ilustrasi dibelenggu

Selama bulan suci Ramadhan, umat muslim di seluruh belahan bumi menjalankan ibadah puasa. Tidak hanya berpuasa, pada bulan ini umat muslim berlomba-lomba meningkatkan kualitas ibadah mereka. Karena pada saat Ramadhan, semua amal kebajikan akan dicatat berlipat-lipat, dan setan iblis diikat, dirantai, dan dibelenggu agar tidak menggoda manusia untuk berbuat maksiat. Hal ini berdasarkan sabda Nabi Muhammad SAW yang sering disampaikan oleh para ustadz ketika memasuki bulan Ramadhan:

إِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فُتِّحَتْ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ، وَغُلِّقَتْ أَبْوَابُ النَّارِ، وَصُفِّدَتِ الشَّيَاطِينُ

Ketika bulan Ramadhan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu neraka ditutup, dan setan-setan dibelenggu.” (H.R. Muslim no. 1079).

Namun, kerap kali muncul pertanyaan di antara kita, mengapa masih banyak manusia yang melakukan maksiat ketika Ramadhan, padahal setan-setan terikat dan terbelenggu? Jika dipikir-pikir, pertanyaan tersebut cukup masuk akal. Maka dari itu, penting bagi kita untuk memahami bagaimana perbuatan dosa dan maksiat itu dapat terjadi.

Dalam menjawab pertanyaan tersebut, Syaikh Dr. Muhammad Hasan, seorang pemimpin spiritual dari Mesir, melalui saluran Youtube-nya ketika ditanya oleh seorang reporter ternama di Mesir, Dr. Muhammad Kholid, mengenai dua musuh manusia, yaitu nafsu dan setan. Dr. Muhammad Hasan, yang beraliran Ahlussunnah tersebut menerangkan bahwa musuh terbesar manusia bukanah setan akan tetapi nafsunya sendiri. Karena pada dasarnya tipu daya setan kepada manusia itu bersifat lemah. Hal ini merujuk pada firman Allah SWT dalam Al-Quran surat An-Nisa ayat 76.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

إِنَّ كَيْدَ الشَّيْطَانِ كَانَ ضَعِيفًا

Sesungguhnya tipu daya setan itu lemah.”

Ketika seorang manusia tengah digoda oleh setan dan segera memohon perlindungan kepada Allah (isti’adzah), maka para setan tersebut akan lari dan mundur dari menggoda manusia. Lain halnya dengan nafsu atau keinginan yang ada pada manusia. Sekalipun manusia ingat kepada Allah SWT, hasrat manusia untuk melakukan hal yang ia sukai, meskipun melanggar ketentuan syariat dan merugikan orang lain, nafsu atau keinginan manusia akan terus bergejolak dalam dirinya.

Oleh karena itu, Syaikh Muhammad Hasan yang merupakan ulama kontemporer dan menamatkan studi doktoral di American University menegaskan bahwa ketika bulan suci Ramadhan setan, jin, dan iblis itu terbelenggu, akan tetapi tidak dengan nafsu manusia. Nafsu atau keinginan manusia yang cenderung pada hal-hal negatif ini dalam Islam disebut dengan an-nafs al-ammarah bi as-su’ (nafsu yang selalu mendorong kepada kejahatan). Sebagaimana termaktub dalam surat Yusuf ayat 53:

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي ۚ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي ۚ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ 

Aku tidak mengklaim bahwa diriku bersih (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu mendorong kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku, karena Tuhanku Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

Ath-Thabari dalam menafsirkan ayat tersebut mengatakan bahwa nafsu ammarah bi as-su’ ini selalu mendorong manusia untuk melakukan apa yang disenanginya, meskipun hal tersebut tidak diridoi oleh Allah. Oleh karena itu, dikatakan bahwa manusia perlu melakukan tazkiyah an-nafs (penyucian diri) untuk menghadapi musuh manusia yang satu ini. Imam Al-Ghazali berkata tazkiyah adalah tarbiyah, atau pemurnian diri itu ialah suatu proses mendidik dan merawat diri hingga mencapai tahap bersih dan suci.

Lebih lanjut Dr. Muhammad Hasan mengatakan bahwa tazkiyah an-nafs hanya dapat dilakukan dengan bersungguh-sungguh (mujahadah) dalam kebaikan, dan introspeksi diri (muhasabah). Proses pensucian diri ini dapat ditempuh dengan dua jalan, yakni takhalli (menghindar) dan tahalli (melengkapi atau meperindah). Takhalli atau menghindari segala dosa, perbuatan keji, dan maksiat, serta tahalli atau memperindah diri dengan amal kebajikan dan akhlak yang baik.

Maka dari sini dapat ditarik kesimpulan bahwa pada saat bulan suci Ramadhan memang benar bahwa setan, jin, dan iblis diikat dan dibelenggu oleh Allah SWT. Namun, manusia tetap melakukan maksiat dan dosa karena adanya dorongan nafsu dalam dirinya. Nafsu-nafsu tersebut tidak dapat dimusnahkan dan dihilangkan, hanya saja manusia dapat menjernihkan nafsu buruknya melalui latihan dan upaya untuk meredam dorongan kepada hal yang berbau maksiat.  

Baca Juga: Setan Diborgol Saat Ramadan

Ditulis oleh Alfahrizal, alumnus Ma’had Aly Hasyim Asy’ari