Mahar atau yang sering disebut dengan mas kawin merupakan harta yang wajib diberikan suami kepada istri karena adanya akad nikah atau wathi (berhubungan badan). Dalam Islam, tidak ada ketentuan terkait banyak atau sedikitnya mahar. Akan tetapi berikanlah mahar yang terbaik untuk calon istri. Hal ini sebagaimana dicontohkan Rasulullah Saw.:

عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ أَنَّهُ قَالَ : سَأَلْتُ عَائِشَةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كَمْ كَانَ صَدَاقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ؟ قَالَتْ : كَانَ صَدَاقُهُ لِأَزْوَاجِهِ ثِنْتَيْ عَشْرَةَ أُوقِيَّةً، وَنَشًّا، قَالَتْ : أَتَدْرِي مَا النَّشُّ ؟ قَالَ : قُلْتُ : لَا. قَالَتْ : نِصْفُ أُوقِيَّةٍ، فَتِلْكَ خَمْسُمِائَةِ دِرْهَمٍ، فَهَذَا صَدَاقُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لِأَزْوَاجِهِ

Dari Abi Salamah, aku bertanya kepada Aisyah ra, terkait mahar Rasulullah Saw. Aisyah ra, menjawab: “Mahar Rasulullah kepada istrinya adalah 12 uqiyah dan satu nasy.” Aisyah berkata: “Taukah engkau satu nasy itu?” Abu Salamah berkata: “Tidak”, Aisyah berkata:”Setengah uqiyah”. Jadi semuanya 500 dirham. Inilah mahar Rasulullah kepada istri beliau. (H.R. Muslim, 1426, 4/144)

Hal ini juga sebagaimana dawuh KH. Maimoen Zubair bahwa “uang mahar itu berkah, kalau nikah usahakan maharnya yang banyak walaupun calon istri hanya meminta seperangkat alat shalat”.

Jika seseorang tidak memiliki harta yang bisa dijadikan mahar, ia bisa menggunakan sesuatu yang bisa di ambil manfaat atau jasanya. Sebagaimana disebutkan dalam hadis berikut:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

عَنْ سَهْلِ بْنِ سَعْدٍ السَّاعِدِيِّ ، قَالَ : جَاءَتِ امْرَأَةٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى للَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَتْ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، جِئْتُ أَهَبُ لَكَ نَفْسِي، فَنَظَرَ إِلَيْهَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَصَعَّدَ النَّظَرَ فِيهَا، وَصَوَّبَهُ، ثُمَّ طَأْطَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَأْسَهُ، فَلَمَّا رَأَتِ الْمَرْأَةُ أَنَّهُ لَمْ يَقْضِ فِيهَا شَيْئًا ؛ جَلَسَتْ، فَقَامَ رَجُلٌ مِنْ أَصْحَابِهِ، فَقَالَ : يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنْ لَمْ يَكُنْ لَكَ بِهَا حَاجَةٌ فَزَوِّجْنِيهَا، فَقَالَ : فَهَلْ عِنْدَكَ مِنْ شَيْءٍ ؟ فَقَالَ : لَا، وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، فَقَالَ :  اذْهَبْ إِلَى أَهْلِكَ، فَانْظُرْ، هَلْ تَجِدُ شَيْئًا ؟  فَذَهَبَ، ثُمَّ رَجَعَ، فَقَالَ : لَا وَاللَّهِ، مَا وَجَدْتُ شَيْئًا، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : انْظُرْ وَلَوْ خَاتِمًا مِنْ حَدِيدٍ. فَذَهَبَ ثُمَّ رَجَعَ، فَقَالَ : لَا وَاللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَلَا خَاتِمًا مِنْ حَدِيدٍ، وَلَكِنْ هَذَا إِزَارِي – قَالَ سَهْلٌ : مَا لَهُ رِدَاءٌ – فَلَهَا نِصْفُهُ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ :  مَا تَصْنَعُ بِإِزَارِكَ إِنْ لَبِسْتَهُ ؛ لَمْ يَكُنْ عَلَيْهَا مِنْهُ شَيْءٌ، وَإِنْ لَبِسَتْهُ ؛ لَمْ يَكُنْ عَلَيْكَ مِنْهُ شَيْءٌ ؟ . فَجَلَسَ الرَّجُلُ حَتَّى إِذَا طَالَ مَجْلِسُهُ، قَامَ، فَرَآهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُوَلِّيًا، فَأَمَرَ بِهِ ؛ فَدُعِيَ، فَلَمَّا جَاءَ، قَالَ : مَاذَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ ؟ . قَالَ : مَعِي سُورَةُ كَذَا وَسُورَةُ كَذَا – عَدَّدَهَا – فَقَالَ :  تَقْرَؤُهُنَّ عَنْ ظَهْرِ قَلْبِكَ ؟ قَالَ : نَعَمْ، قَالَ : اذْهَبْ فَقَدْ مَلَّكْتُكَهَا بِمَا مَعَكَ مِنَ الْقُرْآنِ

“Ada seorang perempuan mendatangi Rasulullah, ia menghibahkan dirinya untuk Rasulullah Saw., Kemudian sahabat berkata: “Wahai Rasulullah, apabila engkau tidak memerlukan wanita tersebut, maka nikahkanlah dia dengan aku.”

Rasulullah berkata: “Apakah kamu punya sesuatu untuk dijadikan mahar?”, Laki-laki tersebut menjawab : “Demi Allah saya tidak mempunyai apa-apa wahai Rasulullah”, Rasulullah menjawab: “Pulanglah ke keluarga kamu, lihatlah apakah mereka mempunyai sesuatu untuk dijadikan mahar?, kemudian ia pergi untuk menemui keluarganya. Kemudian laki-laki tersebut mendatangi Rasulullah dan berkata: “Demi Allah, saya tidak menemukan sesuatu apa pun termasuk cincin dari besi, akan tetapi saya punya sarung.”

Kemudian laki-laki berkata: “Bagaimana jika maharnya sarungku wahai Rasulullah, saya akan menggunakan sebagian sarung ini sebagai mahar?” Rasulullah menjawab:  “Apa yang kamu lakukan jika sarungnya masih kamu pakai, berarti tidak ada mahar baginya?”

Kemudian Rasulullah Saw, melanjutkan perkataannya: “Apakah kamu memiliki hafalan Al-Quran,?” Ia menjawab: “Aku memiliki hafalan Al-Quran surat ini dan surat ini”. Rasulullah Saw. Bersabda: “Nikahilah perempuan ini dengan hafalan Al-Quran yang ada padamu.”

Orang yang tidak memiliki harta sama sekali untuk dijadikan mahar maka ia boleh menikahi wanita dengan mahar Al-Quran. Maksudnya, menikahi wanita tersebut dengan mengajarinya dengan menghafal Al-Quran. Mengajarkan ilmu terkait surat yang telah ia jadikan mahar kepada istrinya. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: Mahar Pernikahan dengan Al Quran, Boleh kah?

Ditulis oleh Almara Sukma, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari