Oleh: Almara Sukma*

Allah Swt. memiliki 99 sifat sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran yang disebut dengan Asma’ul Husna. Selain itu, Allah juga mempunyai sifat wajib dan sifat mustahil, salah satu sifat wajib bagi Allah adalah wujud (ada).  Apakah wujud Allah bisa dilihat oleh manusia?

Manusia adalah makhluk yang lemah, manusia membutuhkan bantuan satu sama lain dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Allah memang ada akan tetapi manusia sebagai makhluk-Nya yang lemah tidak bisa melihat wujud-Nya, sebagaimana dijelaskan dalam Al-Quran, Allah Subhanahu Wa Ta’ala berfirman:

 وَلَمَّا جَاۤءَ مُوْسٰى لِمِيْقَاتِنَا وَكَلَّمَهٗ رَبُّهٗۙ قَالَ رَبِّ اَرِنِيْٓ اَنْظُرْ اِلَيْكَۗ قَالَ لَنْ تَرٰىنِيْ وَلٰكِنِ انْظُرْ اِلَى الْجَبَلِ فَاِنِ اسْتَقَرَّ مَكَانَهٗ فَسَوْفَ تَرٰىنِيْۚ فَلَمَّا تَجَلّٰى رَبُّهٗ لِلْجَبَلِ جَعَلَهٗ دَكًّا وَّخَرَّ مُوْسٰى صَعِقًاۚ فَلَمَّآ اَفَاقَ قَالَ سُبْحٰنَكَ تُبْتُ اِلَيْكَ وَاَنَا۠ اَوَّلُ الْمُؤْمِنِيْنَ – ١٤٣

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dan ketika Musa datang untuk (munajat) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, (Musa) berkata, “Ya Tuhanku, tampakkanlah (diri-Mu) kepadaku agar aku dapat melihat Engkau.” (Allah) berfirman, “Engkau tidak akan (sanggup) melihat-Ku, namun lihatlah ke gunung itu, jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya engkau dapat melihat-Ku.” Maka ketika Tuhannya menampakkan (keagungan-Nya) kepada gunung itu, gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Setelah Musa sadar, dia berkata, “Mahasuci Engkau, aku bertobat kepada Engkau dan aku adalah orang yang pertama-tama beriman.”.[1]

Ayat diatas menjelaskan tentang Nabi Musa a.s., datang untuk bermunajat kepada Allah, pada masa yang dijanjikan oleh Allah untuk Nabi Musa telah tiba, nabi Musa berbicara langsung dengan Allah, dan Nabi Musa memohon kepada Allah agar dapat melihat-Nya.

Nabi Musa berkata, “Ya Tuhanku tampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku bisa melihat Engkau.”  Allah berfirman, “kamu sekali-kali tidak sanggup utuk melihatKu”.

Ulama’ tafsir kesulitan dalam menganalisis makna huruf lan dalam ayat di atas. Golongan Mu’tazilah berpendapat bahwa bisa melihat zat Allah merupakan hal yang mustahil di dunia sekarang ini dan di akhirat kelak. Tetapi pendapat ini dianggap sangat lemah karena banyak dalil yang menjelaskan bahwa Allah bisa dilihat oleh orang-orang mukmin di akhirat kelak. Seperti firman Allah dalam surah al-Qiyamah:

وُجُوهٌ يَوْمَئِذٍ نَاضِرَةٌ. إِلَى رَبِّهَا نَاظِرَةٌ

Wajah-wajah (orang-orang mu’min) pada hari itu berseri-seri. Kepada Rabbnyalah mereka melihat” (QS Al-Qiyaamah:22-23).

Bisa ditarik kesimpulan bahwa ayat di atas menggambarkan bahwa Musa yang merupakan seorang Nabi tidak sanggup melihat wujud Allah, apalagi manusia yang lemah dan penuh dosa seperti kita. Manusia tidak dapat melihat wujud Allah dan tidak akan sanggup melihat wujud Allah selama hidup di dunia.

Permasalahan tauhid semacam ini seyogyanya tidak perlu dibahas terlalu mendalam karena Rasulullah Saw pernah bersabda:

تَفَكَّرُوْا فِي خَلْقِ الله وَلاَ تَفَكَّرُوْا فِي اللهِ

“Berpikirlah kamu tentang ciptaan Allah dan janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah” (HR. Abu Nu’aim dari Ibnu Abbas).

Maka selama di dunia akal dan nalar kita dibatasi hanya pada hal-hal yang terkait dengan ciptaanNya, karena pada hadist tersebut ada kalimat janganlah kamu berfikir tentang Dzat Allah.

Wallahu a’lam


[1] QS. Al-A’raf 7: Ayat 143


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari