebih giat lagi belajar. Bagi yang belum nanti juga demikian. Giat belajar supaya keluar dari sini selesai dari Pondok Pesantren Tebuireng ini betul-betul memang ilmunya ilmu-ilmu yang betul-betul dikuasai. Demikian dari saya wallahul muwafiq ila aqwamithariq.
*Pengasuh Pesantren Tebuireng.
**Tulisan ini disampaikan dalam acara Wisuda Takhassus & Binnadhar Pondok Putra Pesantren Tebuireng Jombang, Jumat (26/5/2023).
***Artikel ini ditranskip oleh: Devi Yuliana