Sumber gambar: https://www.kompasiana.com

Oleh: Rara Zarary*

Seseorang yang tenggelam dalam doa panjang. Kita tahu persis, waktu ke waktu telah sama-sama kita lewati, dan hingga hari ini, kita masih dua orang berbeda yang bersikukuh untuk meratap perasaan yang lebih tinggi dari pada prasangka tuan pada yang dirindukan. Aku ingin sebentar bertemu, membiarkan kesalahpahaman, keterbatasan ruang, dan segala yang mungkin kita pernah pertanyakan terjawab atas satu kata yang kita sama-sama menerimanya sebagai konsekuensi dari semesta.

Aku ingin sepertimu,

Menulis, membacanya, lalu mengabadikan hingga lepas laut lalu terbang

Maka aku ingin belajar padamu, untuk segenap yang telah kamu capai hingga aku hitung lebih dari jutaan waktu,

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Katamu, entah kapan aku lupa mengakumulasi waktu. Tetapi sejauh aku pergi dan sesering kau berlari, aku selalu dan masih hapal apa saja yang pernah kau ucapkan, barangkali itu, yang membuatku terlalu dalam mengenang sedang engkau dengan mudah melupakan. Ini salahku, yang membiarkan diriku untuk hanyut dalam harapan-harapan panjang yang pernah kau inginkan dan mati-matian aku wujudkan. Hingga saat kau pergi, aku lupa mencintai diriku sendiri.

Dan hari ini, aku ingin mengucapkan selamat atas setiap langkahmu yang sudah membuktikan, bahwa kau sudah bahagia tanpa aku. Kau sudah kuat dan mandiri atas dirimu dan orang lain yang itu bukan aku, maka aku tak perlu khawatir lagi, tak perlu memikirkanmu lagi, atas perintah-perintah rasa yang getir.

Untukmu, seseorang yang tenggelam dalam doa panjang. Jika pun aku tak bisa bertemu, semoga doaku sampai pada hatimu, membuat damai, lalu kau merasa terus bahagia, meski kau tak akan pernah merasakan bahwa bahagia itu lantas orang lain, bukan aku; yang diam-diam mengkhawatirkanmu.

Untukmu, yang mungkin juga tak akan membaca pesan ini sebab tak mau tahu atau tak punya banyak waktu, untuk hal-hal yang katamu hanya akan sia-sia saja.