Gus Muwafiq memberi mauidah hasanah saat memperingati haul KH. Asy’ari di kawasan makam Keras Jombang. (foto: helfi)

Tebuireng.online— Dalam peringatan haul ke-2 KH. Asy’ari yang merupakan ayah Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, KH. Ahmad Muwafiq atau yang akrab disapa Gus Muwafiq memberi mauidah hasanah pada masyarakat. Muballigh asal Sleman, Yogyakarta itu berangkat dari kota Mojokerto menuju desa Keras dan disambut penuh haru oleh KH. Nur Hadi (mbah Bolong) dan para dzurriyah KH. Asy’ari.

Dalam ceramahnya, Gus Muwafiq mengatakan bahwa tidak akan ada habisnya untuk mengatur perkara manusia, bahkan dari bagian kecil pun. Dinamika manusia yang bermacam-macam mengakibatkan apapun yang berkaitan dengan urusan manusia maka tidak akan pernah ada habisnya. Ada yang kisahnya dikenal seluruh dunia seperti nabi Muhammad.

“Kenapa kanjeng nabi dikenal dunia? Karena nabi mengurus akhlaknya manusia.” ungkap Gus Muwafiq dalam ceramahnya, Rabu (24/4) di kawasan makam Kiai Asy’ari Keras.

Menurut beliau, menjadi manusia itu pasti tidak jauh-jauh dari urusan manusia. Kebaikannya tidak ada habisnya, dan kejelekannya pun tidak ada habisnya. Tinggal bagaimana manusia memilih jalan yang seperti apa. Gus Muwafiq memberi contoh pada KH. Asy’ari, bagaimana bisa cerita-cerita tentang ulama besar itu tidak ada habisnya.

Baca Juga: Haul ke-2 KH. Asy’ari, Panitia Libatkan Pemerintah Kecamatan Diwek

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Punya putra mbah Hasyim, malah tidak ada habisnya. Punya putra Kiai Wahid, malah tambah banyak ceritanya. Punya buyut Gus Dur, tambah banyak lagi ceritanya.” lanjut beliau. Gus Muwafiq menjelaskan bahwa hal-hal seperti itu diturunkan melalui orang tuanya. Seperti KH. Asy’ari misalnya, yang mendirikan pondok pesantren pertama di desa Keras. Keberanian seperti itu menurun pada anak-anaknya.

“Kenapa mbah Asy’ari ceritanya tidak ada habisnya? Karena melahirkan keturunan yang tidak pernah mundur dari urusan manusia. Kenapa mbah Hasyim ceritanya tidak ada habisnya? Karena mengajarkan manusia, mendirikan organisasi untuk manusia.” terang beliau.

Gus Muwafiq memberi prinsip hidup dengan tidak menjauh dari urusan manusia agar mendapat kebaikan dalam hidupnya. Orang-orang yang terkenal dan dikenal banyak orang tidak pernah menjauh dari urusan manusia. Menurut Gus Muwafiq, orang-orang itulah yang akan mendapatkan keberkahan dari Allah. Sebab sebaik-baiknya manusia adalah yang mau mengurus kebaikan manusia lain, khoirun naas anfa’uhum lin naas.

Melihat dari zaman penjajahan, menurut penuturan Gus Muwafiq, ketika Belanda mengepung kota Surabaya dan membawa tembak sehingga orang-orang saat itu berlarian kesana kemari. K.H. Hasyim Asy’ari tetap kukuh menyuruh santrinya untuk melawan dengan keberanian padahal tidak membawa tembak seperti lawannya, ‘isy kariiman aw mut syahiidan (hidup mulia atau mati syahid).

“Orang-orang yang tidak pernah mundur dari urusan manusia, kalau disini, rata-rata disebut sebagai waliyullah karena mereka laa khoufun’alaihim wa laa hum yahzanuun, tidak punya rasa takut.”

Muballigh yang pernah menjadi asisten pribadi Gus Dur ini juga menerangkan bahwa rasa lelah dalam mengatur perkara manusia di dunia membuat manusia menginginkan pulang menuju kampung halamannya yang asli, atau yang kerap disebut akhirat.

“Artinya, bukan disini (dunia) tempatnya manusia. Maka dari itu disini banyak permasalahan, karena kalau tidak diurus maka percepatan tsumma rodadnaahu asfala saafiliin-nya itu cepat. Tinggal kita yang memilih mau yang mana.” lanjutnya. Untuk mengatasi percepatan tsumma rodadnaahu asfala saafiliin, menurut Gus Muwafiq, diperlukan adanya urusan illalladziina aamanuu wa ‘amilush sholihah, urusan yang paling pokok, iman dan perbuatan manusia yang diurus oleh utusannya Allah SWT.

Baca Lagi: Biografi Lengkap KH. M. Hasyim Asy’ari

Dijelaskan pula bahwa Allah menyerukan kepada manusia untuk mendoakan orang-orang sholih. Allah menjamin hidup mereka akan baik dan tentram. Doa orang-orang sholih itulah yang paling dinantikan banyak orang. Pesan Gus Muwafiq terhadap orang-orang sholih bahwa jangan menjadi pelit, karena kebaikan mereka berasal dari doa orang-orang terhadapnya.

Sekolaho, belajaro. Untuk apa? Untuk menjadi bagian dari mengurus perkara manusia, karena manusia merupakan makhluk paling rentan jika tidak diurus.” jelas beliau.

Pewarta: Helfi