Imam Syafi’i

Abu Abdullah Muhammad bin Idris atau yang akrab di panggil Imam Syafi’i lahir di Gaza, Palestina pada tahin 150 H/ 762 M, merupakan seorang mufti besar sunni Islam dan juga pendiri Madzab Syafi’i. Imam Syafi’i juga tergolong kerabat dari Rasulullah Saw, ia termasuk dari bani Muthalib, saudara dari Hasyim, yang merupakan kakek dari Nabi Muhammad.

Imam Syafi’i sudah menjadi yatin sejak kecil, ia hidup bersama ibunya. Imam Syafi’i tidak terlahir dari keluarga kaya, melainkan dari keluarga miskin, rumahnya kecil dan hidupnya susah. Namun, Ibu Imam Syafi’i suka mengenalkan anaknya kepada ulama, sehingga masa kecil Imam Syafi’i suka menghadiri majelis-majelis ulama dan mencatat ilmu-ilmu yang diajarkan ulama.

Ibu Imam Syafi’i tidak memiliki banyak uang, sehingga tidak mampu membelikan kertas untuk Imam Syafi’i. Beliau mencatat ilmu-ilmu di tulang hewan, rumah beliau dipenuhi dengan tumpukan tulang dari catatan ilmu yang beliau dapatkan.

Imam Syafi’i memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Beliau mampu menghafal dengan sekali baca saja. Pada usia 7 tahun Imam Syafi’i sudah menghafal Al-Quran. Pada usia 10 tahun beliau menghafal kitab hadis tertua yang ditulis oleh Imam Malik yaitu kitab al-Muwatho’, beliau hanya membutuhkan. Waktu 9 hari untuk menghafalnya.

Dalam bidang ilmu fiqih beliau belajar kepada Syaikh Muslim bin Kholid az-Zanji. Beliau mengakui keluasan wawasan muridnya tersebut, sehingga pada umur 15 tahun Imam Syafi’i diizinkan menjadi mufti (menfatwakan hukum). Hingga sampai saat ini hasil fatwa-fatwa Imam Syafi’i dalam madzabnya dipakai oleh banyak umat Islam dan ulama seperti Imam Ghazali, dan lain-lain.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Madzab Imam Syafi’i termasuk madzab yang dipilih para Ahlul Bait Nabi, seperti: Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani, Imam Al-Muhajir Ahmad bin Isa, Imam Faqih Al-Muqoddam, dan seluruh anak turunnya di Hadramaut Yaman sampai saat ini. Selain itu, Madzab Imam Syafi’i juga dianut oleh mayoritas negara-negara Islam, seperti: Mesir Selatan, Arab Saudia Barat, Suriah, Bahrain, dan sebagian besar negara di Asia Tenggara.

Semua fatwa-fatwa yang diambil oleh Imam Syafi’i berdasarkan pada Al-Quran, Hadis, Ijma’ Ulama, Qiyas, dan Istidlal sehingga cenderung lebih moderat dari madzab lain.

Baca Juga: Para Mujtahid yang Menemani Imam Syafi’i Belajar


Sumber kitab Tahdzibul Asma’ wal Lughot


Ditulis oleh Almara Sukma, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari