Syekh Ihsan Jampes

Kediri, sebuah kota yang terletak di Jawa Timur yang langsung berdampingan dengan Jombang dan Nganjuk di sebelah utara, Blitar dan Tulungagung sebelah selatan. Kota ini termasuk dalam deretan wilayah yang memiliki banyak pondok pesantren. Di antara pondok pesantren yang terkenal sekarang adalah: Lirboyo, Ploso , Darussalam Sumbersari dan masih banyak lagi.

Salah satu ulama Kediri yang terkenal di penjuru dunia terlebih dalam dunia Islam adalah Bakir. Lebih kita kenal dengan sebutan Syekh Ihsan Jampes. Penyebab beliau terkenal di penjuru dunia tidak lain berkat magnum opus yang beliau miliki yaitu Syarah kitab Minhajul Abidin.

Sekilas Mengenai Syekh Ihsan Jampes

Bakir adalah nama beliau saat kecil. Bakir merupakan tokoh populer yang hidup di antara abad ke-19 dan abad-20. Beliau merupakan putra dari Kiai Dahlan, yang mendirikan kembali pondok pesantren Jampes setelah sempat berhenti sebab persengkeaan tanah dengan masyarakat setempat tahun 1886. Kiai Dahlan adalah putra dari Kiai Saleh asal Bogor yang masih tergolong keluarga Wali Songo yakni Syekh Syarif Hidayatullah. Yang lebih akrab kita kenal dengan Sunan Gunung Jati.

Dengan latar belakang pesantren, di sanalah Bakir mulai mengemban ilmu agama. Mulai dari belajar membaca al-Quran hinga belajar kitab kuning seperti ilmu alat, fikih, kalam dan tasawuf.

Setelah memiliki dasar ilmu agama yang cukup, Bakir memperdalam ilmunya dengan melanjutkan ke berbagai pesantren di Jawa. Beliau memulai dengan pergi ke Pondok Pesantren Bendo asuhan KH. Khozin, paman beliau sendiri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Berlanjut ke Jawa Tengah, Pondok Pesantren Mangkang Semarang asuhan KH. Ahmad Dahlan, dan Pondok Pesantern milik KH. Soleh Darat. Dari Semarang, Bakir beranjak untuk menuju Pondok Pesantren Punduh Magelang asuhan KH. Ma’sum yang terkenal dengan kewaliannya, lalu Pondok Pesantren Jamseran Solo.

Merasa kurang puas, Bakir pergi ke Termas Pacitan untuk menimbah ilmu dari KH. Dimyati, adik dari Syekh Mahfuz, dan Pondok Pesantren Gondang Legi Nganjuk. Lalu belajar kepada sang maha guru KH. Kholil Bangkalan. Banyaknya pesantren yang beliau kunjungi membuatnya memiliki bebagai macam ilmu pengetahuan dan sudut pandang.

Setiap menimba ilmu di pondok pesantren, Bakir tidak mau menunjukkan identitas aslinya. Bahkan beliau menjadi abdi ndalem (pelayan) di beberapa pesantren yang dia kunjungi. Hal ini disebabkan karakteristik tasawuf yang dimiiki ayahnya juga dimiliki oleh Bakir.

Bakir mengakhiri studi belajar di pesantren dan kembali ke kampung halaman untuk mengajar atas perintah dari ayahnya. Karena, sang ayah yakin bahwa ilmu yang dimiliki oleh Bakir sudah cukup. Tahun 1926, setelah menunaikan ibadah haji, nama Bakir berubah menjadi Ihsan, nama inilah yang kita kenal hingga sekarang.

Karya-Karya Syekh Ihsan Jampes

Karena memiliki karakteristik tasawuf yang kuat dalam diri Syekh Ihsan, kebanyakan kitab yang beliau karang juga berbau tasawuf. Jumlah kitab yang beliau karang semasa hidupnya sudah mencapai 12 kitab. Namun yang sudah tercetak hanya empat saja.

  1. Kitab Sirajut Thalibin

Sirajut Thalibin merupakan magnum opus milik beliau. Bagaimana tidak, kitab ini merupakan syarah (penjelasan) dari kitab Minhajul Abidin milik Imam Ghozali yang terkategori dalam kitab tasawuf. Selain itu, kitab ini juga tersebar sampai ke tanah mesir dan dicetak oleh penerbit ternama seperti Darul Fikr dan Darul Kutub Ilmiyah, Beirut, Lebanon. Hal ini menandakan seberapa tingginya kulitas dari kitab Sirajut Tholibin.

  1. Kitab Irsyadul Ikhwan li Bayani Ahkami Syurbil Qohwah wal Dhukhan

Kitab ini membahas tentang hukum mengonsumsi rokok dan kopi. Karya ini bisa kita jadikan alasan bahwa Syekh Ihsan memiliki prisnsip untuk membumikan fikih. Karena mengonsumsi rokok dan kopi adalah kebiasaan umum warga Indonesia. Dengan adanya kitab ini, Syekh Ihsan sudah berusaha mengontekstualkan fikih di kehidupan sehari-hari alias membumikan fikih. Dan pembahasan yang Syekh Ihsan tawarkan dalam kitab ini tidak terlepas dari prespektif tasawuf.

  1. Kitab Minhajul Imdad

Merupakan kitab yang berisi komentar atas kitab Irshadul Ibad karangan Syekh Zainuddin Al-Malibari yang membahas seputar tauhid, fikih dan tasawuf yang sesuai dengan karakter Syekh Ihsan. Meskipun masukrip dari kitab ini sudah berada di perpustakaan Kairo, Minhajul Imdad belum sempat tercetak sampai wafatnya Syekh ihsan. Beruntungnya, ada santri yang mampu menyalin manuskrip tersebut, sehinga keluarga Syekh Ihsan bisa mencetak sendiri pada tahun 2005.

  1. Kitab Tasrihul Ibarat

Kitab yang menjadi penjelas Natij Al-Miqaat karangan K.H Ahmad Dahlan. Kiai Dahlan sendiri adalah mentor Syekh Ihsan saat beliau belajar di Semarang. Kitab ini membahas seputar ilmu astronomi dan menjelasakan alat kuno yang bernama rubu’. Kitab ini sangat penting karena membantu untuk menentukan arah kiblat ketika hendak membangun mushola atau masjid.


Ditulis oleh Mohammad Naufal Najib, Mahasantri Ma’had Aly An-Nur II “Al-Murtadlo” Malang