sumber ilustrasi: walpaperbetter

Oleh: Nawala Suhaila*

“Berkali-kali terbentur, diri ini belum seutuhnya terbentuk sempurna. Banyak hal yang harus dipersiapkan.” Aku percaya kalimat itu, dan aku selalu mengedepankan mimpi-mimpi itu, tapi banyak hal juga yang menjadi rintangan untuk menggapainya. Termasuk restu orang tua yang sangat berpengaruh dalam pencapaian mimpi-mimpi itu.

“Ma, aku pingin jadi dokter, pasti bisa kan ya?” tanyaku kepada mama.

“Eh, kenapa sih kok pingin bisa jadi dokter? jadi dokter itu susah, tidak hanya ingin saja, harus dibuktikan dengan tindakan,” jawabnya. Seketika itu juga aku tak bisa berucap lagi, pikiran-pikiran dalam benakku menganggap bahwa mama tidak bisa memahami ku. Aku juga memiliki hak untuk memilih mimpi-mimpiku.

“Udah fokus saja sama hafalan Qur’an kamu.” Mama mulai menaikkan nada bicaranya. Selalu begitu, saat aku bicara soal mimpiku jadi dokter, tanggapan mama tak pernah bahagia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Iya ma, tapi Friska juga punya mimpi,” jawabku dengan nada pelan.

“Udah Friska, semua ada jalannya. Kalau kamu mengutamakan Al Quran, InsyaAllah semua urusanmu juga akan mudah. Allah yang memberikan jalan.” Nasihat mama membuat aku memilih diam.

Mungkin nasihat mama memang benar. Aku harus fokus dulu terhadap hafalanku, mengkhatamkannya, hingga lancar. Tapi, di samping itu aku harus tetap usaha dengan belajar giat agar mendapat hasil yang bagus pula, aku terfokus juga untuk mendapatkan SNMPTN di PTN yang aku impikan. Semoga Allah selalu meridai setiap langkahku.

****

Kali ini, aku masih berada di pondok pesantren, liburan telah usai, tinggal menunggu beberapa bulan lagi aku harus menentukan pilihan untuk tetap melanjutkan atau pamit melanjutkan di luar pondok. Tak terasa sudah 3 tahun ini aku tinggal di pondok pesantren, rasanya aku selalu ingat nasihat-nasihat mama, dalam peencapaian mimpi-mimpiku.

“Alhamdulillah banyak hal juga yang telah aku lalui. Sebentar lagi aku akan mengikuti tasmi’ untuk wisuda Al Qur’an bil ghoib di pondok pesantrenku. Banyak hal yang perlu aku siapkan, ujian sekolah juga, tasmi’, semua aku lakukan dengan ikhlas, mencari ridhaNya.

Jam istirahat kali ini, berbeda dengan biasanya. Anak-anak ramai di depan papan pengunguman. Ternyata ada pengunguman siswa yang mendapatkan SNMPTN untuk masuk ke PTN. Aku terkejut, saat tahu bahwa ada namaku memasuki nomor ke-5, dari angkatan jurusan MIPA di sekolahku.

Friska Anggun, nama itu tertulis jelas dan tepat. “Terima kasih ya Rabb, aku menghubungi mama untuk kabar baik ini. Mama meminta pendapatku mengenai perguruan tinggi manakah yang harus aku pilih.

“Friska mau kuliah kemana?” tanyanya.

“Aku pingin ke UGM, ambil jurusan ilmu kedokteran ma, menurut mama gimana?” Aku meminta pendapatnya.

“Iya dicoba dulu tidak apa-apa,” kali ini mama lebih membebaskan aku menentukan mimpiku. mungkin hal itu juga mama lakukan karena aku sudah berhasil mengkhatamkan Al Qur’an dan lulus sekolah dengan nilai baik.

Akhirnya aku mengekuti pendaftaran SNMPTN tahun ini, aku akan mengambil jurusan Ilmu Kedokteran di UGM Yogyakarta. Untuk pilihan 1, dan untuk pilihan kedua aku mengambil jurusan Farmasi. Sambil menunggu hasil, aku fokus lagi untuk kegiatan tasmi’ di pondok. Untuk tes persyaratan wisuda bil ghoib tahun ini, harus bisa khatam 30 juz.

Aku masih menyelesaikan hafalanku yang belum rampung, tinggal 1 juz lagi, aku bisa khatam 30 juz. Aku hanya bisa ikhtiar dan berdoa sebanyak-banyaknya. Aku mencoba tirakat untuk hajat-hajatku. Semoga Allah meridai.

****

Hari ini akhirnya tiba, penantian yang telah lama aku nantikan, yaitu pengunguman hasil SNMPT. Aku tak tahu hasil apa yang nantinya aku raih. Semua itu pasti hasil yang terbaik untukku dimasa mendatang. Pembukaan hasil tes SNMPTN, dibuka secara bersamaan oleh semua siswa yang mendapat SNMPTN dari sekolah.

Good luck ya Friska! aku yakin kamu pasti berhasil,” bisik salah satu teman kelasku.

”Aamiiin ya Allah, makasih ya atas doa-doa baiknya,” jawabku dengan deg-degan. Akhirnya kita semua, melihat hasil.

“SELAMAT! ANDA DINYATAKAN LULUS SNMPTN 2020”.  tulisan itu tertera di layar laptopku. Pilihan pertama jurusan Ilmu Kedokteran di Universitas impianku tercapai. Aku tak bisa mengungkapkan rasa nikmat yang tak terhitung ini. Ucapan-ucapan dari teman-teman dan para guru bergiliran dengan kata selamat dan barakallah.

Aku masih terdiam, merasa sedikit tak percaya, ternyata aku mampu meraih kesempatan emas ini, mama akan sangat bahagia, dan sekolah ini juga akan ikut berbangga.

“Selamat Friska, kami bangga atas semua pencapaianmu, tetap semangat ya!” Aku hanya bisa bersyukur atas semua pencapaian itu.

Selain pencapaian itu, aku masih berproses menyetorkan hafalan terakhirku, dilanjut dengan ustadzah memimpin doa khotmil. Saat itulah hatiku terisak, aku menangis. Bukan karena apa-apa tapi karena perjuangan yang begitu besar, ujian dan cobaan ketika menghafal begitu berat, Alhamdulillah semua kisah-kisah itu membuatku menyadari bahwa hidup ini memang butuh diperjuangkan.

“Semoga Friska bisa mengamalkan isinya, bukan hanya menghafal saja, tetap semangat muroja’ah, tetap istikamah murojaah. Semoga jadi hafidzah yang bermanfaat, Aamiin..” ungkap ustadzah usai membacakan doa.

Hari ini pun akhirnya tiba, hari di mana akan digelar wisuda bil ghoib ke XII, di pondok pesantrenku, rasanya lebih lega dengan semua proses panjang itu. Mama dan Ayah juga mengikuti acara ini, bersama dzurriyah-druriyah kiaiku. Ada 40 santri yang hari ini di wisuda bil ghoib. Acara hari ini sangat berharga dalam hidupku. “Terima kasih ya Allah.” tak terasa air mataku tumpah, haru. Setelah ini, aku akan pulang ke rumah, atau biasa disebut boyongan.

“Selamat ya, kamu jadi 3 terbaik di wisuda sekolah, mama bangga sama kamu, nduk.” ungkap mama memelukku erat sekali.

Aku jadi ingat pesan mama di awal–awal aku membicarakan soal mimpiku. “Sejauh mana kita memperhatikan Al Qur’an, sejauh itu pula Allah memperhatikan kita.” benar kata mama, mungkin semua pencapaian yang kurasakan hari ini adalah berkah Al Quran, rida dari Allah dan restu dari orang tua.

“Terima kasih, semuanya.” aku memeluk lembar ijazah dengan begitu erat. Aku lihat pelan-pelan setiap sudut kelas di sekolahku, pondokku, aku merasa beruntung menjadi santri dan siswa di sini. Semoga apa yang selama ini kulalui, mampu menjadikan aku manusia yang pandai bersyukur dan berterima kasih.

*Siswa MA Perguruan Muallimat Cukir Jombang.