Sumber: 5 Faedah Puasa Sunah Syawal

Oleh: Silmi Adawiya*

Puasa syawal adalah puasa sunnah yang dilakukan selama enam hari pada bulan Syawal. Lebih tepatnya puasa sunnah yang dilakukan setelah bulan suci Ramadan. Puasa syawal memiliki faedah yang luar biasa. Jika seorang muslim ikhlas menjalankan puasa tersebut, maka baginya ganjaran istimewa berikut ini:

  1. Pahalanya Puasa Setahun

Puasa enam hari namun berpahala layaknya puasa setahun. Ini merupakan kasih sayangnya Allah kepada hamba-Nya. Bagaimana tidak? Berpuasa seminggu namun pahalanya sebesar orang berpuasa setahun.  Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ صَامَ رَمَضَانَ ثُمَّ أَتْبَعَهُ سِتًّا مِنْ شَوَّالٍ كَانَ كَصِيَامِ الدَّهْرِ

Barangsiapa yang berpuasa Ramadan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal, maka dia berpuasa seperti setahun penuh.”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online
  1. Melengkapi Ibadah Wajib yang Kurang Sempurna

Puasa sunnah yang mampu melengkapi ketidaksempurnaan  ibadah wajib lainnya. Jika puasa wajib di bulan sebelumya (Ramadan) masih banyak bolongnya, alangkah lebih baiknya kita menyempurnakannya dengan puasa syawal ini. Seperti halnya shalat sunah rawatib yang mampu menutupi kekurangan dalam shalat wajib. Yang dimaksud kekurangan di sini adalah kekurangan dalam kesempurnaan ibadahnya, bukan kekurangan dalam bilangannya. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ النَّاسُ بِهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ أَعْمَالِهِمُ الصَّلاَةُ قَالَ يَقُولُ رَبُّنَا جَلَّ وَعَزَّ لِمَلاَئِكَتِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ انْظُرُوا فِى صَلاَةِ عَبْدِى أَتَمَّهَا أَمْ نَقَصَهَا فَإِنْ كَانَتْ تَامَّةً كُتِبَتْ لَهُ تَامَّةً وَإِنْ كَانَ انْتَقَصَ مِنْهَا شَيْئًا قَالَ انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِى مِنْ تَطَوُّعٍ فَإِنْ كَانَ لَهُ تَطَوُّعٌ قَالَ أَتِمُّوا لِعَبْدِى فَرِيضَتَهُ مِنْ تَطَوُّعِهِ ثُمَّ تُؤْخَذُ الأَعْمَالُ عَلَى ذَاكُمْ

Sesungguhnya amalan yang pertama kali akan diperhitungkan dari manusia pada hari kiamat dari amalan-amalan mereka adalah shalat. Kemudian Allah Ta’ala mengatakan pada malaikatnya dan Dia lebih Mengetahui segala sesuatu, “Lihatlah kalian pada shalat hamba-Ku, apakah sempurna ataukah memiliki kekurangan? Jika shalatnya sempurna, maka akan dicatat baginya pahala yang sempurna. Namun, jika shalatnya terdapat beberapa kekurangan, maka lihatlah kalian apakah hamba-Ku memiliki amalan shalat sunnah? Jika ia memiliki shalat sunnah, maka sempurnakanlah pahala bagi hamba-Ku dikarenakan shalat sunnah yang ia lakukan. Kemudian amalan-amalan lainnya hampir sama seperti itu.

  1. Indikator Diterimanya Amalan di Bulan Ramadan

Puasa Syawal juga bisa menjadi Indikator diterimanya amalan selama bulan Ramadan. Karena sejatinya Allah selalu memberi hidayah bagi hambaNya yang melakukan kewajibannya. Misalnya seseorang yang berpuasa selama bulan Ramadan dengan baik dan ikhlas, maka Allah akan membuatnya ketagihan untuk berpuasa sunnah di bulan syawal dan menjaga kebaikan yang telah ada. Layaknya Allah yang memudahkan jalan kebaikan bagi hambaNya yang bertaqwa dan membenarkan ajaranNya. Allah berfirman:

فَأَمَّا مَنْ أَعْطى‏ وَ اتَّقى‏ (5) وَ صَدَّقَ بِالْحُسْنى(6) فَسَنُيَسِّرُهُ لِلْيُسْرى‏ (7

Adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa, dan membenarkan adanya pahala yang terbaik (syurga). Maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah,” (QS. Al Lail: 5-7).

  1. Tanda Syukur Seorang Hamba

Setelah melewati indahnya hari kemenangan, sepantasnya kita mewujudkan rasa terima kasih kepada Sang Pencipta. berpuasa syawal tak lain merupakan praktek syukur, karena bertambahnya amal ibadah seseorang merupakan salah satu ciri hamba yang bersyukur. Seperti yang dicontohkan Nabi SAW dengan menambahkan ritual shalat sunnah di atas lengkapnya shalat wajib lima waktu. Ketika Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam ditanya oleh istri tercinta beliau, ’Aisyah radhiyallahu ’anha mengenai shalat malam yang banyak beliau lakukan, beliau pun mengatakan:

أَفَلاَ أُحِبُّ أَنْ أَكُونَ عَبْدًا شَكُورًا

”Tidakkah aku senang menjadi hamba yang bersyukur?”

  1. Bukti Stabilitas Keislaman

Puasa Syawal juga bisa menjadi bukti bahwa ia merupakan muslim yang stabil, bukan lagi hamba yang amatiran, yang melakukan ibadah hanya musiman belaka. Bukan juga hamba yang labil, yang enggan melakukan amal karena beratnya kewajiban sebelumnya. Oleh karena itu, seseorang yang berpuasa syawal hakekatnya ia mempertahankan ketangguhannya di jalan Allah. Sebagaimana perintah Allah dalam QS Hud ayat 112:

فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ

Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha melihat apa yang kamu kerjakan.”

Untuk itu, selagi kita mampu melaksanakan, maka sebaiknya disegerakan untuk menunaikan puasa enam hari di bulan Syawal tersebut, mengingat faedahnya yang cukup besar. Puasa Syawal menjadi bukti hausnya kita terhadap ibadah dan merindukan Ramadan yang belum lama ini telah kita pergi. Wallau a’lam.


*Alumnus Unhasy Tebuireng dan Pesantren Putri Walisongo Cukir, kini melanjutkan pendidikan di Pascasarjana UIN Jakarta