cabai-29

Pertanyaan

Assalamualaikum warahmatullahi wabarkatuh.

Pak kiai yang terhormat,

Di kampung  saya, daerah Jawa timur, terdapat sebuah tradisi orang yang membakar batu bata, ia menancapkan lidi yang di ujungnya di tancapkan cabe merah atau bawang  merah. begitu pula orang yang sedang menjemur padi atau orang yang  sedang mengadakan hajatan akbar, ia menancapkan sapu lidi yang di ujungnya di tancapkan cabe dan bawang. Tutur kawan saya, perbuatan ini syirik alias penyekutuan terhadp Allah SWT, yang saya tanyakan benarkah itu perbuatan syirik? Demikian atas jawabannya saya sampaikan terima kasih.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Waasalamualaikum warahmatullahi wabarkatuh.

Ahmad Fauzi Jawa Timur

Jawaban

Cak Fauzi yang dimulyakan Allah.

Kita belum dapat memastikan, apakah tradisi menancapkan lidi yang ujungnya di tancapkan cabe merah itu temasuk perbuatan syirik?. Karena kita juga harus eksta hati-hati, tidak boleh menuduh orang sesama muslim melakukan perbuatan bid’ah, syirik dan atau kafir. Sebab, dalam sebuah hadis shahih riwayat imam muslim dari Abdullah bin umar, nabi Muhammad SAW. Bersabda: jika seseorang mengkafirkan saudaranya (sesama muslim) maka salah satunya benar-benar akan menjadi kafir ( HR. imam Muslim)

Maksud hadist di atas adalah, bila yang di tuduh kafir itu bukan orang kafir, maka yang menuduh kafir akan menjadi kafir. Begitu juga menuduh sesama muslim sebagai musyrik, atau pelaku bid’ah, bila yang di  tuduh tidak musyrik atau bukan pelaku bid’ah maka justru yang menuduh akan menjadi musyrik atau pelaku bid’ah.

Kembali kepada lidi yang ujungnya tertancap cabe merah. bila orang itu meminta kepada lidi dan cabe merah agar tidak menurunkan hujan, maka perbuatan ini jelas-jelas syirik, karena ia telah menjadikan selain Allah ta’ala sebagai tempat memohon. Namun bila ia tetap berdoa pada Allah swt, misalnya dengan kalimat: wahai allah subhanahu ta’ala yang memerahkan cabe ini, merahkanlah batu bata yang sedang kami bakar, maka ia tidak tergolong musyrik. karena ia tetap meminta kepada Allah subhanahu wa ta’ala, hanya saja di sertai symbol.

Pertanyaannya, apakah berdoa dengan symbol ini di benarkan dalam islam?

Dalam beberapa kitab hadits, misalnya sahih al-bukhari, di sebutkan bahwa nabi Muhammad SAW. Berdoa meminta hujan (istisqa’), beliau memutar selendangnya. caranya memutar bagian atas kebawah dan bagian bawah ke atas dan bagian kanan kekiri dan bagian kiri ke kanan, memutar selendang ini sebagai symbol agar keadaan berubah: musim kemarau menjadi musim penghujan.

Bahkan dalam berdoa sehari-hari , kita selalu menengadahkan kedua telapak tangan kita , ini simbol permintaan. jadi berdoa berdoa dengan symbol ini di perbolehkan dan ada dalilnya dalam islam.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering melihat doa-doa yang di panjatkan melalui symbol-simbol, misalnya orang yang membangun rumah dengan menaruh buah kelapa, padi dan lain-lain. demikian pula pada acara pernikahan.

Buah kelapa adalah buah yang segala bagiannya dapat di manfaatkan, begitu pula pohonnya. maka, itu menjadi symbol semoga penghuni rumah itu atau kedua mempelai yang sedang melangsungkan pernikahan, menjadi manusia yang semua gerakannya berguna bagi orang lain.

Sementara padi, adalah simbol kemakmuran rezeki. Karenanya penghuni rumah atau kedua mempelai didoakan agar di karunia rezeki melimpah oleh Allah taa’la

Begitulah cak Fauzi..mudah mudahan jawaban ini bermanfaat. wallahu a’lam bi as-shawab.

Prof. DR. KH. Ali Mustafa Yakub, MA.

Pengasuh Rubrik Telaah Hadits