buku Teladan kebahagiaan dari tumah tangga kenabian

Pernahkah kita merasa takut tidak bahagia menghadapi rumah tangga saat nikah nanti? Entah itu berhubungan dengan suami, istri, mertua, orang tua, atau anak. Jika iya, mungkin kita perlu untuk lebih banyak meneladani perjalanan rumah tangga Nabi Muhammad. Beruntungnya keteladanan-keteladanan itu terangkum apik dalam buku “Teladan Kebahagiaan dari Rumah Tangga Kenabian

Buku yang dilatarbelakangi oleh pengalaman penulis bertemu sejumlah kepala Kantor Urusan Agama (KUA) di berbagai daerah Indonesia ini selesai pada April 2023. Menurutnya permasalahan dalam rumah tangga bisa diselesaikan atau diredam dengan meniru gaya rumah tangga Nabi Muhammad. Sehingga ia merasa perlu untuk ‘iuran’ menanggapi permasalahan rumah tangga di Indonesia ini melalui sebuah karya.

Esai-esai singkat yang ditulis dalam buku ini ada beberapa pembahasan. Mulai dari poligami, istri-istri Nabi, anak-anak Nabi, teladan rumah tangga Nabi, dan teladan Nabi sebagai ayah. Urgensi meniru sikap kenabian dalam rumah tangga sangat perlu bagi umat kini. Karena Nabi merupakan sosok sebaik-baiknya manusia pada keluarganya. (hal.37)

Kisah mengenai istri-istri Nabi yang berjumlah 11 itu turut menjadi perhatian dalam buku ini. Konteks yang melatarbelakangi pernikahan 11 Rasulullah tersebut juga digambarkan penulis. Pertama, kisah istri pertama Nabi yakni Khadijah. Dikatakan bahwa Nabi menikahi Khadijah dengan mahar 20 unta, 12 uqiyah emas. Saat itu Nabi berumur 25 tahun, sementara Khadijah 40 tahun. (hal. 101)

Kedua, Saudah binti Zam’ah yang dinikahi Nabi ketika suaminya al-Sakran ibn Amr meninggal. Jauh sebelumnya al-Sakran sudah memprediksi pernikahan Saudah dengan Rasulullah ketika ia meninggal nanti. Saudah ahli dalam membuat parfum. Sehingga banyak perempuan yang menemuinya untuk urusan itu. (hal. 112)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Ketiga, Aisyah binti Abu Bakar yang dinikahi oleh Rasulullah 7 tahun atau 10-11 tahun. Posisi beliau sebagai istri Nabi sangat menonjol di bidang periwayatan hadis sebagai produk hukum, apalagi soal kewanitaan. Keempat, Hafsah, seorang perempuan yang ditinggal wafat oleh sahabat Khunais ibn Hudafah. Kelima, Zainab binti Khuzaimah yang ditinggal oleh suaminya wafat dalam perang Uhud. Keenam, Ummu Salamah seorang perempuan kaya raya yang banyak meriwayatkan hadis Rasulullah.

Ketujuh, Zainab binti Jahy adalah mantan istri dari anak angkat Nabi Zaid ibn Haritsah. Pernikahan tersebut memberi pemahaman bahwa anak angkat tidak dapat menempati kedudukan sebagai anak kandung. Kedelapan, Juwairiyah seorang anak kepala suku Musthaliq yang ditawan Tsabit ibn Qais akibat kalah perang dengan pasukan Nabi. Juwairiyah bebas dari posisi tawanan (budak) dan menjadi istri Nabi ketika usai 20 tahun. Karena itu masyarakat merasa tidak pantas ketika menawan keluarga mertua Nabi (Bani Musthaliq). Akhirnya, lantaran pernikahan itu para tawanan dibebaskan.

Kesembilan, Ummu Habibah, Ramlah binti Abu Sufyan. Seorang janda dari orang yang murtad ketika di Habasyah. Dampak dari pernikahan ini adalah luluhnya Abu Sufyan yang saat itu masih gemar memusuhi Nabi. Kesepuluh, Shafiyah bin Huyay, seorang perempuan cantik keturunan Yahudi yang menjadi tawanan perang dan dimerdekakan oleh Nabi. Kesebelas, Maimumah binti Harits yang dinikahi Nabi usai umrah. Ia pernah merekam aktivitasnya dengan Nabi dalam hadis tentang mandinya Nabi dengannya dalam satu wadah.

Anak-anak Nabi

Al-Qasim wafat dalam usia 2 tahun. Abdullah wafat ketika masih kecil di Makkah. Zainab dilahirkan ketika Nabi berusia 30 tahun. Ia menikah dengan Abu Al-‘Ash bin Rabi’. Ruqayyah lahir ketika Nabi berusia 33 tahun. Pernah menikah dengan Utbah ibn Abu Lahab, bercerai sebelum berhubungan. Dan menikah dengan Ustman.

Ummu Kultsum pernah menikah dengan Utaibah ibn Abu Lahab, bercerai. Dan kemudian menikah dengan Ustman setelah Ruqayyah wafat. Fatimah yang dinikahkan dengan Ali ibn Abi Thalib. Ibu dari Hasan dan Husain. Wafat dalam keadaan usai mandi dan memakai baju baru, karena berwasiat agar tidak ada yang membuka pakaiannya. Ibrahim putra dari budak yang dimerdekakan dan dinikahi Nabi (Mariyah Al-Qibtiyah).

12 Pokok Teladan Kebahagiaan Rumah Tangga Nabi

Asas Cinta Nabi: Ketulusan dan Kasih Sayang

Ketulusan dan kasih sayang Nabi terhadap istrinya Khadijah tidak pernah sirna. Wajar karena beliau adalah sosok yang menemai Nabi cukup lama. Dan banyak menemani Rasulullah di masa dewasa hingga diutus menjadi Nabi. Khadijah menemani Rasul selama 28 tahun.

Lemah Lembut pada Pasangan

Nabi adalah sosok yang penyayang. Nabi berkeliling ke rumah-rumah istrinya tiap pagi. Beliau mengucap salam dan berdoa di tiap-tiap rumah itu. Kemudian Rasul juga mengajak perjalanan istrinya. Nabi juga sabar atas kemarahan istrinya. Bahkan nabi juga mempersilahkan istri menaiki lutut untuk menunggang kuda. Nabi juga bersikap lemah lembut ketika istrinya sedang sakit.

Nabi tidak Pernah Memukul Istrinya

Aisyah pernah mengatakan bahwa Nabi sekalipun tidak pernah memukul pelayan maupun istrinya. Bahkan tidak pernah memukul apa pun dengan tangannya. Ditambah sabda beliau, “Laki-laki yang baik adalah yang tidak suka memukul istrinya.” (hal. 209)

Teladan Musyawarah dalam Rumah Tangga Nabi

Rasulullah sering kali dijumpai bermusyawarah berbagai hal dengan Khadijah, Ummu Salamah.

Saling Percaya dan Saling Jaga

Sikap percaya ini dapat diaplikasikan dalam bentuk mengontrol rasa cemburu. Jangan sampai cemburu yang berlebihan mengantar pada buruk sangka. Kita harus mengedepankan saling husnudzan pada pasangan.

Pekerjaan Rumah Tidak Memiliki Jenis Kelamin

Aisyah pernah bercerita bahwa Nabi sangat gesit mengerjakan pekerjaan rumah, tetapi apabila waktu shalat tiba, beliau segera mendirikan shalat. Hadis tersebut dikomentari oleh Ibnu Hajar sebagai wujud motivasi bersikap rendah hati, dan meninggalkan takabur.

Quality Time bersama Keluarga

Nabi makan bersama para istrinya, usai makan mereka kembali ke kediaman masing-masing. Nabi juga bercanda dengan istrinya. Karena bercanda dalam rumah tangga juga anjuran Nabi. “Pilihlah perempuan perawan, karena kamu akan bermain dengannya dan ia akan bermain denganmu.” Dalam Ihya’ Ulumuddin terkutip hadis, “Sungguh Allah membenci orang yang keras pada istrinya dan angkuh pada keluarganya.”

Teladan Romantis Nabi

Nabi pernah bersentuhan dengan pipi Aisyah. Aiyah juga pernah tidur di pangkuan Nabi. Nabi menyebut kebaikan istri saat tidak bersamanya. Beliau juga kerap menunggu kedatangan istri. Nabi bahkan menerima pendapat istri. Bahkan Nabi membangunkan Aisyah untuk shalat witir.

Peka terhadap Pasangan

Nabi paham betul kondisi mental Aisyah. Beliau sangat peka akan tanda-tanda kemarahan atau kerelaan hati Aisyah. Spirit utama yang menjadi contoh adalah harus pintar saling memahami dan membaca pasangan.

Tempat Sandaran Saling Menguatkan

Nabi menjadi penguat Shafiyah yang saat itu diledek Hafshah karena keturunan Yahudi. Kata Nabi kepada Shafiyah, “Engkau adalah anak Nabi (anak cucu nabi Harun), pamanmu Nabi, dan sekarang engkau istri seorang Nabi.”

Mengelola Konflik Rumah Tangga Nabi

Pertama, selesaikan masalah dengan senyuman dan canda tawa. Seperti Rasulullah yang hanya tersenyum ketika dimarahi oleh Aisyah lantaran lama tidak pulang.

Kedua, mengabaikan permasalahan. Terkadang masalah hanya perlu diabaikan. Seperti yang dilakukan oleh Nabi saat Zainab dan Aisyah saling cekcok. Nabi malah pergi untuk shalat.

Ketiga, memberi pencerahan. Bukan merendahkan, apalagi melakukan kekerasan verbal.

Keempat, meneliti, mengidentifikasi, dan memastikan masalah. Teladan ini bisa diambil dari kisah Aisyah yang terdapat pada hadis ifk (berita bohong).

Menghormati Anak dan Bermain Dengannya

Saat bertemu Fatimah, Nabi menyambut, mencium, dan mempersilahkan ia duduk. Nabi menjunjung tinggi konsep saling hormat antara anak kepada orang tua dan orang tua kepada anak. Bahkan beliau bermain-main dengan anak sambung Zainab binti Ummu Salamah.

Judul: Teladan Kebahagiaan dari Rumah Tangga Kenabian

Penulis: Ahmad Husain Fahasbu

Penerbit: DIVA Press

Tahun: 2023, November

Harga: Rp. 85.000

Presensi: Yuniar Indra Yahya