Sumber foto: http://poskotanews.com/2016/02/28/syair-jalaludin-rumi-juga-digemari-madona-dan-demi-more/

Oleh: Silmi Adawiyah*

Jalaluddin Rumi dilahirkan di Balkh, tahun 1207. Balkh adalah sebuah kota di provinsi Khurasan, Afghanistan. Latar belakang keluarga Rumi sangat terhormat. Dimulai dari kakeknya yang terkenal sebagai seorang Arab, yang garis keturunannya sampai pada Abu Bakar as Shiddiq. Sedang dari garis Ibu sampai pada Ali bin Abi Thalib.

Karya tulis Rumi hampir tak terhitung jumlahnya. Lebih dari 30.000 baris sajak-sajak lirih. Sedangkan karya terbesarnya adalah Mastnawi yang dipuji sebagai Al Quran berbahasa Persia dan kitab suci kedua setelah Alquran al-Karim. Karya ini terdiri dari enam jilid berisikan sekitar 25.000 bait sya’ir dan Rubayyat (sya’ir empat baris).

Bagi Rumi, cinta adalah sesuatu yang universal dan hampir tak terbayangkan serta sesuatu yang luar biasa. Penuturan Rumi tentang makna cinta tidak dalam bentuk etimologi dan terminologi. Gaya tuturnya tak dapat diduga dan terkadang menukik, membelok, datar dan yang paling umum selalu berlindung di balik perumpamaan-perumpamaan. Dalam”Al-Nadwi”, Rumi berdendang dengan puisinya:

Sungguh …

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis.

Debu menjadi emas, keras menjadi bening,

Sakit menjadi sembuh, penjara menjadi singgasana,

Derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat.

Cintalah yang mampu melunakkan besi,

Menghancurleburkan batu karang,

Membangkitkan yang mati, Dan meniupkan kehidupan padanya,

Serta membuat budak menjadi raja.

Dalam pusi tersebut, Rumi menggambarkan cinta sebagai sayap seseoranag yang mampu menerbangkan manusia, yang membawa beban berat ke angkasa raya, dan dari kedalaman mengangkat ketinggian, dan dari bumi ke bintang tsurayyah (kejora). Bila cinta berjalan di atas gunung yang tegar, maka gunungpun akan bergoyang dan menari serta berlenggang riang. Kesulitan mendefinisikan cinta diakui sendiri oleh Rumi, dalam syairnya ia menuliskan:

Perih cinta inilah yang membuka tabir hasrat pecinta

Tiada penyakit menyamai duka cinta hati

Cinta adalah sebuah penyakit karena berpisah, isyarat dan astralabium Rahasia-rahasia Ilahi apakah dari jamur laut atau jamur bumi

Cintalah yang menimbang kita kesama pada akhirnya akal akan sia-sia, bahkan mengelepar untuk menerangkan cinta, bagai keledai dalam lumpur

Cinta adalah sang pemeran cinta itu sendiri

Bukankah matahari yang meyatakan dirinya matahari?

Perhatikanlah ia! Seluruh bukti yang kamu cari, ada di sana.

Kemustahilan mendefenisikan cinta, bagi Rumi, karena cinta itu sendiri adalah salah satu bagian dari rahasia-rahasia Ilahi. Itu sebabnya, dalam syair di atas, pada akhirnya akal akan sia-sia, bahkan menggelepar ketika mencoba mendekati makna cinta.

Dalam pandangan Rumi, cinta bersifat universal. Ia ada dalam semua potensi dan realitas alam, dalam wujud manusia, hewan dan tumbuhan merupakan manifestasi cinta Tuhan. Ia menggerakkan segala potensi dan merasuk ke dalam semua realitas. Ia adalah ruh hidup dan menghidupkan. Ia adalah kekuatan yang mampu merubah dari yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dari yang mati menjadi hidup. Dari yang terpendam menjadi bercahaya. Inilah makna lirik Rumi “cinta adalah suatu kenyakinan yang tidak akan pernah mati dan senantiasa melimpahkan kepada setiap yang ada.


*Alumnus PP Putri Walisongo Cukir dan sedang menempuh pendidikan pascasarjana di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta