(Sumber foto: monicadillaf.wordpress.com)

Oleh: Almara Sukma Prasintia*

Muhammad bin Muhammad bin Ahmad, Abu Hamid At-Thoussi Al-Ghazali yang bergelar Hujjatul Islam, beliau adalah seorang ulama’ yang sangat gigih memerangi segala macam bid’ah dan penyelewengan pemikiran tentang Islam. Beliau tampil pada saat orang-orang sedang sibuk membicarakan tentang filsafat. Keadaan ini mendorongnya ikut terlibat di dalam persoalan filsafat dan berusaha meluruskannya, di kala orang-orang merasa resah dengan perkembangan ilmu filsafat yang menjadi polemik tajam saat itu. Beliau terkenal sebagai salah seorang tokoh dan pemikir besar Islam yang tidak hanya dikenal di kalangan orang Islam, tetapi juga di kalangan intelektual non Islam, karena ilmunya yang sangat luas, pemikiran dan bahasanya yang menyentuh hati, khususnya dalam bidang tasawuf.

Kelahiran Al-Ghazali dan Pertumbuhannya

Imam Hujjatul Islam, Muhammad bin Muhammad bin Ahmad yang terkenal dengan panggilan Abu Hamid Al-Ghazali, dilahirkan di sebuah desa yang bernama Ghazali di kota Thous propinsi Khurosan, Iran sebelah Utara, pada tahun 450 H. Ayahnya adalah seorang miskin yang bekerja sebagai penenun. Beberapa waktu sebelum meninggal dunia , dia telah menitipkan Al-Ghazali dan saudaranya kepada temannya yang sufi, agar mendidik dan membimbingnya dengan menyerahkan harta yang dimilikinya untuk biaya keperluan sehari-hari mereka berdua.

Pendidikan Al-Ghazali

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Al-Ghazali ketika masih remaja belajar fiqih kepada Syekh Abu Naser Al-Ismaily. Beliau banyak mencatat keterangan-keterangan dari Syekh Abu Naser ini.

Sesampainya beliau di Thous, terus berusaha menyibukkan diri, selama kurang lebih tiga tahun beliau berusaha menghafal semua catatan yang beliau peroleh dari Syekh Abu Naser, hingga hafal semuanya.

Sesudah itu, Al-Ghazali pergi ke Naisabur untuk berguru kepada Imam Al-Haromain Al-Juwaini. Beliau sangat tekun belajar kepadanya, sehingga beliau mahir dalam bidang al-Quran, hadis, ilmu mantiq, dan retorika. Selain itu beliau juga mendalami ilmu hikmah dan filsafat, hingga beliau paham betul uraian-uraian para pakar ilmu tersebut . Beliau memang cerdas dan cepat menangkap pesan ilmu pengetahuan. Karena kepandaiannya dalam berbagai bidang ilmu, gurunya, Imam Al-Haromain memberi gelar kepadanya Bahrun Mughdiq artinya lautan luas yang tak bertepi.

Kezuhudan dan Ketaqwaan Al-Ghazali

Al-Ghazali telah menjauhkan diri dari hidup senang dan mewah. Beliau lebih suka memakai pakaian yang terbuat dari bahan yang paling kasar dan tidak banyak makan dan minum. Beliau senang berlindung di tempat-tempat sepi, membiasakan dirinya hidup sengsara, membebani dirinya dengan amalan-amalan ibadah yang berat dan menguji dirinya dengan berbagai macam amal kebaikan, hingga beliau menjadi pemuka manusia dengan tetap hidup sederhana.

Imam Muhammad bin Yahya As’ad Al-Maihani berkata: “Tidak ada orang yang dapat mencapai ilmu dan kemuliaan Al-Ghazali, kecuali orang yang akal pikirannya benar-benar matang.”

Wafat Al-Ghazali

Beliau wafat pada hari senin 14 Jumadil Akhir tahun 505 Hdalam usia 55 tahun. Imam Ibnu Al-Jouzy menceritakan dari Imam Ahmad, saudara Imam Al-Ghazali , bahwa ketika fajar pada hari tersebut terbit, beliau segera mengambil air wudhu. Setelah itu beliau meminta kain kafan, lalu berkata: Aku telah siap memenuhi panggilan-Mu dengan penuh ketaatan. Beliau kemudian membujurkan kedua kakinya dengan menghadap ke arah kiblat, terus menghembuskan nafas terakhirnya. Jenazah beliau di makamkan di Tobron, sebuah kawasan di kota Thous.

Beberapa Karya Ilmiyah Al-Ghazali

Imam Abu Hamid Al-Ghazali sebagaimana diterangkan di atas adalah seorang ulama besar yang ilmunya sangat luas dan mencakup segala bidang ilmu pengetahuan. Beliau telah meninggalkan banyak karya ilmiyah berbobot, antara lain: Al-Ihya’ Ulumuddin, AL-Iqtshod fi Al-I’tiqod, Al-Asma’ Al-Husna, Al-Munqidz fi Al-Dholal, Al-Basit, Al-Wasit, Al-Khulashoh, Al-Mustasfa, Al-Munkhul, Ar-Roddu Ala Al-Bathiniyyah, Bidayah al-Hidayah, Tahshin Al-Adillah, Tahafut Al-Falasifah, Risalah Al-Waladiyyah, Syifa’ al-‘Alil, Maqosid Al-Falasifah, Minhaj Al-‘Abidin.

Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat-Nya kepada beliau dan memberi berkah kepada kitadengan ilmu yang beliau tinggalkan dalam kitab-kitabnya tersebut.


Referensi: Kitab Bidayah Al-Hidayah


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari