Oleh: Rizki Hanivan*
Kecintaan KH. Hasyim Asy’ari terhadap Al Quran tak usah diragukan. Kecintaan itu beliau buktikan dengan seringnya beliau membaca Al Quran. Bahkan menurut penuturan salah satu santrinya, yaitu KH. Abdul Muchit Muzadi, Kiai Hasyim setiap shalat Subuh setidaknya membaca 1 juz dalam 2 rakaat. Tapi ada kebiasaan lain yang menarik, yang membuat siapa pun pasti terharu mendengarnya. Beliau selalu menangis ketika membaca ayat-ayat tentang siksa.
Pernah suatu ketika Kiai Hasyim merasa tubuhnya sangat lelah karena habis menghadiri Kongres Nahdlatul Ulama di kota Malang. Akibatnya, beliau tidak bisa memberikan pengajian di malam hari kepada santri Tebuireng. Beliau pun memutuskan untuk segera tidur.
Tepat pukul setengah tiga malam, beliau segera bersiap melaksanan shalat Tahajud dengan pakaian yang rapi. Malam itu beliau belum makan sejak siang hari dan memutuskan untuk tidak makan padahal persediaan masih ada. Selepas shalat, dilanjutkan dengan bacaan-bacaan wirid dan doa, beliau mengambil Al Qurannya kemudian membacanya dengan tartil dan penuh perenungan.
Hingga sampai pada ayat 17-18 dari surat Adz-Dzaariyaat :
(17) كَانُوا قَلِيلًا مِنَ اللَّيْلِ مَا يَهْجَعُونَ
وَبِالْأَسْحَارِ هُمْ يَسْتَغْفِرُونَ (18
“Di dunia, mereka (para sahabat nabi) sedikit sekali tidur di waktu malam dan selalu memohonkan ampunan di waktu pagi sebelum fajar.”
Kiai Hasyim pun menghentikan bacaanya, kemudian terdengar suara yang tangis beliau dengan terisak-isak. Air matanya pun membahasi jenggot putihnya. Malam itu beliau merasa terlalu banyak tidur. Kemudian beliau berdoa “Ya Allah ampunilah hamba-Mu yang lemah ini dan berilah hamba kekuatan serta ketabahan untuk melaksanakan segala perintah-perintah-Mu.” Beliau pun lantas bangkit dari tempat duduknya menuju tempat shalat, kemudian bersujud dengan memohon ampunan dari-Nya. Mulutnya pun tak hentinya mengucapkan tasbih.
Pernah juga suatu ketika, Kiai Hasyim ingin beranjak tidur untuk mengistirahatkan badannya. Ketika berada di tempat tidur, beliau mendengar lantuna bacaan Al Quran seorang santri di masjid. Santri tersebut sedang membaca Al Quran surat Al-Muzammil ayat 1-9 :
يَا أَيُّهَا الْمُزَّمِّلُ (1) قُمِ اللَّيْلَ إِلَّا قَلِيلًا (2) نِصْفَهُ أَوِ انْقُصْ مِنْهُ قَلِيلًا (3) أَوْ زِدْ عَلَيْهِ وَرَتِّلِ الْقُرْآنَ تَرْتِيلًا (4) إِنَّا سَنُلْقِي عَلَيْكَ قَوْلًا ثَقِيلًا (5) إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا (6) إِنَّ لَكَ فِي النَّهَارِ سَبْحًا طَوِيلًا (7) وَاذْكُرِ اسْمَ رَبِّكَ وَتَبَتَّلْ إِلَيْهِ تَبْتِيلًا (8) رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلًا (9
“Hai orang yang berselimut (Muhammad), bangunlah (untuk salat) di malam hari, kecuali sedikit (darinya), (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, atau lebih dari seperdua itu. Dan bacalah Al Quran itu dengan perlahan-lahan. Sesungguhnya Kami akan menurunkan kepadamu perkataan yang berat. Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat (untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan. Sesungguhnya kamu pada siang hari mempunyai urusan yang panjang (banyak). Sebutlah nama Tuhanmu, dan beribadahlah kepada-Nya dengan penuh ketekunan. (Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai Pelindung.”
Tertegunlah Kiai Hasyim, ia merasa ini adalah teguran dari Allah SWT lewat santrinya. Allah menegurnya supaya tetap beribadah dan tidak menuruti hawa nafsu untuk bermalas-malasan.
Kejadian-kejadian seperti ini sering sekali terjadi. Saat setiap membaca Al Quran yang isinya terdapat ancaman, siksaan, dan murka-Nya atau ayat-ayat yang sering kali dilupakan sebagian kaum muslimin, membuat beliau selalu menetesakan air mata. Dari sini dapat kita ambil ibrah, yaitu betapa pekanya hati beliau terhadap Al Quran. Beliau bukan sekadar membaca tapi juga mentadabburinya. Kebiasaannya ini pun membuat keluarganya tidak heran, bahkan sudah sangat maklum bila mendengar beliau menangis di malam hari.
*Mahasiswa Unhasy Tebuireng Jombang
Sumber : Kebiasaan-kebiasaan inspiratif KH. Ahmad Dahlan & KH. Hasyim Asy’ari karya M. Sanusi
Hadratus Syeikh di Mata Santrinya: Pustaka tebuireng