sumber gambar: www.google.com

Oleh: Qona’atun Putri Rahayu*

Pemuda saat ini adalah pemimpin di masa depan. Coba kita pikirkan bagaimana nasib bangsa kita jika dipimpin oleh pemimpin yang tidak berakhlak dan tidak bermoral? Sekarang sudah banyak para pemimpin yang menyalah gunakan jabatannya, sehingga menjadi kemadaratan seperti menjadi koruptor, mereka mengambil sesuatu yang bukan haknya.

Masa muda merupakan masa yang penuh dengan harapan. Penuh dengan cita-cita dan romantika-romantika kehidupan. Indahnya masa muda dihiasi dengan bentuk fisik yang kuat, berjalan masih cepat, pendengaranpun masih akurat. Pantas saja, jika para remaja dan pemuda adalah salah satu penentu maju mundurnya suatu negara.

Sejarah telah membuktikan kepada kita bahwa hingga kini bahkan sampai nanti sesuai dengan fitrohnya para remaja dan pemuda merupakan Agent of Change pelanjut sejarah, penerus cerita, dan penyambung tongkat estafet perjuangan dan cita-cita sang orang tua.

Nabi Muhammad saw bersabda :

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَ كُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ (رواه البخا ري)

“Masing-masing dari kalian adalah pengembara (pemimpin) dan masing-masing dari kalian akan ditanya (mem-pertanggungjawabkan) tentang apa yang di kembalanya (dipimpinnya).”

Sesungguhnya Rasulullah menganjurkan umatnya untuk menuntut ilmu baik laki-laki maupun perempuan, Rasulullah bersabda dalam hadits:

طلب العلم فريضةعلى كل مسلم ومسلمة

“Menuntut ilmu itu hukumnya wajib, baik bagi laki-laki maupun perempuan.”

Mengapa Rasulullah menganjurkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu? Karena ilmu itu lebih penting dibandingkan dengan rumah empat bertingkat-tingkat, dibandingkan dengan mobil mewah, dan mahal semua, dibandingkan dengan uang bertriliun-triliun dan emas batang yang banyak.

Betapa pentingnya ilmu dalam hidup ini, sampai-sampai apabila seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan dunia maupun kebahagiaan akhirat haruslah mempunyai ilmu. Rasulullah bersabda:

من أرادالدنيافعليه بالعلم ومن أرادالأخرة فعليه بالعلم ومن أرادهمافعليه بالعلم

“Barang siapa menghendaki kebahagiaan dunia, maka ia harus berilmu, barang siapa menghendaki kebahagiaan akhirat, maka ia harus berilmu dan barangsiapa menghendaki kebahagiaan keduanya, maka ia harus berilmu.”

Generasi muda yang hebat adalah generasi yang bisa mengikuti perkembangan arus modernisasi akan tetapi  tidak terpengaruh oleh pengaruh buruk oleh kemajuan modernisasi tersebut.

Karena itu jadilah  generasi  muda  yang bisa mengikuti perkembangan zaman tetapi tidak meninggalkan nilai-nilai keagamaan dan juga tetap dalam keimanan dan ketaqwaan. 

Allah SWT telah menggarisbawahi kriteria pemimpin yang hebat, peduli umat, bukan lempar batu sembunyi tangan, pemimpin yang ahli kampanye besar-besaran tapi lupa akan tujuan.  Maraknya arus informasi menjadi trend di era globalisasi.

Masyarakat yang dulunya masih tradisional kini sudah mulai radikal dan liberal, sikap sosial makin menipis terkikis oleh budaya kapitalis, hendaknya singsingkan lengan baju kita, rapatkan barisan, kita galakkan amal ma’ruf nahi mungkar, karena negeri ini butuh seorang pemuda yang menjadi pelopor bukan pengekor.

Negeri ini tak hanya butuh pemuda yang hanya pintar mengaji, namun juga butuh pemuda yang pintar mengkaji masalah yang ada, semoga kita sebagai pemuda yang mampu mengharumkan nama di mata mayarakat, agama, bangsa, dan negara. Karena kita harus bekerja didunia seperti kita akan hidup selamanya dan bekerja untuk akhirat seakan kita akan mati di hari esok. Maka perlu pendidikan moral sebagai proses penyiapan umat yang berkualitas.

Bangsa Indonesia adalah bangsa yang religius, bangsa yang berasaskan ketuhanan, seperti yang terdapat didalam pancasila pada sila pertama, yang berbunyi, “Ketuhanan Yang Maha Esa”. Namun, pada era reformasi ini sangat rentan terhadap adanya degradasi moral para generasi muda  penerus perjuangan dan pembangunan bangsa.

Akhir-akhir ini, Indonesia dilingkupi oleh permasalahan moral yang kian mencengangkan. Pengaruh budaya asing, maraknya penyebaran narkoba, kurangnya perhatian keluarga, dan pendidikan agama, kini menjadi sebab rusaknya Bangsa Indonesia.

Akibatnya banyak tersebar di beberapa sosial media, Indonesia digemparkan dengan kasus-kasus tak berasusila, kelompok yang saling mencuat dan mengumbar aib saudara, hingga pencelaan kepada saudara seagama. Untuk menyiapkan umat yang berkualitas, terdapat beberapa poin yang harus ada dalam diri setiap umat.

Pertama, sebagai realisasi terwujudnya umat yang berkualitas, maka perlu adanya pendidikan moral dan karakter. Kedua, perlu adanya kesadaran diri bagi masing-masing individu untuk memiliki karakter yang baik. Ketiga, pada seluruh warga Indonesia ini, perlu adanya sikap saling mendukung untuk menyemarakkan pendidikan moral dengan menciptakan lingkungan yang terbebas dari penyebab rusaknya moral.

Masih ingatkah kita, ketika warisan budaya bangsa kita, cipta karya anak bangsa di klaim bangsa lain sebagai warisan budaya mereka, masih senantiasa membelenggu. Ketika tenaga kerja asing lebih diutamakan dan diprioritaskan dari pada tenaga kerja asli Indonesia.

Masih ingatkah kita, ketika bendera bangsa ini dicetak terbalik oleh oknum bangsa tetangga, lalu spontan rakyat Indonesia geram dan marah. Ini menunjukkan rasa nasionalisme belum mati didalam dada, namun kini hadirin, rasa nasionalisme itu mulai sirna karena hanya mengedepankan keegoisan semata.

Perbedaan dan keragaman menjadi sumber perpecahan dimana-mana, saling menghujat, saling menghina, bahkan sampai menistakan sebuah agama, pembullyan dan berita hoax semakin marak di media masa, tawuran antar pelajar dan mahasiswa, pelecehan terhadap simbol-simbol Negara, dan lain sebagainya.

Manusia berasal dari zat yang satu, mengalir darah yang sama dan menjadi saudara diantara sesama di dalam menjaga keutuhan NKRI. Ingat, tanah air ini milik kita, tumbuhkan nasionalisme dalam jiwa, bersama-sama kita jaga Indonesia. Mabniyun alal Islam dan Marfu’un ala Pancasila atau tetap istikamah dalam ber-Islam dan menjunjung tinggi Nilai Pancasila.

Pancasila bukan sembarang nama, namun pancasila merupakan hasil ijtihad para ulama, syuhada, yang bertujuan menyatukan bangsa ini. Untuk itu, jangan sampai kita mengkhianati perjuangan para ulama dan syuhada yang telah berjuang mengorbankan darah dan air mata demi kita semua.

إِنَّ الْعُلَمَاءَ وَرَثَةُ اْلأَنْبِيَاءِ

“Sesungguhnya Ulama adalah pewaris para nabi.” (HR. Bukhori Muslim)

Memusuhi pancasila berarti memusuhi ulama, memusuhi ulama berarti memusuhi Islam. Namun sayangnya pada era 4.0 ini, sudah banyak pemuda yang melupakan rasul, sudah banyak pemuda yang tidak peduli akan agama, bahkan lebih parahnya mereka mengaku ahli sunnah sedangkan sendirinya berbuat kemaksiatan. 

Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan dalam mewujudkan kepribadian umat Islam saat ini? Umat islam saat ini mengalami degradasi besar-besaran. Karena perubahan zaman itu kita sebagai santri harus banyak banyak memilah, karena Nabi Muhammad pernah bersabda:

وَعَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عنه قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ صلى الله عليه وسلم ( مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ اَلْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ )  رَوَاهُ اَلتِّرْمِذِيُّ وَقَالَ حَسَن

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: Termasuk baiknya keislaman seseorang ialah ia meninggalkan apa yang tidak berguna baginya. Riwayat Tirmidzi. Ia berkata: Hadits Hasan.

Terutama bagi santri milenial, dalam masalah ilmu hendaklah belajar sesuatu yang dianggap paling baik serta dibutuhkan dalam kehidupan agamanya hari ini, kemudian pelajari juga tentang apa-apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.

Oleh sebab itu hendaknya paras santri berhati-hati terhadap penyakit-penyakit yang ada pada zaman sekarang seperti  meluapnya pengaruh paham-paham radikalisme yang sangat bebas sehingga kita bisa terjerumus kedalam hal hal yang buruk tetap waspada dan selalu tingkatkan keimanan kita. 

Pemuda adalah nyawa suatu negara. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW dalam sebuah hadits:

انّ فى أيد الشباب امر الأمّة, و فى اقدامها حياتها

“Sesungguhnya maju mundurnya suatu bangsa terletak di tangan para pemuda, dan di pundak merekalah hidup matinya suatu bangsa.”

*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang.