Ilustrasi: Sutan

Oleh: Alfahrizal*

Agama Islam telah masuk ke Indonesia sejak abad ke-7 M, yaitu tepat pada masa kekuasaan kerajaan Sriwijaya. Hal ini dibuktikan oleh para pengamat sejarah bahwa masa itu telah terdapat pedagang-pedagang Arab yang melakukan aktivitas di Kerajaan Sriwijaya. Dalam satu penelitian mengatakan bahwa mereka telah memiliki perkampungan sementara yang dijadikan tempat tinggal di pusat Kerajaan Sriwijaya. Ini menurut salah satu teori masuknya Islam ke tanah air.

Dalam perkembangannya, agama Islam di Indonesia telah mengalami lika-liku perjalanan. Jika kita membaca perkembangan Islam di Indonesia sebelum kemerdekaan secara garis besar dapat dibagi dalam dua masa, yaitu pra-kolonialisme Barat dan Jepang, kemudian masa kolonialisme Barat dan Jepang.

Pada periode pertama, perkembangan Islam di Indonesia mulai berkembang pesat sejak awal abad ke-13 M, di mana para pendakwah dan mubaligh mulai banting setir metode dakwah dengan mengakulturasikan antara budaya Nusantara dan agama Islam, sehingga Islam dapat diterima dengan baik karena bergandengan dengan budaya lokal yang telah dimodifikasi.

Pada masa kolonialisme Barat, khususnya Belanda, Islam menghadapi tantangan yang luar biasa. Mereka datang tidak hanya membawa misi perdagangan, tetapi di sisi lain juga mengemban misi Kristenisasi. Ada tiga semboyan mereka yang terkenal, gold, glory, dan gospel (harta, kuasa, dan agama).

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Sehingga pada masa inilah muncul berbagai gerakan-gerakan Islam di Indonesia yang kemudian melahirkan banyak organisasi Islam yang bahkan masih eksis hingga saat ini, salah satunya adalah Nahdatul Ulama, yang tahun ini berlangsung peringatan 100 tahun berdirinya di atas negeri pertiwi.

Namun, apa saja organisasi dan gerakan islam di Indonesia pra kemerdekaan, berikut ulasannya:

  • Sarekat Dagang Islam (SDI) dan Sarekat Islam (SI)

Merupakan gerakan nasionalis pertama yang ada di Indonesia, bahkan lahir sebelum organisasi yang disinyalir awal pergerakan nasional, yaitu Boedi Oetomo (BO) berdiri.

Sarekat Dagang Islam berdiri di Surakarta pada tanggal 16 Oktober 1905, Senin Legi, 16 Sya’ban 1323 H, yang dipelopori oleh Haji Samanhudi. Sarekat Dagang Islam merupakan organisasi rahasia karena penjajahan Pemerintah Kolonial Belanda yang sangat menekan masyarakat untuk bertindak melawan mereka. Haji Samanhudi melihat bahwasanya kebijakan politik dan para pengambil keputusan, dipengaruhi oleh masalah pasar dan ekonomi.

Berdirinya Sarekat Dagang Islam merupakan salah satu bentuk kesadaran umat Islam untuk menguasai kembali pasar dan perekonomian yang menjadi sarana masuknya Pemerintah Kolonial Belanda ke Indonesia. Hal tersebut membuktikan eksistensi umat Islam tidak hanya terbatas pada pengelolaan masjid, pengelolaan yayasan, pondok, atau dalam hal peribadahan saja, akan tetapi juga masuk ke dalam perekonomian dan perpolitikan bangsa. Melalui Sarekat Dagang Islam, masyarakat Indonesia tersadarkan atas pembodohan yang selama ini dilakukan oleh penjajah, sehingga mereka segera bangkit untuk menyambut perlawanan terhadap pembodohan tersebut.

Organisasi ini kemudian berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) yang ruang lingkup keanggotan serta tujuannya juga diperluas. Perubahan nama ini berawal Pada 10 September 1912 di Surabaya, H.O.S Tjokroaminoto sebagai wakil dari pengurus SDI di Solo, membuat anggaran dasar organisasi yang baru. Dalam anggaran dasar itu, salah satunya berisi keputusan perubahan nama Sarekat Dagang Islam menjadi Sarekat Islam.

Sarikat Islam merupakan organisasi yang berlandaskan Islam. Oleh karena itu, dalam pengajarannya, mereka berusaha melaksanakan perintah agama, menjauhi larangan dalam agama, menghilangkan paham-paham yang keliru tentang agama Islam dan mempertebal persaudaraan serta rasa saling tolong menolong antar anggota.

Hadirnya Sarikat Islam merupakan salah satu alat untuk melakukan pembelaan diri, masyarakat, dan agama dari ketidaksanggupan masyarakat dalam menghadapi tindakan monolitis dan mendominasi dari Pemerintah Kolonial Belanda dalam berbagai bidang, salah satunya yaitu bidang ekonomi.

  • Muhammadiyah

Muhammadiyah juga menjadi salah satu organisasi dan gerakan Islam Indonesia yang bidang bidang usahanya mencangkupi bidang-bidang ekonomi, sosial, kesehatan, pendidikan dan dakwah.

Organisasi ini didirikan oleh KH. Ahmad Dahlan dan kawan-kawannya pada tanggal 8 Zulhijjah 1330 Hijriah/18 November 1912. Pada tanggal 20 Desember 1912, pembentukan Muhammadiyah secara resmi diumumkan dalam suatu pertemuan yang dihadiri oleh tokoh masyarakat, pejabat dan kerabat Keraton Yogyakarta dan Kadipaten Pakualaman. Tujuan utama dari organisasian ini adalah menegakkan dakwah Islamiah dalam arti seluas-luasnya.

Hingga saat ini, organisasi masyarakat tertua di Indonesia ini masih eksis dan terus berupaya mengembangkan dakwah islam ke seluruh penjuru dunia.

  • Al Irsyad Al Islamiyah

Selisih dua tahun setelah organisasi Muhammadiyah dideklarasikan, pada tanggal 6 September 1914 di Jakarta, bermula dari beberapa orang berdarah Arab yang bersepekat untuk membuat satu pergumulan yang fokus untuk memurnikan tauhid, ibadah, dan amaliyah Islam di mana fokus pergerakannya di bidang pendidikan dan dakwah, mereka itu adalah Ahmad Surkati, Syaikh Umar Mangqush, Said Mash’abi, Saleh Ubayd Abat dan Salim bin Alwad Bawa’i.

Untuk merealisasikan tujuan ini, Al-Irsyad sudah mendirikan ratusan sekolah formal dan lembaga pendidikan non-formal di seluruh Indonesia. Dan dalam perkembangannya kemudian, kegiatan Al-Irsyad juga merambah bidang kesehatan, dengan mendirikan beberapa rumah sakit. Yang terbesar saat ini adalah RSU Al-Irsyad di Surabaya dan RS Siti Khadijah di Pekalongan.

  • Nahdlatul Ulama

Berdirinya NU berawal dari terbentuknya komite Hijaz yang dipelopori oleh Abdul Wahab Hasbullah. Tujuan dari pembentukan komite Hijaz adalah untuk mengirim delegasi menghadiri Mukhtamar Islam di Mekkah, karena saat itu Raja Ibnu Saud hendak menerapkan asas tunggal yakni mazhab wahabi di Mekah, serta hendak menghancurkan semua peninggalan sejarah Islam maupun pra-Islam, yang selama ini banyak diziarahi karena dianggap bi’dah. Setelah komite ini menetapkan delegasi yang akan diberangkatkan kesana maka kebutuhan yang selanjutnya adalah membuat lembaga atau institusi yang berhak mengirimi delegasi tersebut.

Berangkat dari komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kiai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh KH. Hasyim Asy’ari sebagi Rais Akbar.

Dalam AD/ART NU tercantum bahwa tujuan NU adalah untuk menjaga berlakunya ajaran Islam yang menganut paham ahlussunnah wal jamaah (aswaja). Lebih lanjut, Nahdlatul Ulama (NU) juga bertujuan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang berkeadilan demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat dan demi terciptanya rahmat bagi semesta alam. Hingga 96 tahun berdirinya NU, organisasi ini telah berkembang pesat dengan jejaring anggota dan pengurus yang tersebar di seluruh wilayah tanah air.

  • Persatuan Islam (Persis)

Persatuan Islam juga biasa disebut dengan sebutan Persis, Persis ini didirikan di Bandung sekitar tahun 1926 oleh para ulama yang berpaham baru yang sering disebut dengan paham Wahaby yang dipelopori oleh Ahmad Hassan, Mohammad Munawar Cholil dan Mahmud Aziz. Di lain buku organisasi ini berawal dari perkumpulan para saudagar dan pedagang yang biasa disebut dengan “urang pasar” di sebuah gang yang disebut dengan Gang Pakgade. Di gang inilah awal mulanya berdiri sebuah organisasi pembaharuan Islam yang bersemboyan “kembali kepada Al-Qur’an dan sunnah, serta membersihkan Islam dari khurafat, bid’ah dan seluruh pemahaman yang mengotori kesakralannya. Organisasi ini didirikan pada tanggal 11 September 1923 oleh Haji Zamzam dan Haji Mohamad Yunus di Bandung. Organisasi ini sering berkecimpung dalam penerbitan buku-buku dan pendidikan lainnya.

  1. Al Jamiyah Al Washliyah

Organisasi Islam yang diresmikan pendirinya pada tanggal 30 November 1930 bertepatan di Aula Maktab Islamiyah Tapanuli Medan, yang dipelopori oleh beberapa ulama terkemuka antara lain ada Ismail Banda, Abdurrahman Syihab, Arsyad Thahir Lubis, Adnan Nur, H. Syamsuddin, H. Yusuf Ahmad Lubis, H. A. Malik dan A. Aziz Efendi.

Organisasi ini mempunyai satu badan yang bernama “Sending Islam” yang sangat besar jasanya dalam pengislamisasikan masyarakat di Tanah Karo, Tapanuli Utara/Tengah dan Simelungun. Pemuda di organisasi ini diberi mana Washliyah.

Demikian beberapa organisasi dan pergerakan Islam Indonesia pra kemerdekaan. Organisasi tersebut ada yang masih eksis hingga saat ini dan memberikan kontribusi kepada masyarakat.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari