Sumber gambar: http://bali.tribunnews.com

Oleh: Silmi Adawiyah*

Takut merupakan bentuk ketidakberdayaan dan kekhawatiran yang dirasakan oleh seseorang dalam mengarungi kehidupannya. Selagi bersama Allah, tidak ada yang perlu ditakutkan dan disedihkan lagi. Firman Allah dalam QS At-taubah ayat 40:

لَا تَحْزَنْ إِنَّ اللَّهَ مَعَنَا

“Janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah beserta kita.”

Agar jiwa selalu tenang, maka tidak ada yang perlu ditakuti kecuali takut kepada Allah. Takut kepada Allah atas segala yang Allah akan timpakan jika tidak mematuhi perintahNya, dan semua perintahNya jika dilaksanakan akan memberikan ketenangan. Rumi berdendang lewat puisi indahnya:

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Aku mati sebagai mineral dan menjelma sebagai tumbuhan,

aku mati sebagai tumbuhan dan lahir kembali sebagai binatang.

Aku mati sebagai binatang dan kini manusia.

Kenapa aku harus takut? Maut tidak pernah mengurangi sesuatu dari diriku.

Rumi menegaskan dalam puisi tersebut jika hidup hanyalah perputaran roda saja. Hidup juga drama seri yang akan tamat pada waktunya, dengan lakon yang berbeda sesuai dengan karakter yang diberikan Tuhan. Lantas kenapa harus takut pada perputaran roda tersebut? Cukuplah Allah yang perlu kau takutkan, hingga apa yang Allah perintahkan ia lakukan dengan penuh cinta.

Puisi tersebut mengajarkan pada kita bahwa kehidupan ini selalu berputar. Ia mati sebagai benda dan berubah pada kehidupan selanjutnya sebagai benda. Dan setelah tumbuh di dunia seperti tumbuhan yang mengalami berbagai musim, ada musim semi, gugur, panas, dan musim dingin, semuanya dialaminya dengan penuh kesabaran, tak pernah mengeluh pada Tuhan, tapi ia terus bersyukur akan kehidupan yang diberikan olehNya. Bahkan tak pernah berhenti bertasbih dan berdzikir atas kebesaran Allah SWT.

Nah, dari berbagai proses kehidupan tersebut, manusia tidak perlu takut walau dalam posisi sekarat pun, sekali lagi cukup takutlah pada Allah. karena kematian pun hanya bagian dari proses berhentinya waktu, tapi tidak akan berhenti berproses menuju balasan Tuhan, jika kehidupannya hanya diperuntukkan untuk Tuhan, kematian adalah terminal menuju Tuhan, kenapa harus takut dengan kematian.

Irama tersebut senada dengan Kalam Allah dalam QS Ali Imran ayat 175:

إِنَّمَا ذَٰلِكُمُ الشَّيْطَانُ يُخَوِّفُ أَوْلِيَاءَهُ فَلَا تَخَافُوهُمْ وَخَافُونِ إِنْ كُنْتُمْ مُؤْمِنِينَ

“Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syaitan yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy), karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika kamu benar-benar orang yang beriman.”

*Penulis adalah alumnus Unhasy Tebuireng dan Pondok Pesantren Putri Walisongo Cukir Jombang. Saat ini sedang melanjutkan pendidikan tinggi di UIN Jakarta.