sumber gambar: www.google.com

Oleh: Nur Indah*

Pada bulan Shafar 16H, Saad bin Abi Waqosh, berhasil menaklukkan Bahurasir dan berdiam di sana dan dia tidak pula menemukan sedikitpun harta rampasan perang. Seluruhnya telah dipindahkan ke Madain dengan menggunakan perahu. Mereka juga telah mengambil seluruh perahu hingga tidak ada satupun perahu yang tersisa untuk pasukan Saad bin Abi Waqosh. Walaupun dia berhasil menaklukkan Bahurasir, akan tetapi dia gagal mendapatkan apapun, sementara sungai Tigris dalam keadaan pasang, permukaan airnya naik sangat tinggi dan airnya berubah menjadi hitam. Sedangkan Saad bin Abi Waqosh memerlukan perahu untuk menyeberangi sungai tersebut. Saad mendapat berita yang isinya, “Raja Kisra Yazdigrid akan memindahkan seluruh harta dan perbendaharaan istananya ke Hulwan. Jika selama tiga hari engkau tidak menangkapnya maka permasalahannya akan menjadi runyam”[1]

Saad bin Abi Waqosh berpidato di tepi sungai Tigris, “Sesungguhnya musuh kalian telah menyelamatkan diri dengan menyeberangi sungai dan kalian tidak dapat memburu mereka sementara jika mereka menghendaki, mereka dapat menyerbu kalian dari sampan-sampan mereka. Di belakang kalian tidak ada musuh yang perlu ditakutkan. Aku berpendapat kita harus terus berijtihad mengejar musuh-musuh kita dengan niat yang ikhlas sebelum dunia mengelilingi kita, aku telah bertekad untuk menyeberangi sungai ini agar dapat menyerbu mereka,” maka seluruh pasukan berkata, “Sesungguhnya Allah juga telah berkendak agar kami dan anda menyeberangi sungai ini maka lakukanlah”.

Saad mulai memberikan motivasi kepada pasukannya untuk menyeberangi sungai tersebut dan berkata, “Siapa yang dapat melindungi kami dari serangan musuh di seberang sungai agar tentara dapat berjalan ke tepi sana dengan aman? maka Ashim bin Amru maju memenuhi seruan ini diikuti oleh para pahlawan islam berjumlah sekitar 600 orang. Saad menunjuk Ashim bin Amru sebagai pimpinan mereka lalu berdiri di tepi sungai Tigris. Ashim berkata kepada mereka, “siapa yang mau ikut denganku menyeberangi sungai ini agar kita dapat melindungi tentara dari tepi seberang sungai?”

Maka 60 personil yang terdiri dari para jagoan islam segera turun menyeberangi sungai. Sementara orang-orang Ajam (bangsa non Arab) berdiri dan berbaris di tepi seberang sana menyaksikan adegan tersebut. Salah seorang dari tentara kaum muslimin mulai menyeberangi sungai Tigris dan berkata kepada para sahabatnya, “kenapa kalian begitu takut dengan yang tercipta dari setetes sperma ini?” kemudian dia membacakan sebuah ayat:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

وَمَاكَانَ لِنَفْسٍ أَنْ تَمُوْتَ إِلَّا بِإِذْنِ اللّهِ كِتَبًا مُؤَجَّلاً

“Sesuatu yang bernyawa tidak akan mati melainkan dengan izin Allah SWT, sebagai ketetapan yang telah ditentukan waktunya.” (Q.S Al-Imron 145)

Kemudian ia segera masuk ke dalam air dengan kudanya dan diikuti oleh para pasukan yang lain. 30 orang penungga kuda ini terpisah menjadi 2 kelompok. Kelompok para penunggang kuda betina. Ketika para penduduk Persia melihat mereka berjalan terapung di atas air mereka tercengang keheranan dan berkata dalam bahasa persia “Dhvana.. Diwana..” yang bermakna “gila..gila..” setelah itu mereka saling berbicara satu sama lainya dan berkata, “Sesungguhnya kalian bukan memerangi manusia tetapi yang kalian perangi adalah jin.” Setelah itu mereka mengirim para pasukan penunggang kuda mereka untuk turun ke tepi sungai agar dapat menghalangi pasukan berkuda kaum muslimin yang hampir tiba di tepi sungai dan siap mendarat.

Saad bin Abi Waqosh turun membawa seluruh sisa pasukan, yakni ketika mereka melihat tepian seberang sungai telah aman dijaga oleh para pasukan berkuda kaum muslimin. Saad memerintahkan kaum muslimin agar memasuki air sambil mengucapkan:

نَسْتَعِيْنُ بِا الله وَنَتَوَكَّلُ عَلَيْهِ حَسْبُنَ اللهُ وَنِعْمَ الْوَكيْلُ لَاحَوْلاَ وَلَاقُوَّةَ اِلَّا بِااللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ

“Kami memohon pertolongan kepada Allah dan bertawakkal padanya, cukuplah Allah sebagai penolong kami, tiada daya upaya dan kekuatan kecuali dengan bantuan Allah yang maha tinggi dam maha agung.”

Lantas seluruh pasukan turun ke sungai tanpa ada yang tersisa. Mereka berjalan di atas air seolah-olah sedang berjalan di atas tanah hingga mereka memadati dua tepi sungai tersebut. Permukaan air tidak tampak lagi disebabkan banyaknya para tentara yang terdiri dari pasukan berkuda dan pejalan kaki, para pasukan saling berbicara satu sama lainya seolah-olah mereka sedang berbicara di atas daratan. Hal ini tentunya setelah mereka merasa tenang dan aman serta yakin bahwa Allah akan memberikan pertolonganya dan akan memenuhi janjinya.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Jombang.

[1] Tarikh Ath-Thabari, 3/622 dan 4/9