sumber ilustrasi: islami.co

Oleh: KH. Djunaidi Hidayat

اِنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَسَيّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلاّ اللهُ وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُه

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلى سيّدنا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن

يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Jamaah Jumah rahimaakumullah

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Melalui khutbah ini mari kita memantapkan kualitas ketakwaan kita, serta terus memperbaiki dan menyempurnakan ibadah kita kepada Allah SWT. Kita laksanakan segala hal yang diperintahkan oleh Allah dengan penuh kepatuhan di mana pun, kapan pun, dan dalam situasi apa pun. Baik perintah-Nya berupa (الوَاجِبَاتُ) , yakni hal-hal yang memang harus kita lakukan. Maupun perintah yang bersifat ((المَنْدُوْبَاتُ, yakni yang perkara-perkara dianjurkan untuk mengerjakannya. 

Serta kita tinggalkan segala hal yang dilarang oleh Allah (المَنْهْيَاتَ). Baik larangan yang memang harus ditinggalkan, maupun hal-hal yang sebaiknya ditinggalkan, yakni al-makruhat (dimakruhkan). Hal tersebut menjadi modal bagi kita untuk mendapatkan kehidupan yang hakiki di dunia dan akhirat. 

Ma’asyir al-Muslimin Rahimakumullah

Kanjeng Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah untuk menjadi seorang nabi dan rasul. Dijadikannya Muhammad sebagai nabi dan rasul merupakan anugrah terbesar bagi umat manusia di dunia ini. Karena manusia diciptakan oleh Allah membutuhkan orang yang mampu menunjukkan kehidupan ini dengan benar. Dan petunjuk itu tidak cukup dengan akal, logika, dan pikiran manusia. 

Banyak hal di kehidupan ini yang harus ditunjukkan oleh kekuatan di luar akal kita. Sehingga Allah mengutus Rasulullah untuk menunjukkan kekutan-kekuatan itu. Maka harus kita terus renungkan, menggapai, dan memahami apa yang menjadi ajaran kanjeng Nabi. Supaya hidup kita betul-betul di dalam jalur yang benar, dan agar kehidupan ini berakhir dengan keselamatan/kebahagiaan. 

Ma’asyir al-Muslimin Rahimakumullah

Manusia diberikan oleh Allah sebuah akal untuk memahami kehidupan. Akal dipakai untuk merumuskan dan memahami terhadap segala hal yang diciptakan oleh Allah. Yang kemudian menjadi ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan adalah rumusan terhadap fenomena, sunnatullah, hukum kausalitas. Itu lah kemudian yang menjadi keunggulan manusia dibandingkan makhluk lain. 

Tetapi itu saja tidak cukup. Kehidupan ini tidak bisa kita pahami dengan ilmu saja, kita membutuhkan agama. Agama itu cirinya riwayatan wa naqliyyatan. Agama itu harus diriwayatkan. Agama itu bukan hasil analisa, penelitian, atau kesepakatan. Tetapi agama adalah sesuatu yang disampaikan yang datang dari Allah, melalui rasul, oleh rasul disampaikan kepada manusia. 

Oleh karena itu, ilmu yang berkaitan dengan agama itu perlu kejelasan. Karena di sana tidak boleh ada kebohongan, kepalsuan. Posisi akal manusia dalam agama adalah memahami dan menjabarkan. Kanjeng Nabi oleh Allah ditugaskan sebagai pemberi kepahaman, 

بِٱلۡبَیِّنَـٰتِ وَٱلزُّبُرِۗ وَأَنزَلۡنَاۤ إِلَیۡكَ ٱلذِّكۡرَ لِتُبَیِّنَ لِلنَّاسِ مَا نُزِّلَ إِلَیۡهِمۡ وَلَعَلَّهُمۡ یَتَفَكَّرُونَ

(mereka Kami utus) dengan membawa keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan Aż-Żikr (Al-Qur`ān) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan agar mereka memikirkan. (Surat An-Nahl: 44)

Nabi itu kapasitasnya sebagai penjelas syariah. Nabi itu bukan Al-Syari’, bukan Al-Hakim. Nabi tidak diberi kekuasaan oleh Allah untuk menetapkan hukum dan syariah. Tapi Nabi menjelaskan. Karena semua syariah itu dari Allah, Al-Hakim dan Al-Syari’ adalah Allah. Otoritas Nabi yakni menerima wahyu, menyampaikan, lalu kemudian menjelaskan syariah. Maka untuk tugas itu Allah memilih Muhammad Al-Mustofa. Muhammad dipilih sebagai rasul supaya apa yang disampaikan oleh-Nya itu betul-betul terjaga. Karena orang yang dipilih dengan kualifikasi yang super, dengan sifat-sifat yang luar biasa, sifat yang sempurna, namun tetap manusia. 

Sebagai manusia Nabi Muhammad juga terluka, berhutang, agar menegaskan bahwa Muhammad itu manusia tapi tidak seperti manusia biasa yang lain (Muhammadun Basyarun la ka al-Basyari). Oleh karena itu, beliau diberi amanah untuk menyampaikan syariah untuk kemudian menjelaskan. Dan penjelasan itu yang disebut oleh para ulama’ sebagai hadis. Hadis itu adalah penjelasan dari pada syariah atau wahyu (Al-Qur’an). Dan semua yang dikatakan oleh Nabi itu termasuk wahyu,

وَمَا یَنطِقُ عَنِ ٱلۡهَوَىٰۤ إِنۡ هُوَ إِلَّا وَحۡیࣱ یُوحَىٰ

Dan yang diucapkannya itu bukanlah menurut keinginannya.Tidak lain adalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya). (Surat An-Najm: 3-4)

Termasuk hadis yang disandarkan kepada Nabi juga termasuk wahyu. Meskipun berbeda dengan Al-Qur’an. Al-Qur’an adalah wahyu lafadz dan maknanya, sementara Hadis lafadznya dari Rasul, tetapi maknanya dari Allah. 

Oleh karena itu, sebagai umat Islam kita meyakini apa yang dibawa oleh Nabi itu adalah sesuatu yang benar. Merupakan sesuatu yang guiden (panduan) dan track (jalan) kehidupan kita. Sistem syariah itu dipakai untuk membangun kehidupan manusia. Manusia diciptakan dengan kompleksitas yang luar biasa. Dia terus berproses, berdinamika, berinovasi. Di situlah manusia perlu ilmu, Nabi, Rasul, ulama’, yang mengawal kehidupan sesungguhnya. 

Ma’asyir al-Muslimin Rahimakumullah

Semoga Allah terus memberikan maunah kepada kita, sehingga kita betul-betul mampu meningkatkan ketakwaan kita, juga menambah cinta kepada Rasulullah. Dengan terus belajar dan mengkaji apa yang menjadi syariah yang disampaikan Nabi. 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ

وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ

وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Pentranskip: Yuniar Indra (Alumni Mahad Aly Tebuireng).