(sumber: talimulquranalasror.blogspot.com)
(sumber: talimulquranalasror.blogspot.com)

Oleh: Ustadz Yusuf Suharto*

Pada dasarnya Nabi Muhammad SAW banyak melakukan ibadah Qiyamu Ramadan dan menganjurkan mencari Lailatul Qadar pada sepuluh malam terakhir di bulan penuh berkah ini. Walaupun hakikatnya tidak ada yang mengetahui secara pasti kapan terjadinya Lailatul Qadar, kecuali Allah SWT.

Selain itu, Nabi Muhammad hanya mengisyaratkan dalam hadisnya, yang diriwayatkan Imam Bukhori dari Aisyah Radhiya Allahu’anha, baginda Nabi Muhammad bersabda, “Carilah Lailatul Qadar di malam ganjil dari sepeluh malam terakhir di bulan Ramadan”. (HR. Bukhori).

Fenomena yang terjadi di kalangan masyarakat pada sepuluh malam terakhir bulan Ramadan adalah berpindahnya keramaian dari masjid dan musholla menuju ke mall, super market, pasar, dan pusat perbelanjaan lain untuk mempersiapkan pakaian baru dalam menyambut Hari Raya Idul Fitri.

Hal ini kontras dengan anjuran Nabi Muhammad SAW untuk lebih tekun melaksanakan ibadah pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadan guna mencari keutamaan-keutamaan Lailatul Qadar. Dalam hal ini dijelaskan dalam hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori dari Aisyah RadhiyaAllahu ‘anhu, yang berbunyi sebagai berikut:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا سُفْيَانُ عَنْ أَبِي يَعْفُورٍ عَنْ أَبِي الضُّحَى عَنْ مَسْرُوقٍ عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ.

Artinya: “Apabila Nabi Muhammad SAW memasuki sepuluh hari terakhir (bulan Ramadan), beliau mengencangkan sarungnya, menghidupkan malam-malam tersebut dan membangunkan keluarganya”. (HR. Bukhori)

Dalam redaksi yang lain, dijelaskan dalam hadis riwayat Imam Muslim dari Ibn Umar, yang berbunyi sebagai berikut:

وَحَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى قَالَ قَرَأْتُ عَلَى مَالِكٍ عَنْ نَافِعٍ عَنِ ابْنِ عُمَرَ – رضى الله عنهما – أَنَّ رِجَالاً مِنْ أَصْحَابِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- أُرُوا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْمَنَامِ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « أَرَى رُؤْيَاكُمْ قَدْ تَوَاطَأَتْ فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ فَمَنْ كَانَ مُتَحَرِّيَهَا فَلْيَتَحَرَّهَا فِى السَّبْعِ الأَوَاخِرِ ».

Artinya: ”Dari Ibn Umar, bahwa ada beberapa orang dari sahabat Nabi Muhammad SAW yang diperlihatkan Lailatul Qadar dalam mimpi mereka pada tujuh hari terakhir. Maka Rasulullah bersabda, ‘Aku memandang bahwa mimpi kalian tentang Lailatul Qadar tepat terjadi pada tujuh malam terakhir, maka siapa yang mau mencarinya, lakukanlah pada tujuh malam terakhir.” (HR. Muslim)

Para ulama kemudian berusaha meniliti pengalaman para sahabat dalam menemukan malam lailatul Qadar. Di antara ulama yang tegas mengatakan bahwa ada kaidah untuk mengetahui malam Lailatul Qadar adalah Imam Abu Hamid al Ghazali (405 -505 H) dan Imam Hasan as Syadzili. Bahkan dinyatakan dalam sebuah tafsir surat al Qadr, bahwa beliau semenjak baligh selalu mendapatkan malam Lailatul Qadar dan menyesuai dengan kaidah ini.

Menurut Imam al Ghazali cara untuk mengetahui Lailatul Qadar bisa dilihat dari permulaan atau malam pertama Bulan Ramadan:

  1. Jika hari pertama jatuh pada malam Ahad atau Rabu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 29 Ramadan,
  2. Jika malam pertama jatuh pada Senin , maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 21 Ramadan
  3. Jika malam pertama jatuh pada hari Kamis, maka Lailatul Qadar jatuh pada tanggal 25 Ramadan.
  4. Jika malam pertama jatuh pada hari malam Sabtu, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 23 Ramadan
  5. Jika malam pertama jatuh pada Selasa dan Jum’at, maka Lailatul Qadar jatuh pada malam 27 Ramadan.

Jika menyetujui kaidah ini, berarti malam Lailatul Qadar tahun ini jatuh pada malam 21 Ramadan, karena awal Ramadan adalah malam senin, 6 Juni 2016 M.

Selain itu, Abdurrahman as Shafuri dalam kitabnya, “Nuzhat al Majelis” berkata, “Dan yang aku lihat dari Shohib at Tanbih, sesungguhnya dia berkata: “Lailatul Qadar itu terdiri dari 9 huruf. Allah SWT dalam surat al Qadr menyebutnya sebanyak 3 kali. Kemudian 9×3= 27, maka hal ini menunjukkan bahwa Lailatul Qadar jatuh pada malam tanggal 27 Ramadan. Pendapat ini adalah yang dikatakan oleh sahabat Ibnu Abbas.

Dalam hal ini Rasulullah memberi tanda-tanda datangnya Lailatul Qadar diantaranya udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana hadis dari Ibnu Abbas, Rasulullah bersabda, “Bahhwa Lailatul Qadar adalah malam yang penuh kemudahan dan kebaikan, cuaca cerah tidak terlalu panas, juga tidak terlalu dingin, pada pagi hari matahari bersinar begitu cerah dan nampak kemerah-merahan. (HR. al Baihaqi).

Begitulah Rasulullah dan para ulama memberikan gambaran tentang malam yang lebih baik dari seribu bulan ini. Tinggal kemauan dan usaha keras kita untuk menggapainya dengan meningkatkan ibadah kepada Allah. Menyiapkan kebutuhan untuk lebaran tidak dilarang, justru bisa saja menjadi amal baik bagi kita. Namun, perlu timing dan porsi yang efektif dan efisien.

Misalkan jauh-jauh hari sebelum sepuluh hari terakhir Ramadan, sudah memenuhi semua kebutuhan, seperti baju dan makanan suguhan. Sehingga 10 hari terakhir menjadi waktu bermanja ria bersama Allah dan menggapai malam-Nya yang mulia.

Semoga kita bisa menggapai Lailatul Qadar dan menjadikannya sebagai momen mendekatkan diri kepada Sang Khalik. Amin. Wallahu A’lam.


*Ketua Aswaja NU Center Jombang