Tebuireng.online— Fahruddin Faiz merupakan Doktor Ilmu Filsafat di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta. Tepat pada Ahad (28/7/2024) kemarin, di gedung Yusuf Hasyim lantai 3, pengisi Ngaji Filsafat itu menjadi salah satu narasumber membincang konsep slow living dalam kacamata Hadis dan Filsafat, bersama ratusan Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng, Jombang.
Dalam kesempatan itu, tim Tebuireng Online mewawancarai Fahruddin Faiz. Berikut hasil wawancara;
Bagaimana kesan dan pesan Anda mengenai Tebuireng?
Sudah tidak asing lagi suasana di pesantren. Cuma yang beda, tidak biasanya pesantren bahas slow living, jadi mulai terbuka dengan wacana baru, mulai mengikuti yang terjadi mengenai isu intelektual. Karena selama ini orang menganggap pesantren biasanya halah paling riyadussholihin, fathul qorib dll. Oh ternyata di sini juga ada kok wacana populer tapi tentu dengan gaya pesantren.
Bagaimana cara menerapkan Slow Living di pesantren?
Sebenarnya kehidupan di pesantren itu sudah slow living, mungkin temen-temen mendefinisikan slow itu pelan-pelan, ga ngapa-ngapain. Jadi slow living itu hidup yang fokus, hidup yang tertib, tidak terburu-buru, sadar proses. Jadi tidak terburu-buru mencari hasil, sehingga menjadi lebih mudah menerapkan slow living di pesantren karena tidak banyak godaannya.
Baca Juga:
Fahruddin Faiz Bagikan 6 Konsep Slow Living pada Mahasantri
Konsep Agar Tidak Tenggelam dalam Percepatan Hidup
Mahasantri Berbincang Konsep Slow Living dalam Kacamata Hadis dan Filsafat
Rekomendasi Buku filsafat untuk Pelajar
Diawali dengan buku-buku pengantar biar tahu apa dan bagaimana filsafat. Setelah itu alatnya belajarlah logika, cara pikir yang benar, dan hal ini tentunya dibutuhkan untuk semua bidang salah satunya di thinking skill, setelah itu kembali ke pribadi masing-masing mau tertarik filsafat yang apa dan bagaimana.
Filsafat itu luas. Yang sangat religius banyak, sampai yang atheis juga ada. Makanya kalian boleh memilih sesuai pashionmu dalam dunia filsafat. Suka Imam Ghozali, Ibnu Rusyd atau Karl Max itu sesuai interest masing-masing orang, tapi setelah mengerti dasar-dasrnya dipengantar dan mampu berfikir. Karena justru nyawanya filsafat itu diberpikir yang benar, kalian ga paham pikiran-pikiran para filusuf tadi tidak masalah asal kalian bisa berpikir yang benar dan merenungi.
Pesan untuk anak muda sekarang
Belajarlah, jangan banyak mikir ini mikir itu, kalian masih muda jadi ya kalau seandainya tidak cocok, diulangi lagi. Waktumu masih panjang, jangan dihabiskan yang tidak penting, sia-sia, terlalu banyak mikir yang ga penting, over thinking. Optimis saja menatap masa depan. Nikmati saja prosesnya, tidak uah mikir nanti saya jadi apa. Ini fase proses pembentukan diri, fase penting yang harus dioptimalkan.
Utuk diketahui, Fahruddin Faiz kini menjabat sebagai Wakil Dekan I di Fakultas Ushuluddin (teologi islam). Sudah hampir sebelas tahun sejak 2013, setiap malam Rabu di setiap pekannya, Ia mengisi materi dan pemantik diskusi kajian filsafat di Masjid Jendral Sudirman.
Pewarta: Aulia Rachmatul