Oleh: KH. Fahmi Amrullah Hadziq
اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه لا نبي بعده
اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن
يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Marilah kita senantiasa meningkatkan keimanan dengan sebenar-benar takwa. Menjalankan perintah dan meninggalkan larangan. Janganlah kita meninggalkan dunia, kecuali dalam keadaan husnul khatimah.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Sering kita menyaksikan ada seorang yang bekerja dengan keras, siang malam dihabiskan untuk bekerja keras membanting tulang, untuk mengejar dunia dan harta. Ibaratnya kalau sehari 24 jam, orang ini 25 jam bekerja. Tetapi yang ia dapatkan hanyalah kecapean dan kelelahan. Harta yang didapatkan ternyata tidak begitu banyak. Sementara di sisi lain, ada orang bekerja sesuai kemampuannya. Ia tidak begitu ambisi mengejar dunia. Tiba waktu shalat ia tetap shalat, waktu puasa ia juga berpuasa, waktu mengkhatamkan Al-Qur’an ia tetap khatam Al-Qur’an, bahkan waktunya rekreasi dan bersenang-senang ia masih ikut. Namun, dibandingkan sosok pertama, sosok kedua ini hartanya lebih banyak.
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Bekerja keras memang perintah agama. Tetapi bagaimana ukuran bekerja keras itu? banyak orang yang menganggap itu kerja keras itu waktunya lama, semalam suntuk, harus menggunakan tenaga dan fisik yang luar biasa. Ternyata kerja keras itu tidak melulu harus menggunakan fisik berlebihan.
Yang diinginkan oleh agama adalah bekerja efektif dan efisien. Kita diperintahkan oleh Allah untuk menggunakan apa pun, semata-mata guna kepentingan akhirat. Sebagaimana firman Allah:
وَٱبۡتَغِ فِیمَاۤ ءَاتَىٰكَ ٱللَّهُ ٱلدَّارَ ٱلۡـَٔاخِرَةَۖ وَلَا تَنسَ نَصِیبَكَ مِنَ ٱلدُّنۡیَاۖ
Dan carilah (pahala) negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepada kamu, tetapi janganlah kamu lupakan bagianmu di dunia. (Surat Al-Qashash: 77)
Jamaah Jumat Rahimakumullah
Dunia semakin dikejar akan semakin menjauh, sementara akhirat semakin ditinggal akan semakin mendekat. Sesuai dengan apa yang didawuhkan oleh Ali,
ارْتَحَلَتِ الدُّنْيَا وَهِيَ مُدْبِرَةٌ وَارْتَحَلَتِ الآخِرَةُ وَهِيَ مُقْبِلَةٌ فَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الآخِرَةِ وَلا تَكُونُوا مِنْ أَبْنَاءِ الدُّنْيَا، الْيَوْمَ الْعَمَلُ وَلا حِسَابَ وَغَدًا الْحِسَابُ وَلا عَمَل
Sungguh dunia ini berjalan mundur, sementara akhirat berjalan maju. Maka jadikanlah diri kalian pemuja akhirat, bukan pemuja dunia. Hari ini adalah waktu beramal bukan pembalasan, dan kelak adalah hari pembalasan dan tidak ada kesempatan untuk beramal.
Artinya jika kita berjalan ke Barat, dunia malah berjalan ke Timur. Semakin dikejar dunia akan semakin menjauh. Sementara akhirat berjalan maju. Ibaratnya kita ini berjalan menjauhi dunia, mendekati akhirat. Jangan sampai kita terlalu memuja dunia, sampai lupa ada kepentingan akhirat. Jadilah kita pemuja akhirat. Karena sekarang di dunia ini waktunya beramal, tidak ada hisab. Silahkan berbuat semau kalian, tetapi ingat kalian akan dibalas. Artinya dunia ini adalah tempat beramal. Tetapi kelak di akhirat hanya ada hisab, tanpa bisa beramal.
Semoga kehidupan kita kelak di akhirat merupakan kehidupan yang baik. Sebagaima doa yang selalu kita panjatkan doa rabbana atina fi al-dunya hasanah wa fi al-akhirati hasanah wa qina ‘adzaba al-nar.
Terkadang orang sudah diiming-imingi keutamaan akhirat, namun ia lebih memilih kenikmatan dan kesenangan dunia. Maka jadilah orang yang menggunakan apa pun yang diberikan Allah kepada kita, tetapi tidak lupa bahwa kita sedang hidup di dunia yang hanya perlu secukupnya. Semoga Allah menjadikan kita hamba-hamba yang selamat di dunia dan bahagia di akhirat.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ
وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ
وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Transkip: Yuniar Indra Yahya