albanjari.com

Oleh: Nurdiansyah fikri alfani*

Siapa yang tidak kenal dengan Imam Suyuthi, para santri tentunya tidak asing dengan nama ini, karena banyak karya tulis beliau dikaji di pondok-pondok, khususnya di Indonesia. Imam Suyuthi dikenal sebagai pribadi as-Syakhshiyaat al-Fariidah (ulama yang berkepribadian istimewa). Nama asli beliau adalah Al-Hafidz Abdurrahman bin Kamal Abu Bakar bin Muhammad bin Sabiquddin Ibnul Fakhar Utsman bin Dhadhirruddin al-Hammam al-Hadhairi al-Suyuti, dan beliau diberi gelar laqab dengan Jalalluddin dan kunyah-nya Abu al-Fadhal. Beliau dilahirkan di wilayah Suyuth, Mesir, setelah Maghrib pada malam Ahad pada awal bulan Rajab tahun 849 H.

Pada usia 6 tahun, Imam Suyuthi sudah ditinggal wafat oleh ayahnya pada tanggal 5 Shafar 855 H, dan beliau menyelesaikan hafalan Qurannya pada umur sebelum 8 tahun. Kemudian setelah menghafalkan al-Quran, Imam Suyuthi melanjutkan belajarnya dengan menghadiri majelis ulama-ulama terkemuka pada saat itu seperti Syekh Saifuddin al-Hanafi, Ibnu Hajar, Syekh Syihabuddin asy-Syarmasahi, Syekhul Islam al-Bulqini, Muhyiddin al-Kafiyaji, Syekh Syaraf al-Manawi, dan masih banyak guru-guru imam Suyuthi lainnya yang masyhur pada waktu itu, dan jika dihitung total guru imam Suyuthi ada sekitar 150 orang.

Dikarenakan banyaknya guru dan didukung dengan kecerdasan dari Imam Suyuthi sendiri, pada waktu yang relatif muda beliau sudah dikenal sebagai seorang yang alim allamah, sampai-sampai Imam Suyuthi pernah mengatakan sebuah statemen yang dikenal sebagai simbol kesuksesan beliau dalam menuntut ilmu.

إن الذي وصلت إليه من هذه العلوم السبعة سوى الفقه والنقول لم يصل إليه ولا وقف عليه أحد من أشياخي

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Sesungguhnya ilmu yang telah aku capai dari tujuh bidang ilmu selain fikih dan nuqul, adalah sesuatu yang tidak dicapai oleh seorang pun dari guru-guruku.”

Memang karya Imam Suyuthi sangatlah banyak, bahkan kitab beliau yang dikaji di pesantren mulai dari kitab al-Asybah wa an-Nadzoir, al-Itqon fi al-Ulum al-Qur’an, Tadrib ar-Rawi, Uqud al-Juman, dan seterusnya, itu tidak sampai setengah dari seluruh karangan Imam Suyuthi. Memang beliau adalah ulama yang sangat produktif dalam menulisakan karya dari berbagai fan ilmu, hal ini membuktikan bahwa Imam Suyuthi adalah ulama yang mutabahhir dalam segala bidang.

Imam Suyuthi merupakan salah satu ulama yang mengikuti akidah ahlusunnah, hal ini dapat dilihat dari karya-karya beliau yang di dalamnya ada pembelaan terhadap para sahabat nabi yang mana dalam akidah lain ada yang mengkafirkan para sahabat.

Pada usia 40 tahun Imam Suyuthi memutuskan untuk uzlah dan mengkhususkan waktunya untuk fokus terhadap al-Bahtsu wa at-Ta’lim (meneliti dan mengarang), tercatat ada kurang lebih 600 karya Imam Suyuthi yang berhasil terdata dengan macam-macam ilmu yang termuat di dalamnya. Dengan bertambahnya usia, beliau tidak berpindah-pindah tempat dan hanya berada dalam rumahnya yaitu Raudhoh al-Miqyas, suatu hari beliau menderita sakit selama tujuh hari disertai pembengkakan di tangan kiri beliau, beliau lalu wafat pada tanggal pada hari Kamis 19 Jumadil Ula 911 H dan dikebumikan di Husy Qousun.

Referensi : Muqoddimah al-Itqon fi Ulum al-Qur’an, cet Dar al-Kutub al-Ilmiah


*Santri tebuireng