Sumber: pintuledeng.com

Oleh: Rafiqatul Anisah*

Masruq bin Al- Ajda’ adalah salah satu tabi’in yang terkenal dengan kezuhudan, sikap hati-hati,  wira’i dan kesederhanaan. Beliau telah banyak berguru kepada beberapa sahabat terkenal,  diantaranya adalah Abdullah bin Mas’ud,  Ali bin Abi Thalib dan Sayyidah Aisyah RA.

Ada satu pendapat, nama lengkap beliau adalah Masruq bin al-Ajda’ al-Hamadani al-Wadi’i Abu Aisyah al-Kufi.  Pendapat yang lain menyebut, Masruq bin Al-Ajda’ bin Malik bin Umayyah bin Abdullah bin Murri bin Salman.  Juga ada yang mengatakan Salaman bin Muammar bin Al- Harits bin Sa’ad bin Abdullah bin Wadi’ah.

Dinamakan Masruq (yang dicuri) karena pada waktu kecil pernah hilang diculik, kemudian ditemukan lagi. Lalu ayahnya Al- Ajda’ masuk Islam. Ungkapan tersebut dikatakan oleh al-Hafidz Abu Bakar Al- Khatib. Mengenai kelahirannya,  tidak satupun para ulama yang mengetahui tentang itu.  Hanya saja mereka memberikan keterangan dengan jelas bahwa beliau meninggal pada tahun 62 atau 63 Hijriyah.

Beberapa sanjungan ulama terhadap Masruq bin Al- Majda’ bahwasanya beliau adalah seseorang yang banyak berkelana untuk mencari ilmu di berbagai tempat. Beliau satu-satunya tabi’in yang dipersilahkan oleh Ibnu al-Madini untuk shalat di belakang Abu Bakar supaya sewaktu-waktu dapat menggantikan Abu Bakar menjadi imam shalat.  Semua itu karena ilmu dan kewibawaan Masruq sehingga ia dipercaya. Selain itu beliau juga termasuk salah seorang teman Abdullah bin Mas’ud yang diperkenankan untuk mengajar dan memberikan fatwa kepada khalayak ramai.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Beliau banyak melakukan shalat sehingga kakinya membengkak.  Diceritakan oleh Anas bin Syirin dari istri Masyruq berkata, “seringkali aku duduk di belakangnya sambil menangis karena tidak tega melihat apa yang dilakukannya”. Dari Abu ishaq,  dia berkata,  “Ketika Masruq melaksanakan ibadah haji,  dia tidak pernah tidur kecuali dalam keadaan bersujud”.  Betapa kisah wara’ dan zuhud perilaku Masruq bin Al- Ajda’ menjadi suri tauladan bagi kita semua untuk selalu memperbaiki diri.

Diriwayatkan dari Imam Muslim, dari Masruq, ia berkata: “cukuplah seseorang tahu maksud dari rasa takut kepada Allah Swt.  dan seseorang akan menjadi bodoh jika ia merasa bangga dengan apa yang telah diperbuatnya”.

Masruq berkata, “hendaknya seseorang mempunyai tempat yang sunyi sehingga dapat digunakan untuk merenungi diri,  merenungi dosa-dosanya, dan meminta ampunan kepada Allah Swt”.

Banyak sekali guru-guru beliau, di antaranya adalah Ubay bin Ka’ab,  Khabab bin al-Art,  Zaid bin Tsabit,  Abdullah bin Umar bin al-Khatab,  Abdullah bin Amr bin al-Ash,  Abdullah bin Mas’ud Ubaid bin Umair al- Laitsi,  Usman bin Affan,  Ali bin Abi Talib,  Umar bin Al- Khatab,  Mu’adz bin Jabal, dan lain-lain.  Sementara murid-murid beliau diantaranya adalah Ibrahim an-Nakha’i,  Anas bin Sirin,  Ayyub bin Hani’,  Jabal bin Rufaidah, Abu Wail Syaqiq bin Salamah, dan seterusnya.

Ketika menjelang kematiannya beliau berkata, “ya Allah, aku tidak ingin meninggal dunia dengan tidak mengikuti petunjuk Rasulullah, Abu Bakar maupun Umar bin Khathab. Demi Allah, aku tidak meninggalkan sesuatupun kepada seseorang kecuali sesuatu yang melekat pada pedangku ini, maka masukanlah ia dalam kafanku ini.”


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang

Disarikan dari berbagai sumber.