ilustrasi muslim makan

Dalam agama Islam kita diperintahkan untuk saling tolong menolong, membantu saudaranya yang kesusahan, memberi kepada orang yang membutuhkan dan amar ma’ruf nahi munkar. Hal ini tidak hanya berlaku untuk saudara sesama muslim. Jika ada saudara kita selain muslim dalam keadaan susah dan membutuhkan banuan kita harus membantunya. Sebagaimana kisah berikut.

Suatu ketika ada seorang majusi (penyembah api) datang kepada nabi Ibrahim untuk bertamu. Biasanya ketika ada tamu, tuan rumah pasti akan memuliakannya dengan memberi jamuan. Tamu tersebut meminta makan (jamuan) kepada Nabi Ibrahim, selayaknya tamu pada umumnya.

Nabi Ibrahim enggan menerimanya dan enggan memberikan sedikut pun makanan kepadanya, karena ia adalah orang majusi, ia orang yang menyembah api dan tidak mau menyembah Allah.

Mungkin pada saat itu nabi Ibrahim membatin “Bagaimana mungkin saya memberikan makanan kepada orang yang menyekutukan Allah.  Kemudian Nabi Ibrahim berkata: “Saya akan menerima dan memberikan kamu makanan dengan syarat kamu harus masuk Islam.” Alhasil, orang majusi tersebut pergi meninggalkan nabi Ibrahim dengan tangan hampa.

Setelah kepergian orang majusi tersebut, Allah menurunkan wahyu kepada Nabi Ibrahim. “Wahai Ibrahim kenapa kamu tidak memberinya makan kecuali dengan ia berpindah agama? Kami (Allah) telah memberinya makan selama 70 tahun semasa kufurnya. Lalu apa ruginya kamu jika memberinya makan selama satu hari saja.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Setelah mendapatkan wahyu dari Allah, Nabi Ibrahim pergi mencari orang majusi tersebut. Setelah menemukannya, Nabi Ibrahim mengajaknya kembali ke rumah. Nabi Ibrahim memberikan makanan kepadanya.

Orang majusi tersebut bingung dengan perubahan sikap Nabi Ibrahim. Ia bertanya-tanya dalam hati “Kenapa Ibrahim yang tadi enggan memberiku makanan tiba-tiba mencariku dan memberikan makanan kepadaku?”.

Lalu ia mengungkapkan isi hatinya kepada Nabi Ibrahim “Kenapa sikap engkau mendadak berubah?” Nabi Ibrahim menjawab: “Aku baru saja mendapatkan wahyu dari Allah SWT. Untuk memberikan makanan kepadamu.”

Orang majusi tersebut diam dan berkata dalam hati, “Beginilah Allah memperlakukan saya”, hatinya luluh karena kejadian yang baru saja ia alami. Akhirnya, ia memilih untuk masuk agama Islam.

Dari kisah di atas bisa kita ketahui bahwa Allah tidak pandang bulu dalam memberikan rizki kepada hamba-Nya. Allah memberikan rizki kepada semua makhluk-Nya. Allah juga menegur orang yang melakukan kesalahan (Nabi Ibrahim) meskipun ia adalah kekasih-Nya.

Kesimpulannya, kita harus bersikap adil dalam hal sosial dan kemanusiaan, kita tidak boleh membeda-bedakannya berdasarkan perbedaan suku atau agamanya. Kita tidak tahu akan takdir Allah, bisa jadi kebaikan seseorang bisa menjadi perantara orang lain untuk menjadi lebih baik lagi ke depannya.

Ketika melakukan kesalah kita tidak boleh malu untuk mengakuinya. Hal ini sebagaimana telah dicontohkan oleh Nabi Ibrahim. Beliau tidak malu mengakui kesalahannya dan berkata jujur kepada orang majusi tersebut.

Referensi: Ar-Risalatul Qusyairiyyah hal 134, karya Syaikh Abul Qasim al-Qusyairi

Ditulis oleh Almara Sukma, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari