Oleh: Faizal Amin*

Perempuan terkadang menjadi godaan bagi orang yang tidak bisa mengkondisikan diri, bisa menjadi gangguan dan lemahnya belajar, apalagi ditolak dan cinta bertepuk sebelah tangan. Belum lagi jika penolakan datang dari mertua, dengan apapun alasannya, sakit hati, malu menyesal akan terngiang-ngiang dalam pikiran. Tapi tidak untuk Habib Muhamad bin Husain Al-Habsyi, yang menjadikan penolakan mertua sebagai motivasi, diceritakan dalam kitab Tuhfatul Asyrof 2/101, karya Al-Imam Jalaluddin Abi Al Hajj Al Muzzi:

كان الحبيب محمد بن حسين الحبشي ما عنده علم، وكان سبب طلبه للعلم أنه خطب بنت الحبيب محمد بن قطبان، فقال له: لا أزوج ابنتي على رجل عامي – والحبيب محمد هذا ما تكلم ومقصوده التعيير، بل مقصوده التنشيط له لطلب العلم – فلما هذه المقالة الحبيب محمد الحبشي ذهب وطلب العلم، فأخذ كثيرا من العلوم من التفسير والحديث والفقه وعلم الأدب وغير ذلك، وبلغ مبلغا عظيما في العلم، حتى صار مفتيا في (الحجاز) وأخذ عنه الحبيب محمد بن قطبان علم الآلة. اهـ

Artinya: Awalnya, Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi bukanlah orang yang berilmu. Motivasinya dalam menuntut ilmu adalah karena beliau ditolak saat melamar putri dari Habib Muhammad bin Quthban.

“Aku tidak akan mengawinkan anakku dengan lelaki awam/bodoh!”.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Maksud beliau berkata seperti itu bukanlah mencela, melainkan menyemangati.

Ketika mendengar perkataan calon mertuanya ini, Habib Muhammad Al-Habsyi berangkat mencari ilmu dan mempelajari banyak hal tentang ilmu tafsir, hadits, fiqh, sastra dan lain sebagai nya. Naiklah ilmu beliau pada puncak yang tinggi sampai-sampai beliau menjadi Mufti (pemberi fatwa di Hijaz), bahkan Habib Muhammad bin Quthban pun (calon mertuanya) belajar ilmu alat (penopang ilmu seperti ilmu Ushul fiqh, Nahwu Balaghah dsb) dari beliau, Habib Muhammad bin Husein Al-Habsyi.

Itulah sedikit contoh bagaimana memanfaatkan ucapan yang jika dipandang secara global menyakitkan menjadi sebuah motivasi belajar, sebagai motivasi untuk bekembang dan memperoleh kesuksesan di masa depan.

Masih ingatkah kita kisah Zainudin yang ditinggalkan Hayati dalam novel yang ditulis Abuya Hamka (tenggelam nya kapal Van Der Wijck), hampir dua bulan lamanya Zainudin tergeletak ditempat tidur, Hayati datang menjenguk dan terlihat di jarinya yang menandakan dia sudah menjadi kepunyaan orang lain (aziz) dan setelah itu dia (zainudin) bangkit menjadikan kejadian tersebut sebagai motivasi untuk kesuksesan dimasa mendatang, menulis cerita yang membuat Hayati menyesal di masa depan.

Jadikanlah perkataan, cacian, hinaan orang lain sebagai motivasi, tidak perlu dilawan dengan perkataan, tidak perlu dibalas dengan cacian, tidak perlu dibalas dengan hinaan, cukup buktikan dengan realita dan kesuksesan, itu merupakan balasan tampa harus kita niatkan.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari