Suami Idaman Ummu Kultsum
ilustrasi pasangan suami istri

Ummu Kultsum adalah putri dari Abu Bakar As-Siddiq dengan istrinya Habibah binti Kharijah. Habibah binti Kharijah sendiri adalah putri dari salah seorang kaum Anshar yang di antara tujuan pernikahan beliau adalah untuk mempererat solidaritas kaum Muhajirin dan Anshar dengan mempersaudarakan kedua kaum tersebut.

Sayyidah Ummi Kultsum adalah istri yang baik beliau menikah dengan Sayyidina Thalhah bin Ubaidillah (salah satu dari 10 sahabat yang dijanjikan masuk surga). Dalam sebuah literatur Arab, Ummu Kultsum pernah menceritakan suami dambaannya. Hal ini bisa menginspirasi para kaum laki-laki dalam memperlakukan pasangannya. Beliau berkata:

“دعوتُ الله أنْ يرزُقني  زوجًا يَصبُّ الحُبَّ عليّ صبًّا، وَعابدًا لله

Aku berdoa kepada Allah semoga mendapatkan suami yang benar-benar mencintaiku serta taat kepada Allah.

Lalu Allah menjadikan Sayyidina Thalhah bin Ubaidillah RA (salah satu dari 10 sahabat yang dijamin masuk surga) sebagai suami beliau.”

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Dinukil dari ulama salaf bahwa Sayyidah Ummu Kultsum mencerminkan romantisme cinta Sayyidina Thalhah,

“كَان إذَا رَآني تهللَّ

Ketika melihatku, ia menyambutku.

وَإذَا سَمع صَوتي تَبسَّم

Ketika mendengar suaraku, ia tersenyum.

وكُنت إذَا بكيتُ بكَى

Jika Aku menangis, ia juga ikut menangis.

ولَا ينَامُ حتَّى يطمئنَّ علَى دِفئي فِي فِراشِي

Ia tidak akan tidur sebelum Aku benar-benar tidur.

ومَا تركَ صلاةً إلَّا ودعَا لِي فيهَا قبلَ نَفسهِ

Ia tidak beranjak dari shalat sampai mendoakanku, bahkan sebelum mendoakan dirinya sendiri.

وكُنت إذَا مرضتُ  جَاوزنِي فِي الألَم. وكَأَّن العِلَّة فِي جَسدهِ.

Saat Aku sakit, ialah yang lebih merasa kesakitan seolah-olah penyakit ini menimpa tubuhnya sendiri.

ولَا يَهنأُ لهُ بالٌ حتَّى يُجلسنِي بِجانبِه

Ia tidak benar-benar merasa senang dan nyaman, sampai Aku duduk di sampingnya.

وكَان إذَا آكل يَسبقُني باللُّقمَة إلَى فَمي فَيطعمُني بِيدهِ

Ketika makan, ia terlebih dahulu menyuapiku dengan tangannya.

كُنت فَخارَهُ وَ عِزَّه فِي سِرِّه وَ عَلنِه

Aku adalah kebanggaan dan kehormatannya, baik secara diam-diam maupun secara terang-terangan.”

Dua pasangan ini mengerti dan menghargai satu sama lain, Diriwayatkan bahwasanya Thalhah bin Ubaidillah membawa harta yang banyak dari Hadramaut. Ia membawa 100.000 dinar. Malam harinya ia tidur dalam keadaan galau.

Istrinya berkata, “Abu Muhammad, sejak semalam kulihat engkau begitu gelisah. Apakah ada sesuatu yang kau tak suka dari diriku”? Thalhah berkata, “Engkau adalah istri yang terbaik. Tidak ada. Sejak semalam aku berpikir dan berkata pada diriku, ‘Apa yang dipikirkan seseorang terhadap Rabbnya. Harta ini menginap bersamanya di rumahnya.”

Istrinya berkata, “Mana akhlak yang menjadi ciri khasmu?”

“Apa itu”? tanya Thalhah.

Istrinya mengatakan, “Besok pagi, mintalah wadah. Lalu bagi-bagi harta itu ke rumah Muhajirin dan Anshar sesuai dengan kedudukan mereka.”

Pasangan ini kemudian terpisahkan pada tahun 36 Hijriah, karena Thalhah bin Ubaidillah wafat, gugur dalam Parang Jamal. Meski sangat sedih atas wafatnya suaminya. Ummu Kultsum paham dan ridha dengan apa yang telah ditentukan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala. Beliau tegar menghadapi semua ujian.

Baca Juga: Kehormatan Istri di depan Suami


Ditulis oleh Faizal Amin, mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari