Sumber gambar: http://biografi-tokoh-islam.blogspot.com

Oleh: Rafiqatul Anisah*

Muhammad bin Sirin Al-Anshari Abu Bakar bin Abi Umrah Al-Bashri,  saudara Anas,  Ma’bad,  Hafshah,  Karimah,  budak Anas bin Malik,  pembantu Rasulullah SAW. Ayahnya adalah seorang tawanan yang berasal dari ‘Ain At- Tamr yaitu tawanan Khalid bin Al- Walid. Menurut Anas bin Sirin,  beliau dilahirkan dua tahun sebelum pemerintahan Khalifah Umar bin Al-Khatab RA berakhir. Sementara Al-Hakim berkata, “itulah yang aku temukan dalam kitabku berjudul Umar dan yang lain mengatakan Utsman.”  Dari kedua pendapat tersebut,  menurut Adz- Dzahabi pendapat yang kedua lebih bisa diterima. Karena jika memang beliau dilahirkan pada masa pemerintahan Umar, maka ibnu Sirin umurnya sama dengan Al-Hasan. Sedangkan kita tahu bersama bahwa Muhammad bin Sirin itu lebih muda beberapa tahun darinya.

Muhammad bin Sirin adalah salah seorang ulama fiqih dari Bashrah, beliau terkenal dengan kewara’annya, jujur, dipercaya, luas akan ilmu pengetahuan, baik budi pengertinya serta sangat dihormati. Beliau juga adalah seseorang yang sangat berhati-hati dalam memberikan fatwa.  Dari Asy’ats, di berkata, “jika ibnu Sirin ditanya tentang halal dan haram, wajahnya berubah,  hingga anda bisa mengatakan bahwa seolah-olah dia bukanlah orang yang anda lihat sebelumnya.”

Muhammad bin Siri tegas terhadap ahli bid’ah dan pemimpin yang dholim. Dijelaskan dalam suatu hadits,  yaitu dari  Syu’aib bin Al- Habhab,  dia berkata, “Aku bertanya kepada ibnu Sirin, “Apa pendapatmu tentang meriwayatkan hadits dari ahli bid’ah? dia berkata, “Janganlah kalian mendengarkan apapun dari mereka, dan jangan menghormati mereka.” Dari hadits ini dapat dipahami bahwasanya beliau benar-benar tegas dalam menyikapi persoalan tersebut.

Seorang ahli fiqih ini istiqomah berpuasa, yaitu selalu melakukan puasa sehari, dan hari berikutnya tidak. Beliau juga mempunyai tujuh wirid yang jika tidak sempat dibaca di malam hari, beliau melakukannya di pagi hari.  Beliau selalu berkata-kata lirih kepada ibunya. Dari Ibnu ‘Aun,  dia berkata, “Aku pernah mendengar Ibun Sirin berkata, “tiga hal yang tidak akan membuat mereka susah;  baik budi pekerti, tidak menyakiti orang lain, dan menjauhkan diri dari keraguan atau yang meragukan.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Selain itu,  Muhammad bin Sirin juga mempunyai keahlian dalam menafsirkan mimpi. Pernah diceritakan di suatu hadist. Dari Mughiroh bin Hafsh, dia berkata, “Ibnu Sirin pernah ditanya oleh seseorang,  “Aku bermimpi seolah-olah melihat rasi bintang Gemini mendahului bintang Tsurayya. ” Ibnu Sirin menjawab, “tidak lama lagi Al-Hasan akan meninggal dunia sebelum aku,  kemudian baru aku. Al-Hasan adalah orang yang lebih banyak ilmunya daripada aku.”

Diantara guru-gurunya (seseorang yang memberinya periwayatan hadits) adalah Anas bin Malik, Zaid bin Tsabit, Al-Hasan bin Ali bin Abi Thalib, Hudzaifah bin Al-Yaman, Ibnu Umar, Ibnu Abbas dan lain-lain. Sedangkan murid-muridnya (seseorang yang meriwayatkan hadits darinya)  antara lain,  As- Sya’bi, Tsabit,  Ibnu ‘Aun, Yunus bin ‘Ubaid, ‘Auf Al-A’rabi, Qotadah, Sulaiman At- Tamimi, dan masih banyak lagi.

Muhammad bin Sirin meninggal pada tahun 110 Hijriyah yaitu seratus hari setelah meninggalnya Al- Hasan Al- Bashri.


*Mahasantri Ma’had Aly Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang.


Sumber: Disarikan dari buku 60 Biografi Ulama Salaf (Syaikh Ahmad Farid)