Sumber gambar: http://penulispro.com

Oleh: Fitrianti Mariam Hakim*

Hari ini sudah mulai memasuki 10 hari akhir pada bulan Ramadan. Kian bertambahnya hari, kian mendekatkan kita pada malam yang begitu istimewa, yaitu malam Lailatul Qadar. Malam Lailatu Qadar adalah malam penuh keberkahan. Disebutkan dalam firman Allah SWT. QS. Ad-Dukhon ayat 3, yang berbunyi sebagai berikut:

إِنَّا  أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ

“Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan.” (QS. Ad Dukhon: 3).

Malam penuh berkah ini adalah malam ‘lailatul qadar’ dan ini sudah menunjukkan keistimewaan malam tersebut, apalagi dirinci dengan point-point selanjutnya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Terlepas dari itu, ada banyak sekali keistimewaan pada malam Lailatul Qadar. Ia adalah malam yang lebih baik daripada 1000 bulan. Bahkan ia menjadi waktu diturunkannya Al Quran. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas dan selainnya bahwa, “Allah menurunkan Al Quran secara utuh sekaligus dari Lauhul Mahfuzh ke Baitul ‘Izzah yang ada di langit dunia. Kemudian Allah menurunkan Al Quran kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tersebut secara terpisah sesuai dengan kejadian-kejadian yang terjadi selama 23 tahun.” (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14: 403).

Lalu bagaimana  cara mendapatkan malam Lailatul Qadar ini?

Mendapatkan Lailatul Qadar merupakan idaman bagi semua umat muslim, baik dari ujung barat hingga ujung timur. Namun, dari kebanyakan pengikut madzab Syafi’i, sesuai dari keterangan beliau, bahwasanya Lailatul Qadar berada di malam-malam ganjil di 10 hari akhir dari bulan Ramadan. Lalu adakah cara untuk megetahui malam Lailatul Qadar selain menunggu diseluruh malam-malam ganjil? Jawabannya adalah ada. Adapun keterangan ini dijelaskan didalam kitab Hasyiah Ianatut Thalibin juz 2 halaman 390.

(وقوله واختار النووي وغيره انتقالها (أي من ليلة من العشر إلى ليلة أخرى منه وإنما اختار ذلك جمعا بين الاخبار المتعارضة في محلها قال الكردي و كلام الشافعي رضي اببه عنه في الجمع بين الاخبار يقتضيه وعليه قال الغزالي و غيره إنها تعلم فيه باليوم الاول من الشهر فإن كان أوله يوم الاحد أو يوم الاربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الاثنين فهي ليلة آحدي وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة غهي ليلة سبع وعشرين أو الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة الثلاث

Berdasarkan pendapat Imam Syafi’i, Imam Ghazali dan yang lainnya, adalah “Jika awal bulan Ramadhan adalah hari Minggu atau Rabu, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 29. Jika mulainya hari Senin, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 21. Jika pada hari Selasa atau Jum’at, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada 27. Jika malam Lailatul Qadar terjadi pada hari Kamis, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 25. Jika malam Lailatul Qadar terjadi pada hari Sabtu, maka malam Lailatul Qadar terjadi pada malam 23.

Selain di dalam kitab I’anatut Thalibin, keterangan diatas juga disebutkan didalam kitab Hasyiah Qulubi wa Umiroh juz 2 halaman 96-97.

إلى ليلة أي من العشر المذكور مطلقا أو من مفرداته كما اختاره الغزالي وغيره وقالوا ؛ إنها تعلم فيه باليوم الأول من الشهر فإن كان أوله يوم الأحد أو الأربعاء فهي ليلة تسع وعشرين أو يوم الإثنين فهي ليلة إحدى وعشرين أو يوم الثلاثاء أو الجمعة فهي ليلة سبع عشرين أو يوم الخميس فهي ليلة خمس وعشرين أو يوم السبت فهي ليلة ثلاث وعشرين

قال الشيخ أبو الحسن ومنذ ما بلغت سن الرجال ما فاتتني ليلة القدر بهذه القاعدة المذكورة وقد نظمتها بقولي؛

يا سائلي عن ليلة القدر التي  #   في عشر رمضان الأخير حلت

فإنها في مفردات العشر   #   تعرف من يوم ابتداء الشهر

فبالأحد والأربعا في التاسعة   #  وجمعة مع الثلاثا السابعة

وإن بدا الخميس فالخامسة  #  وإن بدا بالسبت فالثالث

    وإن بدا الاثنين فهي الحادي  #  هذا عن الصوفية الزاهادي

“Sebagian ulama mengatakan bahwa malam Lailatul Qadar bisa diketahui dengan hari pertamanya dengan perincian sebagai berikut: Jika awalnya hari Ahad atau Rabu maka ia jatuh pada malam 29. Jika awalnya hari Senin maka ia jatuh pada malam 21. Jika awalnya hari Selasa maka ia jatuh pada malam 27. Jika awalnya pada hari Kamis maka ia jatuh pada malam 25. Dan jika awalnya pada hari Sabtu, maka ia jatuh pada malam 23.”

Mendapatkan durian runtuh belumlah seberapa bernilai bila dibandingkan dengan apa yang didapatkan ketika malam Lailatul Qadar. Karena pada malam inilah Allah SWT, Tabaarakallahu ta’alaa (memberikan beribu-ribu keutamaan untuk umat Nabi Muhammad Saw. Maka sudah barang tentu, hal yang istimewa juga harus disikapi dengan istimewa).

Lalu bagaimanakah sikap orang yang mendapatkan Lailatul Qadar?

Dijelaskan dalam kitab Majmu Syarh al-Muhadzab juz 6 halaman 461 bahwa barang siapa yang mendapatkan Lailatul Qadar maka hendaknya ia menyembunyikannya dan berdoa dengan ikhlas dan sebanyak-banyaknya untuk urusan dunianya maupun akhiratnya. Dan yang paling menjadi prioritasnya adalah urusan akhiratnya. Karena dosa orang yang menghidupkan malam Lailatul Qadar akan diampuni oleh Allah Swt. Maka kita dianjurkan untuk berdo’a sebanyak-banyaknya.

Adapun penguat dari keterangan di atas adalah keteragan yang dijelaskan di dalam kitab Lihat Fathul Bari juz 4 halaman 251. Yang mana disebutkan bahwa ada sebuah hadis Nabi Muhammad Saw. Yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari no. 1901.

مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ

“Barangsiapa melaksanakan shalat pada malam lailatul qadar karena iman dan mengharap pahala dari Allah, maka dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni.”

Ibnu Hajar Al Asqolani mengatakan bahwa yang dimaksud ‘iimaanan’ (karena iman) adalah membenarkan janji Allah yaitu pahala yang diberikan (bagi orang yang menghidupkan malam tersebut). Sedangkan ‘ihtisaaban’ bermakna mengharap pahala (dari sisi Allah), bukan karena mengharap lainnya yaitu contohnya berbuat riya’. Oleh karena itu, marilah senantiasa meminta pertolongan dan lindungan Allah agar diberikan ketetapan iman bagi diri kita dan senatiasa amar ma’ruf nahi munkar.


*Penulis adalah Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.