Foto: Masnun

Tebuireng.online- Pengurus Cabang (PC)Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) Jombang mengadakan acara do’a bersama untuk mengenang wafatnya KH. Salahuddin Wahid dan KH. Ahmad Bagdja, Sabtu (15/02/2020). Acara ini dilaksanakan di balai desa Kepuhkembeng, Peterongan. Pengurus rayon, komisariat, dan para alumi hadir dalam kegiatan ini.

Tahlil dan do’a bersama dipimpin oleh Dr. Amir Maliki. Dilanjutkan dengan sambutan PC PMII Jombang, yang diwakili oleh Sahabat Najihul Huda, Wakil Ketua II. 

“Beliau beliau ini merupakan pioner NU. Kami ingin kita meniru para kiai-kiai kita, lebih tepatnya Gus Sholah dan Kiai Ahmad Bagdja. Gerakan-gerakan Gus Sholah dalam membesarkan NU. Begitu juga KH. Ahmad Bagdja yang juga ketua PMII,” ungkap Najih.

Selain tahlil bersama, disematkan pula sosialisasi program Goceng Kongres. Yakni gerakan pengumpulan uang lima ribu rupiah untuk kongres yang akan dijalani mendatang. Ini merupakan terobosan baru agar PMII lebih mandiri. ” PMII organisasi terbesar bila ada ribu rupiah tiap kader maka bisa mencukupi kebutuhan kongres,” terang alumni UNDAR ini.

Sahabat Maghfuri, Majelis Pembina Cabang, mengisi sambutan yang kedua. “Goceng ini menarik,” tuturnya. Beliau berharap PMII ini harus bisa melesat. Di Jombang PMII punya banyak tokoh, ada peluang yang luar biasa besar. Anggota dan kader harus aktif berdiskusi, sudah ada smartphone yang memudahkan akses. Selain itu, bisa lebih diperdalam dengan buku-buku penunjang. “Kita harus terus bersinergi dengan perkembangan zaman yang ada,” pungkas Maghfuri.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sahabat Aang Fatihu, memberikan sambutan atas nama perwakilan Desa. Beliau bercerita, “Dulu ketika mau punya kegiatan itu keliling ke alumni. Kita pengen punya tempat diskusi yang nyaman.”

“Kantor cabang kita selesai dibangun. Tolong jaga nama baik PMII di Kepuhkembeng. Jadi pandai pandai bersosialisasi dengan masyarakat sekitar,” harapnya. 

Sambutan terakhir dari Ketua Ikatan Alumni PMII Jombang, Dr. Amir Maliki. “Gus Sholah ini kata Cak Nun, ‘Anugerah ke dua setelah Gus Dur.’ Tebuireng bisa seperti sekarang karena Gus Sholah. Dulu yang daftar tidak sampai 100,” terang rektor UNDAR ini.

Beliau berpesan agar kader PMII pintar-pintar menempatkan diri. Soft skill lebih dibutuhkan di desa. “Kita bergaul dengan masyarakat yang awam. Pintar dengan soft skill rendah maka tidak digunakan,” paparnya.

Gelar sarjana hanya tangga kecil untuk melampaui yang lain. “Kalian harus pintar, من أراد في الدنيا فعليه بالعلم من أراد في الأخرة فعليه بالعلم.

Untuk membentuk intelektual/kepintaran, perlu ada kerelaan untuk mendengar,” pungkasnya.


Pewarta: Masnun