wanita ujian bagi laki-laki

Kegembiraan saat memperoleh pujian atau pengaguman dari orang lain sering kali menjadi kebiasaan yang dimiliki oleh kaum wanita. Padahal, pengaguman tersebut merupakan salah satu bentuk penyakit mata yang dapat menimbulkan dosa. Ironisnya, hal ini sering kali diabaikan atau diremehkan oleh kaum wanita. Dalam buku ‘Mukholafat Nisa’iyyah 100 Mukholafah Taqo’ufiha Katsir min an-Nisa’ bi Adillatiha asy-Syar’iyyah’, Syaikh Abdul Lathif bin Hajis Al-Ghomidi menjelaskan bahwa penyakit mata adalah dosa yang sering diabaikan, terutama oleh kaum wanita. Mengapa hal ini diabaikan?

Karena banyak wanita yang menganggapnya sebagai hal yang biasa. Tanpa disadari, mereka mungkin melirik teman mereka yang berpakaian bagus dan menarik, lalu dalam hati mereka terucap sesuatu, baik itu rasa kagum atau sebaliknya. “Bajunya bagus banget, pasti harganya mahal!” atau “Ih, norak sekali. Meskipun mahal, tapi tidak cocok sama sekali!” dan sebagainya. Apakah melirik seperti itu dapat menjadi dosa?

Pada pandangan awal, hal ini mungkin terdengar berlebihan atau sulit diterima oleh akal. Namun, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menegaskan bahwa dampak dari pandangan mata itu nyata dan ada. Beliau bersabda, “Pengaruh pandangan mata itu memang ada, seandainya ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, pandangan mata itulah yang bisa melakukannya” (H.R. Muslim). Penyakit mata/’ain ditimbulkan dari pandangan mata yang berkaitan dengan perasaan hati yaitu perasaan iri dan dengki.

Dari Aisyah radhiyallahu’anha, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Berlindunglah kalian kepada Allah dari pandangan mata jahat karena sesungguhnya dampak dari pandangan mata itu adalah nyata” (H.R. Ibnu Majah). Dari Jabir radhiyallahu’anhu, Rasulullah SAW bersabda, “Kebanyakan dari umatku meninggal dunia (setelah qadha dan qadar Allah) adalah karena jiwa” (al ‘ain).

Kadang-kadang, bahkan teman dekat tidak akan selamat dari pandangan mata yang membawa celaka ini. Bahkan, orang tersebut juga tidak akan selamat dari pandangan matanya sendiri. Jika seseorang yang memiliki pandangan mata ini melihat kenikmatan yang diberikan kepada seseorang, seharusnya dia bersyukur dan mendoakan kebaikan untuknya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dari Abu Umamah bin Sahl bin Hanif, dikatakan bahwa Amir bin Robi’ah r.a. pernah berkomentar kepada Sahl bin Hanif yang sedang mandi, “Aku belum pernah melihat kulit yang seputih dan halus seperti yang kau miliki.”

Kemudian, Sahl pun pingsan. Dia dibawa ke hadapan Rasulullah SAW. Seseorang melaporkan kepada beliau bahwa Sahl jatuh terbanting, dan Rasulullah bertanya, “Siapa yang menyebabkannya?” Mereka menjawab, “Amir bin Robiah.” Rasulullah bersabda, “Mengapa salah satu dari kalian membunuh saudaranya? Jika salah satu dari kalian melihat sesuatu yang menakjubkan pada saudaranya, maka dia harus mendoakan keberkahan untuknya.”

Kemudian, beliau meminta air, dan memerintahkan Amir untuk berwudhu. Amir pun melakukan wudhu seperti yang diperintahkan, lalu Rasulullah memerintahkan agar dia membasuh wajahnya, kedua tangannya sampai siku, kedua lututnya, bagian dalam sarungnya, dan mengguyurkan air ke seluruh tubuhnya. Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Pandangan mata itu memang nyata. Jika ada sesuatu yang bisa mendahului takdir, maka pandangan mata itu bisa melakukannya. Jika kamu disuruh mandi, maka mandilah” (H.R. Muslim).

Baca Juga: Mengenal 3 Jenis Kondisi Hati Manusia, Bagaimana Hatimu?


Ditulis oleh Anis Faikatul Jannah, mahasiswi Universitas Hasyim Asy’ari