ilustrasi orang shalat

Oleh: Uzair Assyaakir

Shalat lima waktu merupakan shalat yang harus dikerjakan setiap muslim yang telah berstatus mukalaf dan tidak sedang uzur. Terlebih shalat subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya, hukumnya fardhu ‘ain alias wajib bagi setiap muslim.

Berikut lebih jelasnya untuk waktu-waktu shalat wajib: Waktu shalat subuh dimulai dari terbitnya fajar shadiq hingga terbitnya matahari pada pagi hari. Waktu shalat dhuhur dimulai dari tergelincirnya matahari saat tengah hari hingga ukuran bayangan suatu benda sama dengan ukuran tinggi bendanya. Waktu shalat ashar adalah ketika ukuran bayangan suatu benda sama tinggi dengan ukuran bendanya sampai terbenamnya matahari. Waktu shalat maghrib ketika matahari terbenam secara sempurna sampai hilangnya awan merah di ufuk barat. Dan shalat isya’ ketika hilangnya awan merah di ufuk barat sampai terbitnya fajar shadiq.

Shalat Subuh di Luar Waktu

Tak dapat dimungkiri, waktu shalat subuh tergolong sangat singkat. Oleh karena itu, jika fajar shadiq telah menyingsing, hendaknya kita bergegas bangun dan menunaikan shalat subuh. Sering kali di bulan Ramadan ini, kita menyepelekan waktu shalat subuh. Setelah sahur pada sekitaran pukul dua hingga setengah empat pagi, kita langsung melanjutkan tidur dan sengaja tidak terjaga hingga waktu subuh tiba. Jika dari awal sudah berniat menunda shalat dan disengaja, maka hal itu berdosa.

Tetapi bagaimana jika tidak disengaja dan lupa? Barangkali kisah Rasulullah SAW yang akan saya sampaikan ini bisa memberikan kita pengajaran mengenai shalat subuh. Rasulullah SAW dan para sahabat senantiasa menunaikan shalat subuh tepat waktu. Akan tetapi, pada suatu ketika, Rasulullah SAW baru bangun ketika waktu subuh sudah usai. Tepatnya saat matahari sudah terbit berpendar. Namun, saat itu Rasulullah bergegas menunaikan shalat subuh.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Untuk lebih jelasnya, beginilah kronologi Rasulullah SAW bangun kesiangan. Ketika itu Rasulullah SAW dan para sahabat melakukan perjalanan sampai di sepertiga malam terakhir. Yang mana itu artinya waktu subuh akan segera tiba.

Kondisi kelelahan dirasakan oleh para sahabat, dan juga Rasulullah SAW. Sebagian sahabat lantas mengusulkan agar kepada Rasulullah SAW agar beristirahat terlebih dahulu. Hal itu dimaksudkan agar ketika bangun tidur, energi sudah pulih kembali dan bisa melanjutkan perjalanan.

Rasulullah SAW menolak usulan tersebut karena khawatir akan kebablasan sehingga waktu subuh terlewat. Mendengar penolakan tersebut, Bilal pun berkata bahwa dia akan membangunkan Rasulullah SAW dan para sahabat jika waktu shalat subuh sudah tiba. Bilal berniat tidak tidur karena hendak membangunkan mereka.

Akhirnya, Rasulullah SAW menyetujui usulan Bilal. Rasulullah SAW dan para sahabat kemudian tidur. Sementara itu, Bilal menyandarkan punggung pada hewan tunggangannya untuk sekadar beristirahat. Tak disangka, Bilal tertidur pulas kala itu.

Rasulullah SAW kemudian terbangun ketika garis matahari telah terbit di ujung timur. Yang mana itu menandakan bahwa waktu shalat subuh telah usai.

Rasulullah SAW dan para sahabat, termasuk Bilal, langsung berwudhu dan menunaikan shalat subuh.

Kisah tersebut disampaikan oleh seorang sahabat, yakni Abu Qatadah ra. Dia meriwayatkan:

Pada suatu malam kami menempuh perjalanan bersama Nabi SAW. Sebagian orang mengatakan, “Wahai Rasulullah, sebaiknya kita beristirahat menjelang pagi ini.” Rasulullah SAW bersabda, “Aku khawatir kalian tidur nyenyak sehingga melewatkan shalat subuh.”

Bilal berkata,”Saya akan membangunkan kalian.” Mereka semua akhirnya tidur, sedangkan Bilal menyandarkan punggung pada hewan tunggangannya. Namun, Bilal akhirnya tertidur juga. Nabi SAW terbangun ketika busur tepian matahari sudah muncul.

Nabi SAW berkata, “Hai, Bilal! Mana bukti ucapanmu?” Bilal menjawab, “Saya tidak pernah tidur sepulas malam ini.”

Rasulullah SAW pun bersabda, “Sesunngguhnya Allah mengambil nyawamu kapan pun Dia mau dan mengembalikannya kapan pun Dia mau. Hai, Bilal, bangunlah dan suarakan azan.” Beliau lantas mengambil wudhu. Setelah matahari agak meninggi dan bersinar putih, beliau berdiri untuk melaksanakan shalat.” (HR. Bukhari)

Peristiwa Rasulullah SAW yang kesiangan menunaikan shalat subuh tersebut kemudian menjadi sebuah dalil bahwa meskipun telah kehabisan waktu, hendaknya tetap menunaikan shalat. Dengan catatan, alasannya adalah karena kesiangan serta tidak disengaja atau dibuat-dibuat. Dan shalat yang dilaksanakan setelah berlalu waktunya itu disebut shalat qadha.

Dalam kisah di atas, jelas Rasulullah SAW berniat bangun jika waktu subuh sudah masuk. Jaminannya adalah Bilal yang berkata akan membangunkan beliau dan para sahabat. Akan tetapi, Bilal tertidur nyenyak.

Semoga kisah ini mampu memberikan kita penyadaran dan bukan malah melunakkan diri kita, agar kita lalai menunaikan shalat subuh di bulan Ramadan ini. Gusti Allah yang Maha Mengetahui tentu tahu, mana yang “tidak disengaja dan tidak dibuat-buat” dan mana yang “disengaja dan dibuat-buat”.

Baca Juga: Mengqadha’ Shalat Orang yang Meninggal