Pengasuh Pesantren Tebuireng, Gus Kikin saat memberi sambutan dalam workshop Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak di Pesantren, Selasa (10/10) di gedung Yusuf Hasyim Tebuireng. (foto: diba)

Tebuireng.online– Melihat angka kekerasan terhadap anak di lembaga pondok pesantren, Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia melalui Komisi Perempuan Remaja dan Keluarga bekerjasama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI, menyelenggarakan Workshop Perlindungan dan Pemenuhan Hak Anak di Pesantren.

Acara yang digelar di Aula lantai 3 gedung Yusuf Hasyim tersebut diikuti oleh segenap perwakilan guru dan ustadzah maupun ustadzah yang berada dilingkup Pesantren Tebuireng, dengan tema “Menguatkan Karakter Pesantren Anti Kekerasan dan Ramah Anak” pada Selasa (10/10/2023).

Pengasuh Pesantren Tebuireng, KH. Abdul Hakim Machufdz menungkapkan bahwa di Pesantren Tebuireng terdapat kitab adabul alim wal muta’allim, yang mana kitab tersebut menerangkan adab seorang santri terhadap guru, dan juga adab seorang guru terhadap santri.

“Jadi yang diatur oleh kitab adabul alim wal muta’allim, salah satunya bagaimana adab seorang guru terhadap muridnya,” ungkap Cicit Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari itu.

Beliau juga mengatakan bahwsa hari ini sangat sedikit sekali pendidikan ahlak yang diajarkan di instansi-instansi pendidikan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Pondok Pesantren sendiri harus mengajarkan dua keilmuan utama yakni, pertama, ilmu akhlak dan kedua adalah ilmu yang bersumber dari quran. Dua hal inilah yang menjadikan manusia itu seimbang dan harmoni,” sambungnya.

Menurut Gus Kikin, jika hanya ilmu saja, akan menjadikan orang hanya sebagai ilmuwan saja. Maka harus ada akhlak yang disertai dalam kehidupan manusia. Pada kesempatan itu, beliau juga mengajak seluruh hadirin bersama-sama menjaga warisan Hadratussyiakh KH. M. Hasyim Asy’ari.

“Maka kita juga harus menjaga warisan Hadratussyiakh KH. M. Hasyim Asy’ari. Yakni kita diajarkan bahwasanya adab harus dipertahankan untuk menjadi pondasi dalam mengamalkan ilmu-ilmu yang kita miliki.” Tutupnya.

Pewarta: Dimas Setyawan