pict: kopisufi

Oleh: Reza*

Bersyukur merupakan sikap terpuji yang diajarkan dalam Islam, dan santri merupakan kelompok yang cenderung memiliki pemahaman mendalam tentang nilai-nilai agama. Syukur yang dilakukan santri ketika menikmati secangkir kopi adalah cerminan dari penghargaan terhadap nikmat yang diberikan oleh Allah, serta ungkapan rasa syukur atas ilmu dan kesempatan untuk terus belajar dan beribadah.

Bersyukur juga menjadi sebuah kaidah kepesantrenan dalam hal  mental yang membantu santri menghadapi berbagai ujian dan cobaan hidup. Saat menghadapi ujian pelajaran, santri belajar untuk tidak mudah putus asa, tetapi tetap bersyukur atas kesempatan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan.

Bersyukur Lewat Kopi

Kopi menjadi bagian dari kehidupan santri sebagai minuman yang menyegarkan dan membantu mempertajam pikiran ketika belajar agama. Dalam menikmati secangkir kopi, santri menyadari bahwa nikmat tersebut merupakan sebuah anugerah yang harus di syukuri dan kita juga harus berterima kasih kepada Allah karena telah memberi kenikmatan yang tiada banding  dari satu gelas kopi yang kita minum di  waktu pagi.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Di tengah kesibukan belajar dan beribadah, ada momen-momen istimewa bagi para santri, salah satunya adalah minum kopi. Bagi banyak santri, kopi menjadi teman setia dalam menghadapi lelahnya rutinitas dan tantangan kehidupan. Secangkir kopi yang hangat menjadi penyemangat di tengah malam ketika menyiapkan diri untuk shalat tahajud atau membaca kitab-kitab ilmu agama.

Sementara itu tradisi santri yang berasal dari masa lampau, tetap hidup dan berdampingan dengan kemajuan zaman. Santri adalah para pelajar di pondok pesantren, lembaga pendidikan Islam yang mengajarkan berbagai macam ilmu, baik itu ilmu agama maupun ilmu umum. Pondok pesantren juga menjadi tempat di mana moral dan karakter seorang santri di bentuk, sehingga para santri tumbuh menjadi pribadi yang religius berakhlak mulia dan cerdas.

Namun apa keterkaitannya antara kopi dan santri? Jawabannya terletak pada warung kopi yang berada di sekitar pondok pesantren. Warung kopi menjadi tempat nongkrong bareng setelah jam belajar selesai. Di sini mereka bisa bersantai, bersilaturahmi dengan sesama dan juga merasa bisa sambil berdiskusi tentang berbagai macam ilmu termasuk kajian agama dan ilmu pengetahuan. Warkop atau sering juga di sebut dengan  warung kopi menjadi tempat bagi para santri untuk bersantai, merenung, bertukar pemikiran, setelah lelah seharian belajar di pondok pesantren.

Dengan menikmati kopi sama halnya  kita bersyukur dengan segala nikmat yang Allah berikan. Rasul pun memberikan contoh kepada kita tentang bersyukur sesuai dengan hadis Nabi saw.

Hadis tentang Bersyukur

Rasulullah SAW telah mengajarkan pentingnya bersyukur atas segala nikmat yang diberikan Allah. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda:

 عن أبي هريرة قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: «من لا يشكر الناس لا يشكر الله»

Barang siapa yang tidak bersyukur kepada manusia, maka dia tidak bersyukur kepada Allah.” (HR. At-Tirmidzi). Hadis ini mengingatkan bahwa bersyukur kepada Allah juga mencakup rasa terima kasih kepada sesama manusia yang telah memberikan manfaat.

Ayat Al-Quran tentang Syukur

Al-Quran menyebutkan dalam Surah Ibrahim ayat 7, Allah Swt.   berfirman:

وَاِ ذْ تَاَ ذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَاَ زِيْدَنَّـكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ اِنَّ عَذَا بِيْ لَشَدِيْدٌ

“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”” (QS. Ibrahim 14: Ayat 7)

Ayat ini menegaskan bahwa dengan bersyukur, Allah akan menambahkan berkah dan nikmatNya kepada hambaNya.

Syukur atas Ilmu dan Kesempatan Beribadah

Santri yang memahami pentingnya bersyukur akan merasa beruntung karena memiliki kesempatan untuk menuntut ilmu agama. Mereka menghargai setiap pelajaran dan bekal pengetahuan yang diberikan guru dan ulama untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang agama.

Namun, bersyukur tidak hanya sebatas pada hal-hal besar. Dalam kehidupan sehari-hari, santri diajarkan untuk bersyukur atas segala hal, baik yang besar maupun kecil. Sepiring  nasi JABO  yang diberikan sebagai bekal makan siang, rasa lezatnya masakan ibu-ibu pengurus pesantren, atau sekadar senyuman dari teman sebaya menjadi hal yang tak terlupakan dan menjadi alasan untuk bersyukur.

Penting untuk diingat bahwa bersyukur bukan hanya tentang mengucapkan terima kasih kepada Tuhan, tetapi juga mempraktikkannya dalam perbuatan. Dengan bersyukur, santri belajar untuk lebih menghargai hidup dan apa yang telah diberikan kepadanya. Rasa syukur juga mengajarkan mereka untuk tidak mengeluh dan menghindari sifat kikir atau serakah.

Bersyukur adalah pilar penting dalam pembentukan karakter seorang santri. Dengan rasa syukur yang tulus, santri belajar untuk menghargai hidup, menghadapi cobaan dengan tegar, dan selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik di hadapan Tuhan dan sesama. Selama mereka berada di pesantren, nilai-nilai ini akan terus dihayati dan membimbing mereka hingga kehidupan setelah pesantren.

Kopi dan Santri dalam Syukur

KH. Amir Jamiluddin menjelaskan psikologi  mahjub  ketika ngaji Syarh Al Hikam malam tadi, yang insya Allah seperti ini:

“wong kita hidup itu seperti disuguhkan kopi, selalu melihat kopinya tanpa peduli siapa pembuatnya”. Berbicara tentang kopi, Kiai Abi Fadhol Senori  pun tidak tanggung bersenandung di dalam karyanya kitab Ad-Durr al-Farid:

 
وسوداء تستحلى النفوس سوادها☕
تصب من الابريق يعلو بخارها
يعز فراقها على من تعود☕
تجرعها والنفس قل اصطبارها

Hitamnya menenangkan jiwa yang gelap ☕Tertuang dari kendi hingga kepulnya meninggi
Dilema perpisahan bagi yang candu ☕ Meneguk dan tidak sabar menunggu

Kopi dan santri memiliki hubungan erat dengan rasa syukur dalam konteks kehidupan pesantren. Pesantren merupakan lembaga pendidikan Islam tradisional di Indonesia yang memiliki peran penting dalam membentuk karakter santri. Dalam lingkungan pesantren, minum kopi telah menjadi salah satu tradisi yang turun temurun.

Bagi para santri, kopi menjadi lebih dari sekadar minuman yang memberikan semangat dan konsentrasi saat belajar. Kopi menjadi simbol bersyukur atas nikmat Allah dan rasa syukur  dalam menjalani kehidupan sebagai santri. Saat menyeruput secangkir kopi, mereka merenungi nikmat ilmu yang diperoleh dan berterima kasih atas kesempatan untuk mendalami ilmu.

Kehidupan di pesantren juga mengajarkan nilai-nilai syukur. Santri diajarkan untuk mensyukuri setiap nikmat Allah, baik yang besar maupun yang kecil. Mereka belajar untuk menghargai waktu, kesempatan, dan usaha dalam menimba ilmu.

Selain itu, kopi juga menjadi ajang untuk berinteraksi dan berbagi cerita di bawah pohon rindang, para santri berkumpul, berdiskusi, dan saling memberi dukungan. Momen-momen ini memperkuat ikatan kebersamaan dan rasa syukur atas kehadiran teman-teman dalam mempelajari berbagai macam ilmu.

Dalam sejarahnya, minuman yang banyak digemari di hampir seluruh lapisan dunia ini pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-8 dalam penanggalan hijriyah, oleh Imam Abul Hasan Ali asy-Syadzili bin Umar bin Ibrahim (1070 H-1113 H)  di negeri Yaman. Ali Asy-Syadzili sendiri adalah seorang ulama sufi pengikut tarekat Syadziliyah. Hal ini diungkapkan secara singkat oleh Sayid Abdurrahman bin Muhammad al-Husaini al-Hadrami dalam karyanya Inasush Shafwah bi Anfasil Qahwah, (Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiah) 137.

Selain itu Jika al-Hadrami menjelaskan penemuan kopi seperti yang ada pada alenia di atas, maka hal ini berbeda dengan Imam Najmuddin al-Ghazzi yang menjelaskan dalam karyanya al-Kawakib as-Sairah Fi A’yan al-Miah al-A’syirah, bahwa orang pertama yang menjadikan minuman kopi sebagai minuman berkhasiat adalah Syekh Abu Bakar bin Abdullah Al-Aydrus. Beliau membuat racikan kopi dari buah pohon Bun.

Kemudian terkait dengan keistimewaan kopi ini, bagi kebanyakan santri, merehatkan lelah saat otak mulai tak mampu berpikir dan badan mulai tidak enak digerakkan, maka secangkir kopi adalah solusi yang tepat. Terkhusus kopi, banyak hal yang bisa diceritakan bersamanya pada setiap rasa pahit yang tenggelam bersama manisnya gula. Begitu enak dirasakan, dan begitu nikmat diresapi. Tidak heran jika kemudian bagi kalangan sufi, kopi adalah minuman terindah yang pernah di ciptakan Tuhan:

Kopi sebagai pembangkit semangat untuk mendekat kepada Allah SWT. Hal ini diungkpakan oleh banyak ulama sufi, di antaranya adalah Ahmad bin Ali As-Subki. Beliau menyebutkan:

واما منافعها يعني القهوه تقريبا فالنشاط للعبادة والأشغال المهمة وهضم الطعام وتحليل الرياح والقولنج والبلغم كثيرا

“Manfaat kopi itu untuk membuat semangat ibadah, pekerjaan penting dan menghancurkan makanan agar tidak masuk angin. Juga, menghilangkan dahak yang banyak.”

Melihat keistimewaan ini, tidak heran jika kemudian ulama juga memiliki doa tertentu saat hendak memulai minum kopi. Konon, doa ini berawal dari seorang sufi asal Maroko yang berjumpa Rasulullah SAW dalam keadaan terjaga (sadar). Saat sufi ini mengadukan kesukaannya tentang kopi, Rasulullah SAW memberikan doa berikut:

اللهم اجعلها نورا لبصري وعافية لبدني وشفاء لقلبي ودواء لكل داء يا قوي يا متين ثم يتلو البسملة

“Ya Allah SWT, jadikanlah kopi yang saya teguk sebagai cahaya bagi penglihatanku, kesehatan bagi badanku, penawar hatiku, obat bagi segala penyakit. Duhai Dzat yang Mahakuat dan mahateguh, kemudian membaca bismillah.

Kopi dan santri dalam bersyukur adalah manifestasi dari kearifan lokal dan nilai-nilai spiritual yang melekat dalam kehidupan pesantren. Mereka mengerti bahwa setiap tegukan kopi adalah kenikmatan yang harus dihargai. Selain itu, mereka juga menyadari bahwa syukur bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam perbuatan dan sikap rendah hati dalam menghadapi segala ujian dan kenikmatan yang Allah berikan.

Sekilas Kopi

Minuman kopi pertama kali ditemukan pada akhir abad ke-8 oleh Imam Abul Hasan Ali asy-Syadzili di Yaman. Terdapat perbedaan pendapat mengenai penemuan kopi, namun baik Imam Ali asy-Syadzili maupun Syekh Abu Bakar bin Abdullah Al-Aydrus berperan penting dalam pengembangan minuman kopi.

Kopi memiliki keistimewaan dalam merelaksasi tubuh dan menyegarkan pikiran, dan dianggap sebagai minuman terindah oleh kalangan sufi.

Dalam perjalanan hidup seorang santri, kopi menjadi simbol kedekatan dengan Tuhan dan kesadaran akan nikmat-Nya. Setiap tegukan kopi diwarnai oleh rasa syukur yang mendalam atas segala hal yang diberikan. Lebih dari sekadar minuman, kopi menjadi sarana untuk merenung, bersatu dalam kebersamaan, dan berbagi cerita dengan sesama santri.

Dengan merenungi makna bersyukur lewat kopi, santri dapat menghadapi kehidupan dengan rasa lapang dada dan ketenangan jiwa. Mereka belajar untuk menghargai setiap detik kehidupan, menghadapi cobaan dengan keberanian, dan selalu mengingat bahwa setiap nikmat adalah anugerah yang patut disyukuri. Semoga semangat bersyukur yang tercermin dari secangkir kopi ala santri ini dapat menginspirasi kita semua dalam menjalani hidup dengan penuh penghargaan dan rasa syukur.

*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari.