Dr. Said Ramadan Al-Buthy. Foto: wiki

Oleh: Vicky Hermawan*

Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw., menjadi pijakan utama umat Islam dalam gerakan mendokumentasikan sejarah secara besar-besaran. Meski berangkat dari bahasa dan tanah air yang berbeda-beda, umat Islam mencatat sejarah pada periode-periode selanjutnya berdasar kehidupan beliau. Hal di atas terjadi sebab catatan sejarah dan kejadian yang pertama kali disusun oleh para penulis Islam adalah berbagai peristiwa dan kejadian seputar kehidupan Nabi Muhammad saw. Setelah itu, disusul oleh penulisan dan pendokumentasian berbagai peristiwa yang terjadi di masa selanjutnya bahkan hingga hari ini.

Mengenai sejarah yang berkaitan dengan bangsa Jahiliah (sebelum kedatangan Nabi Muhammad Saw.), maka para sejarawan Islam menyusunnya berdasar petunjuk Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad Saw. Dari sini bisa kita pahami bahwa sejarah kehidupan Nabi Muhammad Saw., menjadi poros utama dalam gerakan penyusunan sejarah Islam, khususnya bangsa Arab. Tidak hanya itu, sejarah beliau juga memberikan pengaruh besar bagi bangsa lain. Merata, tidak hanya yang berkaitan dengan Islam, namun juga berbagai peristiwa dunia.

Tujuan Mempelajari Sejarah Nabi Muhammad Saw

Secara dasar, tujuan kita mempelajari kehidupan Nabi Muhammad saw. bukanlah semata-mata mencermati berbagai peristiwa, kisah atau hal lain yang berkaitan dengan beliau. Dalam pandangan Dr. Said Ramadan al-Buthy, salah satu ulama modern kelahiran Turki, tujuan mempelajari kehidupan Nabi Muhammad saw. adalah:

أَنْ يَتَصَوَّرَ المُسْلِمُ الحَقِيْقَةَ الِإسْلَامِيَّةَ فِي مَجْمُوْعِهَا مُتَجَسَّدَةٍ فِي حَيَاتِهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Supaya umat Islam dapat menggambarkan hakikat Islam yang menjelma secara sempurna dalam kehidupan Nabi Muhammad Saw.”

Oleh karena itu, kita tidak sepatutnya memposisikan kajian seputar kehidupan Nabi Muhammad Saw. setara dengan kajian riwayat hidup para raja, khalifah, atau seputar sejarah periode tertentu. Secara lebih gamblang, Dr. Said Ramadan al-Buthy menyebutkan kira-kira ada lima tujuan besar kita mempelajari dan memahami kajian seputar kehidupan Nabi Muhammad saw. Tujuan-tujuan tersebut sebagaimana berikut:

Memahami Kepribadian Nabi Muhammad Saw

Tujuan pertama ini bisa terealisasikan dengan cara mempelajari kondisi, situasi dan beberapa spektrum kehidupan lain yang ada di sekeliling beliau. Mempelajari hal yang demikian pada akhirnya akan menegaskan pada umat Islam bahwa Nabi Muhammad Saw., bukan sekedar sosok yang paling cerdas dan jenius pada masanya. Akan tetapi, menunjukkan bahwa beliau adalah seorang utusan yang disokong oleh Allah Swt. dengan wahyu serta taufik-Nya.

Menemukan Sosok Panutan yang Ideal

Tidak diragukan lagi bahwa setiap kali seseorang mencari contoh ideal sebagai teladan kehidupan, niscaya dia akan menemukannya pada sosok Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu, Allah Swt. menjadikan beliau sebagai suri tauladan sejati bagi umat manusia. Allah Swt. berfirman:

لَقَدْ كانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ

Sungguh, pada (diri) Rasulullah benar-benar ada suri teladan yang baik bagimu.” (Q.S. al-Ahzab (33): 21).

Perangkat Memahami Al-Quran

Sebab, beberapa ayat al-Quran hanya bisa dipahami maknanya dengan mencermati berbagai kejadian yang dialami oleh Nabi Muhammad Saw. Bahkan, Ibn Kasir, salah satu ulama ahli tafsir mengatakan:

عَلَيْكَ بِالسُّنَّةِ فَإِنَّهَا شَارِحَةٌ لِلْقُرْآنِ وَمُوَضِّحَةٌ لَهُ

Wajib bagimu berpegang teguh dengan sunah (apapun yang berkaitan dengan Nabi Muhammad saw.). Karena, sunah adalah penjelas al-Quran.”

Kita mungkin bisa memahami tujuan di atas ini melalui satu contoh berikut. Allah Swt. berfirman:

الَّذِينَ آمَنُوا وَلَمْ يَلْبِسُوا إِيمَانَهُمْ بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمْ الأَمْنُ وَهُمْ مُهْتَدُونَ

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman, mereka itulah yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (Q.S. al-An-am (6): 82)

Ketika ayat di atas turun, terjadi kegelisahan di kalangan sebagian sahabat. Mereka sempat memahami kata “zalim” di atas dengan berbagai bentuk kezaliman, tidak memandang ukuran kezaliman tersebut. Namun, pada akhirnya, Nabi Muhammad saw. menjelaskan:

إنَّه لَيْسَ بذلك ألا تَسْمَعُونَ إلى قَوْلِ لُقْمَانَ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ

Pemahamannya bukan seperti itu. Tidaklah kalian mendengar perkataan Luqman bahwa sesungguhnya syirik adalah benar-benar kezaliman yang besar.” (H.R. Bukhari)

Dari penjelasan Nabi Muhammad saw. di atas bisa kita pahami bahwa kegelisahan sahabat sudah terjawab. Ternyata, makna zalim di atas hanya mengarah ke syirik, tidak ke perkara lain.

Memahami Islam secara Benar

Pasalnya, sudah menjadi kesepakatan ulama bahwa kehidupan Nabi Muhammad saw. tidak lain adalah gambaran hidup dari seluruh prinsip dan hukum Islam. Oleh karena itu, memandang Islam dengan cara yang benar adalah dengan memahami kehidupan Nabi Muhammad saw.

Rujukan ketika Berdakwah

Sebab, beliau adalah guru, pendidik, pemberi nasihat sekaligus pengajar utama yang tidak kenal lelah menjalani beberapa tahapan dakwah dalam rangka menyelamatkan umat manusia.

Penutup

Dari lima tujuan dasar mempelajari sejarah kehidupan Nabi Muhammad saw., mungkin muncul satu pertanyaan. Kenapa mempelajari kehidupan beliau dapat mewujudkan semua tujuan di atas?

Jawabannya sederhana. Sebab, kehidupan Nabi Muhammad saw. meliputi semua aspek kemanusiaan dan kemasyarakatan, baik secara individu atau anggota suatu komunitas. Beliau adalah seorang Muslim paripurna yang cermat dan adil membagi antara penghambaan kepada Allah Swt. dan pergaulan bersama sesama manusia.

Dengan demikian, kajian seputar kehidupan Nabi Muhammad saw. adalah penggambaran jelas mengenai sisi kemanusiaan beliau sebagai contoh paling luhur dan sempurna bagi kehidupan umat manusia.

Baca Juga: Pentingnya Mempelajari Sirah Nabawiyah


Sumber: Fiqh Sirah al-Nabawiyah Ma’a Mujaz Litarikh al-Khilafah al-Rasyidah karangan Dr. Said Ramadan al-Buthy.

Kitab di atas juga pernah diterjemahkan oleh Fedrian Hasmand, MZ Arifin dan Fuad SN dengan judul “The Great Episodes Of Muhammad saw.”


*Mahasantri Mahad Aly An-Nur II Al-Murtadlo Malang.