sumber ilustrasi: tanwi.id

Oleh: Dimas Setyawan*

Konon, semakin tinggi ilmu pengetahuan yang dimiliki seseorang, akan semakin tinggi pula imajinasinya tentang masa depan. Dari situlah kemudian muncul apa yang disebut fiksi ilmiah (science fictions). Sebuah fiksi spekulatif yang membahas pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan terhadap masyarakat/manusia secara imajinatif. Fiksi ilmiah itu semakin hari, semakin nyata terbukti dengan hadirnya berbagai macam temuan-temuan teknologi canggih nan tinggi. Salah satunya dengan kehadiran Artificial Intelligence, atau kerap disebut dengan (AI).

Dalam catatan sejarah perjalanannya, teknologi AI sudah pernah dibahas oleh para ilmuwan dan peneliti yang mengadakan konferensi bernama Dormouth Conference pada tahun 1956. Di konferensi tersebut beberapa peserta yang berasal dari berbagai negara, mengenalkan konsep ‘kecerdasaan buatan’ serta membahas potensi pengembangan komputer yang dapat melakukan tugas-tugas pemecahan masalah dan pemodelan pemikiran manusia. Sejak saat itu (kisaran tahun 1950 – 1960), berbagai hal pendekatan dan metode dilakukan untuk menciptakan AI.

Perkembangan terhadap pembuatan AI di tahun tersebut mulai dikembangkan dengan berbagai pendekatan, antara lain dengan pendekatan logika simbolik, pengenalan pola, dan pemodelan pemikiran manusia.

Tetapi, pada tahun 1960 – 1970an, minat dan dana untuk penelitian AI menurun, dikarenakan keterbatasan perangkat keras dan lunak. Di tahun itu pula, dikenal sebagai “musim dingin AI”. Sehingga pada tahun 1980an, barulah para peneliti memulai kembali terhadap minat mereka guna menlanjutkan jaringan saraf tiruan (neural networks) dan metode pembelajaran mendalam.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lantas memasuki tahun 2000-an, kemajuan pesat dalam perangkat keras, perangkat lunak, dan algoritma memberikan angin segar terhadap perkembangan AI yang sangat singnifikan. Sebagaimana contohnya kesuksesan dalam pengenalan suara, peningkatan kinerja komputer catur dan perkembangan kendaraan otonom.

Terdapat beberapa hasil dari pengembangan penggunaan AI yang terbaru di masa kini, antara lain;

  1. Kendaraan Otonom: AI dapat digunakan untuk pengembangan mobil otonom, dalam mengenali dan memahami lingkungan sekitar, mengambil keputusan, dan mengemudi secara mandiri. Teknologi ini melibatkan pemrosesan gambar, sensorik, dan pemodelan prediktif.
  2. Pengenal Wajah dan Indentifikasi: AI digunakan pada aplikasi pengenalan wajah dengan tujuan dapat mengindentifikasi keamanan dan pengawasan.
  3. Diagnostik Medis: teknologi AI dapat membantu dalam diangnosis penyakit, indentifikasi pola terhadap citra medis, dan pengolahan data kesehatan. AI juga dapat digunakan untuk membantu dokter dalam penentuan diagnosis yang lebih akurat dan cepat.
  4. Robotika dan Automasi Industri: AI digunakan untuk meningkatan efesiensi, keamanan, dan produktivitas Robot cerdas yang dapat melakukan hingga menyelesaikan tugas-tugas manusia secara kompleks dengan batuan AI, seperti pengelasan, memidahkan barang dan inspkesi kualitas.

AI dan Dunia Peradabaan Islam

Terdapat sebuah pertayaan yang cukup medasar atas kehadiran AI hari ini, salah satu pertayaan yang sering diajukan ialah; di manakah letak keutungan agama terhadap teknologi AI?

Pertayaan tersebut wajar bila muncul, karena pada prinsipnya agama (khususnya agama Islam) harus dapat menerima segala bentuk perkembangan zaman yang disertai oleh temua-temuan teknologi canggihnya. Bila kita melihat dari salah satu prinsip agama dalam Islam yakni; al muhafadhotu ala al qhodimi as sholeh, wal akhdzu bi al jadidi al aslah, sejatinya kehadiran AI bukanlah sebuah fenomena hal yang baru dalam prinsip pembaruan di dunia Islam. Sehingga setiap umat muslim di dunia tidaklah heran dan gagap terhadap penemuan-penemuan teknologi canggih saat ini.

Disadari secara pasti bahwa hadirnya teknologi AI memberikan kemudahan kepada para penggunanya dalam menjalankan aktivitas dan lain sebagainya.

Lalu di manakah letak peran agama terhadap teknologi AI? Jawabannya sungguh sederhana yakni dapat memberikan kemudahan bagi kita semua. Karena dasarnya, agama memerintahkan untuk yassiru (mempermudah). Dan inilah beberapa perangkat lunak yang disediakan AI untuk kemudahan agama antara lain;

  1. Chatbot Agama. Beberapa organisasi Islam telah mampu mengembangkan Chatbot berbasis AI yang dapat memberikan jawaban atas pertayaan-pertayaan keagamaan secara umum. Chabot ini juga dilengkapi oleh data yang luas tentang ajaran Islam dan dapat memberikan informasi dan panduan kepada pengguna.
  2. Aplikasi pengenalan suara Al-Qur’an. Aplikasi ini menggunakan teknologi pengenalan suara berbasis AI untuk mengindetifikasi dan memvalidasi bacaan Al-Qur’an. Pengguna dapat merekam suara mereka saaat membeca Al-Qur’an dan aplikasi akan memberikan umpan balik tentang pelafalan dan tajwid dengan benar.
  3. Pemantauan pencemaran bunyi shalat. Di berbagai negara seperti Uni Emirat Arab, telah digunakan sistem AI untuk memantau dan mengelola pencemaran bunyi selama waktu shalat. Sistem ini dapat mendeteksi suara shalat dan memberikan peringatan jika ada gangguan atau kebisingan yang berlebihan di sekitar masjid.

Contoh-contoh di atas menunjukan bahwa AI dapat membantu umat Islam dalam berbagai hal dengan potensi pengembangan yang terbuka lebar. Hal tersebut dengan teks hadis Nabi Muhammad yang berbunyi;

اَللّهُمَّ يَسِّرْ وَ لَا تُعَسِّر، بَشِّرُوْوَلَا تُنَفِّرُو

“Permudahlah, jangan dipersulit, berilah kabar gembira, jangan ditakut-takuti.”

*Mahasantri Mahad Aly Hasyim Asy’ari Jombang.