Oleh: Fawaid Abdullah*
Tahun 2022 ini, tepatnya di penghujung Syawal 1443H, Sabtu terakhir di bulan Syawal. Tanggal 26-28 Mei 2022 yang lalu, adalah momentum bersejarah bagi Alumni Tebuireng se Indonesia.
Tahun ini adalah tahun kebangkitan ke-2 IKAPETE, organisasi rumah besar Alumni Santri Tebuireng. Setelah 2 tahun pada masa pandemi, alumni Tebuireng istirahat tidak ada temu alumni. Tahun ini, greget alumni TBI untuk datang ke agenda tahunan ini begitu dahsyat dan luar biasa.
Coba saja ditelisik, dari berbagai daerah kabupaten/kota dan Provinsi, malam ini, kamis malam Jum’at 26 Mei 2022, mulai berdatangan rombongan alumni menuju Pesantren Tebuireng. Bagaikan perhelatan Muktamar, ada yang pakai Bus VIP, bahkan Bus VVIP. Sebut saja PW IKAPETE DKI Jakarta dengan 1 Bus VVIP, Banten, Jabar, Jawa Tengah, dan hampir sebagian besar Kabupaten/Kota di Pulau Jawa sangat antusias menghadiri perhelatan besar ini.
Tak ketinggalan, bahkan yang dari Sumatera, Kalimantan Barat, Bali, NTB, NTT, Sulawesi, bahkan sampai Papua dipastikan menghadiri pertemuan Syawalan ini.
Sebagaimana amanah dan wasiat Almaghfurlah Romoyai Yusuf Hasyim atau yang akrab disapa Pak Ud atau Gus Ud “bahwa Temu Alumni Nasional IKAPETE Tebuireng se Indonesia, dilaksanakan setiap Sabtu terakhir di Bulan Syawal, sebagai Agenda rutinan tahunan harus terus disosialisasikan kepada semua Keluarga Besar Alumni Santri Tebuireng, lintas angkatan dan lintas unit pendidikan dibawah naungan Pesantren Tebuireng dan sekitarnya”.
Tahun ini, saya namakan sebagai tahun kebangkitan IKAPETE ke-2 dengan beberapa alasan:
1. Tahun 2003/2004 adalah tahun kebangkitan IKAPETE ke-1, dikarenakan saat itu, awal pertama kali dilakukan pergerakan secara massif, setelah IKAPETE sebagai rumah besar Alumni dibentuk secara resmi dan “diakui” oleh Pengasuh Tebuireng saat itu, Romoyai Yusuf Hasyim (Pak Ud). Tahun 2004, bersamaan dengan Gus Sholah di calonkan sebagai Cawapres berpasangan dengan Wiranto.
2. Awal dideklarasikan IKAPETE sebagai rumah besar Alumni, Pengasuh Romoyai Yusuf Hasyim menunjuk Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Yakub menjadi Ketua Umum Pusat pertama. Usul Pengasuh tersebut lalu ditetapkan dan disahkan melalui MUNAS ke-1 IKAPETE.
3. Masa khidmah berikutnya, setelah Prof Kyai Ali Mustafa Yakub, lalu ditunjuklah Prof. Dr. KH. Ridwan Nasir MA yang saat itu menjadi Rektor IAIN Sunan Ampel Surabaya dengan cara aklamasi, dan disetujui oleh Pengasuh Pesantren Tebuireng.
4. Masa khidmah berikutnya setelah Prof. Ridwan Nasir, juga atas usul Alumni, Dr. Sahid (yang saat itu masih belum menjadi Professor), secara aklamasi atas usul Alumni dan disetujui oleh Pengasuh. Doktor Sahid secara resmi menjadi Ketua Umum Pusat IKAPETE, saat itu ke Pengasuhan Tebuireng sudah beralih ke KH. Salahudin Wahid atau akrab disapa Gus Sholah.
5. Masa Khidmah Prof. Sahid (Almaghfurlah), adalah masa khidmah paling lama dalam memimpin PP IKAPETE. Masa khidmah berikutnya, saudara Ainur Rofik, sempat berhenti di tengah jalan. Lalu ada istilah Plt atau Pejabat sementara oleh MangHaji Lukman.
6. Setelah sempat sedikit terjadi dinamika yang cukup menyita perhatian. Maka muncul istilah baru dalam Organisasi IKAPETE Nasional, yaitu PRESIDIUM. Sebuah struktur dan konstur baru yang tidak pernah ada sebelumnya. Ini yang saya katakan sebagai Tahun Kebangkitan IKAPETE ke-2 dalam sejarah berdirinya Rumah Besar Alumni Santri Tebuireng.
Tebuireng memang selalu menciptakan Madzhab baru dalam khazanah kemajuan perjalanan Pesantren termasuk Organisasi Alumninya. Hal ini tidak lepas dari Pendiri Pesantren Tebuireng, yaitu Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari yang sekaligus Pendiri Utama Jam’iyyah Nahdlatul Ulama, NU.
Modernisasi Kurikulum yang digagas KH. Wahid Hasyim, dengan mendirikan Madrasah Nidhomiyah, memasukkan kurikulum seperti Bahasa Inggris, Matematika dll, adalah bukti bahwa Tebuireng tidak hanya ansich sebagai kiblat modernisasi Pesantren, tetapi juga dalam Manhajiyyah Tebuirengiyyah serta Manhajiyyah An Nahdliyyah, justeru muncul dari Tebuireng.
Mungkin hampir pasti belum ada, atau setidaknya jarang ada. Organisasi Alumni Pesantren, tetapi strukturnya malah memakai istilah sangat moderat sekali yaitu presidium. Tentu, ini adalah hal baru. Dan bisa jadi akan dicontoh oleh Perkumpulan Organisasi kealumnian di bawah naungan Pesantren. Hal lain yang belum begitu lazim dikalangan Pesantren, proses pergantian Pengasuh.
Sejak masa Almaghfurlah KH. Yusuf Hasyim, beliau semasa masih hidupnya, menunjuk sang Keponakan, yaitu KH. Salahudin Wahid, Gus Sholah untuk menggantikan sang Paman yang saat itu sudah sangat sepuh menjadi Pengasuh Tebuireng. Tebuireng dalam sejarah perjalanannya selalu memunculkan inspirasi baru dalam berorganisasi, dalam berkiprah dan berkhidmah kepada ummat.
Tebuireng tidak hanya sebatas Pesantren yang didalamnya mengelola pendidikan baik formal maupun non formal dan takhassus. Tetapi, Tebuireng sudah menjadi Kiblat Modernisasi Sistem Pesantren. Menjadi Manhaj Pemikiran dan Manhaj Tebuirengiyyah yang insyaAllah tidak akan lekang oleh Zaman.
Maka, berbahagialah menjadi bagian penting dari nama Tebuireng. Yang sekaligus mempunyai dua sanad ilmu, sanad melalui Jam’iyyah NU, dan sanad melalui menjadi Santri Tebuireng. Keduanya sama-sama bersanad langsung kepada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari, sang Pendiri Utama NU dan Pendiri Pesantren Tebuireng.
Semoga kita semua, diakui menjadi Santri Hadratussyaikh KH Hasyim Asy’ari. Aamiin.
Ditulis di Guest House “Griya Kenanga” samping Ndalem Gus Reza Yusuf Hasyim, Malam Jum’at 26 Mei 2022, Jam 01.30 WIB. (Disela-sela menghadiri Halal bi Halal Alumni Tebuireng se-Indonesia & MUNAS IKAPETE Nasional, 26-28 Mei 2022 di PP. Tebuireng Jombang).
*Santri Tebuireng 1989-1999. Pendiri & Ketua Umum Gerakan Nasional Generasi Indonesia Bersarung-GIB. Khadim PP. Al Aula Kombangan Bangkalan Madura.