Oleh: Pipit Maulidiya*

Tidak seperti halnya kebanyakan kiai di Indonesia yang tidak banyak menghasilkan karya, Gus Ishom sangat kelihatan dan menonjol di bidang ini. Beliau adalah seorang penulis andal di berbagai media masa, Nasional maupun local. Tulisan dalam bentuk opini, essai, cerpen, dan lain sebagainya tidak terhitung. Khusus dalam bidang sastra, Gus Ishom mempunyai keunikan sendiri. Bahasanya yang khas, dan sentuhan spiritualitasnya yang tinggi membuat sastra Gus Ishom bernilai tinggi. Kemampuan sastra Gus Ishom ini dilatarbelakangi oleh kesenangannya dalam bidang balaghah, terutama bab badi’ yang bermuatan sastra tinggi.

Dalam diskusi bedah buku “Kun Fayakun” di Aula Pondok Pesantren Tebuireng, dimana Gus Ishom menjadi salah satu narasumbernya, beliau tampil memukau dengan data-data yang segar dan ilmiah. Waktu diskusi itu Gus Ishom menceritakan, ketika Kiai Hasyim menjenguk putrinya Hj. Khodijah (ibu Gus Ishom) di rumah sakit Sumobito Jombang. Kiai Hasyim melihat ada sebuah gereja di sebelah rumah sakit yang ada kentongannya. Selepas istrinya pulang dari rumah sakit, Kiai Hasyim memberikan fatwa haramnya menggunakan kentongan di Masjid atau tempat ibadah lainnya, seperti Musholla. Yang dibolehkan hanya geduk. Namun, Kiai Anwar Paculgowang tidak sepakat dengan pendapat Kiai Hasyim. Mereka kemudian berdiskusi, beradu argumentasi dan berpolemik lewat lisan maupun tulisan. Kiai Hasyim mengarang kitab “al-Jasus fi Ahkamin Nuqush”, yang membahas haramnya kentongan karena ada unsur tasyabbuh (menyerupai) orang Kristen, sedangkan Kiai Anwar konsisten dengan pandangan bolehnya kentongan karena sudah menjadi tradisi (adat) dan tidak ada pengaruhnya terhadap agama dan kepercayaan seseorang. Ia murni ikhbar (pemberitahuan) kepada masyarakat. Cerita-cerita unik semacam inilah yang mengasah kemampuan Gus Ishom membuat karya sastra semacam cerpen dan sejenisnya.

Ketika diundang dalam forum diskusi, beliau juga membuat makalah ilmiah yang argumentatif. Sayang, tulisan Gus Ishom di berbagai media masa dan makalah di beberapa forum tidak terdokumentasi dengan baik. Hanya sejumlah naskah buku dan kitab yang dapat dinikmati hingga sekarang. Diantara karya-karya Gus Ishom adalah; Irsyadu al-Mukmimin, Audlohul Bayan fima Yata’allaqu bi Wadloifi Ramadhan, Miftahul Falah fi Ahaditsi al-Nikah, Biografi Kiai Hasyim Asy’ari, tulisan di berbagai media masa dan makalah di berbagai forum diskusi.

Salah satu prestasi penting yang dihasilakan Gus Ishom, adalah keberhasilannya menemukan karya-karya orisinil kakeknya, Hadlaratus Syekh KH. M. Hasyim Asy’ari. Bahkan sejak di Lirboyo menurut Gus Umar Shohib, Gus Ishom sudah rajin mencari, mengumpulkan, dan mensistematisir karya-karya Hadratusyekh KH. M. Hasyim Asy’ari untuk dijadikan dokumen yang bisa disebarluaskan. Tapi, ketika di Lirboyo Gus Ishom belum sempat menerbitkannya. Baru ketika kembali ke Tebuireng, karya-karya Hadratusyekh yang sangat berharga bagi komunitas NU khususnya dan umat Islam umumnya dapat diterbitkan untuk umum.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Gus Ishom mendapatkan karya Hadratusyekh dengan perjuangan berat. Adakalanya beliau mencari kepada murid-murid Hadratusyaikh atau diberi naskah seseorang. Gus Ishom tidak menerima begitu naskah yang ada. Terlebih dahulu beliau memohon kepada ulama yang alim dan mempunyai kedekatan dengan kakeknya itu, untuk men-tashih dan men-tahqiq (meneliti secara mendalam). Setelah itu, baru kitab tersebut beliau terbitkan.

Banyak karya Kiai Hasyim yang dikumpulkan Gus Ishom. Antara lain : 1. Adabul Alim wa al-Muta’llim, menjelaskan apa yang dibutuhkan pelajar ditengah proses studinya dan hal-hal yang berhubungan dengan pengajar dalam proses pengajarannya; 2. Ziyadah al-Ta’liqat, buku untuk mematahkan argumentasi Syekh Abdullah bin Yasin al-Fasuruwani dalam kitab nadhomnya yang tidak sepakat dengan pengikut organisasi Nahdlatul Ulama; 3. al-Tanbihat al-Wajibat, liman Yashna’u al-Maulida bi al-Munkarat; 4. al-Risalah al-Jami’ah, menjelaskan tentang keadaan-keadaan orang-orang yang meninggal, tanda-tanda kiamat, dan menjelaskan tentang Sunnah dan bid’ah; 5. al-Nurul Mubin fi Mahabbati Sayyidil Mursalin, menjelaskan pengertian cinta kepada Rasulullah Saw. dan hal-hal yang berhubungan dengan para pengikut dan menghidupkan tradisinya; 6. Hasyiyah Ala Fathirrahman bi Syarhi Risalah al-Wali Ruslam li Syaikh Islam Zakariyya al-Anshari; 7. Dal-Durar al-Muntasirah fi al-Masail al-Tis’ah ‘Asyarah, menjelaskan tentang masalah thariqat, kewaliyan, dan hal-hal yang berhubungan dengan masalah-masalah penting bagi ahli thariqat; 8. al-Tibyan fi al-Nahyi ‘an Muqotho’ati al-Ikhwan, menjelaskan tentang pentingnya shilaturrahim dan bahaya memutusnya; 9. al-Risalah al-Tauhidiyyah, ini adalah kitab kecil yang menjelaskan akidah Ahlus Sunnah wa al-Jama’ah; 10. al-Qolaid fi Bayani ma yajibu min al-Aqoid; Dan masih banyak lainnya yang menunjukkan keluasan pemikiran Kiai Hasyim. Secara global semua karya Kiai Hasyim Asy’ari sekarang dijadikan satu kitab dengan nama “Irsyadus Syari” oleh adik Gus Ishom, Gus Zakki. Kitab ini sudah beredar luas diberbagai tempat di Indonesia. Sehingga sangat penting dibaca dan dipahami, khususnya kalangan NU.

Selain mengumpulkan kitab karya kakeknya, Gus Ishom juga menulis dan menghasilkan banyak karya diantaranya adalah :

  1. Miftahul Falah Fi Ahaditsin Nikahadalah berisi hadits-hadist tentang perkawinan yang melengkapi kitab dhou’ul misbah fi bayani ahkamin nikah. ditulis oleh almarhum Gus Ishom, kitab tersebut banyak menampilkan hadits-hadits yang sangat baik dalam rangka membentuk dan membina sebuah mahligai perkawinan yang berlandaskan tuntunan syariat islam.
  2. Audhohul Bayan Fi Ma Yata’allaq Bi Wadhoifir Ramadhanadalah sebuah kumpulan kitab karya Gus Ishom yang berisi hadits-hadits tentang keutamaan bulan ramadhan yang mulia. terdiri dari beberapa bab, hadits-hadits pilihan dalam kitab ini, memberikan kita tentang betapa mulianya bulan ramadhan. dalam kitab tersebut, dapat kita ketahui tentang amalan-amalan yang sangat baik dilakukan ketika bulan ramadhan.
  3. Irsyadul Mukmininmerupakan karya terakhir dari almarhum Gus Ishom. ketika yang lebih mengarah kepada akhlak serta tasawuf ini, memberikan kita pengetahuan tentang ajaran islam dari sisi moral dan tasawuf. sungguh, sebagaimana kitab lainnya, kitab ini jika kita kaji dengan mendalam, akan menemukan pencerahan batiniah yang sangat bermanfaat bagi kehidupan kita yang lebih baik dimasa mendatang.

Kitab-kitab karya KH. Hasyim Asy’ari yang beliau kumpulkan, dikaji bersama setiap bulan Ramadhan, selepas sholat Dhuhur sampai menjelang Maghrib di Masjid Pesantren Tebuireng. Pengajian yang langsung dipimpin Gus Ishom ini sudah biasa berlangsung ramai, diikuti oleh para santri Tebuireng, santri pesantren lain di sekitar Tebuireng, dan masyarakat sekitar.

Pengumpulan hasil karya Kiai Hasyim oleh Gus Ishom sangat bermanfaat, sehingga sampai di hati para pembaca karya beliau. Diantaranya, Fahrudin Nasrulloh (penulis buku Syaikh Branjang Abang). Setelah membaca buku karya Latiful Khuluq, Fajar Kebangunan Ulama: Biografi KH. Hasyim Asy’ari, ia mengatakan dalam pengantar bukunya, “Apa yang terjadi seandainya Gus Ishom tidak bergerak untuk mendokumentasikan puluhan karya kakeknya, KH. Hasyim Asy’ari? Tentu kita tak akan dapat mengkaji kitab-kitabnya dan mengenal lebih jauh cakrawala pemikirannya.” [1]

*Staff Produksi eastjavatraveler.com, alumnus UIN Sunan Ampel Surabaya


[1] Fahrudin Nasrulloh, Syaikh Branjang Abang, (Yogyakarta: Pustaka Pesantren, 2007)Hlm. xi