(Ket. Dari kiri) Formasi Imam Salat Tarawih Pesantren Tebuireng (26/03/2023), Zulfa Ubaidillah Mufid, M. Akbar Mubarok, M. Jalaluddin Ahmad, M. Tauhid Ayatullah, dan Arjuna Adi Pratama.

Jamaah salat Isya telah lewat beberapa menit yang lalu. Ratusan santri masih bertahan di barisan shaf salat. “Assholatu jamiah,” seru bilal dari dalam mihrab memecah ramainya suasana di masjid itu. Seruan lantang tersebut, disambut sahutan kompak para santri, “Shollu ‘alaaaih.”

Hiruk-pikuk para santri Pesantren Tebuireng, berubah menjadi pasukan jamaah salat tarawih. Di setiap sudut, berdiri gagah para ustadz, pengurus, dan santri. Raut wajah mereka yang serius tengak sibuk menertibkan santri yang masih bersenda gurau, tak kunjung takbir, memulai salat. Kadang kala, para pengurus tersebut melempar cahaya senter sorot agar para santri tertib melaksanakan salat.

Lantunan merdu bacaan imam membelah malam demi malam bulan Ramadan. 5 orang imam didatangkan khusus dari Pesantren Madrasatul Qur’an Tebuireng, untuk memimpin salat Tarawih di Pesantren Tebuireng.

Dimas, santri unit MTs, asal Pemalang bertutur, “tarawih di Tebuireng itu seru dan juga asik. Karena banyak teman dan selalu ramai. Meski ada satu hal, tarawihnya lama,” ujar Dimas saat di wawancara oleh tim Tebuireng.online

Salat Tarawih di Pesantren Tebuireng memang terkenal dengan durasinya yang cukup panjang, jika dibandingkan dengan masyarakat sekitar. Rata-rata salat tarawih di kampung Cukir itu berakhir pukul 20.00 Wib bahkan kurang.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Bukan tanpa sebab, budaya yang sudah ada sejak zaman Hadratusyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari ini harus tetap lestari di pondok yang dibangun olehnya.

“Pak Kiai Ta’in (KH. Musta’in Syafi’i) bercerita pada kami, bahwa Kiai Hasyim setiap tarawih itu selalu Khotmil Qur’an. Bermula dari KH. Yusuf Mahsyar (cucu menantu KH. Hasyim Asy’ari) terus berkembang sampai sekarang. Masjid Tebuireng itu setiap tarawih mesti menggunakan Khotmil Qur’an,” ujar Ust. Jalaluddin Ahmad, Imam salat tarawih Pesantren Tebuireng.

Selain itu, Dzuriyat KH. Yusuf Mahsyar tersebut juga menyebutkan bahwa Khotmil Qur’an saat salat tarawih pada Ramadan kali ini dimulai dari Juz 11 sampai Juz 20. Karena setiap tahunnya Pesantren Tebuireng membaca 10 juz Al-Qur’an dan ketepatan pada tahun ini membaca juz-juz tersebut. Rekan sesama imam Ust. Jalal membenarkan bahwa budaya ini sudah sejak zaman Hadratusyaikh.

 Adapun sistem salat tarawih Tebuireng itu 10 halaman satu malam atau 5 lembar yang terbentang dalam 20 raka’at salat. Setiap 4 raka’at atau 2 kali salam itu membaca 1 lembar mushaf, kemudian ganti imam. Artinya satu imam membaca 1 lembar dan setiap raka’at membaca setengah halaman.

Para imam tersebut juga menyatakan, ada kesan yang lebih sakral saat ngimami di masjid Tebuireng.  “Dibandingkan masjid lain, yang paling berkesan di Tebuireng ini. Karena ada ruhnya Mbah Hasyim Asy’ari yang seolah-olah ada di belakang kita.”

Pewarta: Fahrizal