Santri Tebuireng (Foto: dokumentasi tebuireng.online)

Dalam memperingati Hari Santri Nasional 2019, ada banyak kegiatan yang meramaikan dunia pesantren. Salah satunya adalah upacara bendera, istighasah, pembacaan selawat, khatmil Quran, dan doa bersama. Selain dari pada itu, ada hal-hal menarik lainnya, seperti beberapa santri yang menyuarakan harapannya untuk dunia pesantren, santri, dan negeri di masa depan. Beberapa santri Tebuireng angkat suara untuk menyampaikan kesan dan pesannya sebagai santri.

“Menjadi santri tidak sekadar belajar agama dan mengaji, namun kita juga bermasyarakat sejak dini. Di pesantren kita diajari musyawarah untuk mengambil keputusan, gotong royong sebagai landasan bersosial, dan tentu saling berbagi bersaudara sesama mausia.” (Syafira Najma, Asal Kalimantan Tengah)

“Jadi santri itu menyenangkan, tidak seribet yang dibayangkan. Menjadi santri saya merasa lebih tahu cara mencintai ligkungan, bisa menghargai kebersamaan, menciptakan kekeluargaan, dan hidup toleransi. Semoga seluruh santri di Indonesia ini bisa menjadi manusia yang baik, mengabdi pada Negara, agama, dan bangsa ini. Ayo jadi santri!” (Desinta Reninda, Sidoarjo)

“Banyak yang bilang, jika jadi santri itu norak dan ketinggalan zaman. Nyatanya tidak. Buktinya kemerdekaan Indonesia ini diprakarsai oleh satri dan kiai. Santri bisa menjadi yang terdepan dalam menyelamatkan NKRI. Jangan taku menjadi santri.” (Sohifah, Banten)

“Mengenang resolusi jihad, merayakan dengan kehadiran hari santri. Semoga santri terus Berjaya, selalu setia menjaga NKRI dan kesatuan bangsa Indonesia. Santri, ayo berdistribusi untuk kejayaan negeri!” (Hafiz Akmal, Surabaya)

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Bagi saya, menjadi santri merupakan sebuah anugerah. Di pesantren saya mendapatkan banyak pembelajaran, tidak hanya soal ilmu pengetahuan namun juga ilmu-ilmu dalam kehidupan.” (M. Aqly Mubarok, Jakarta Selatan)

“Resolusi jihad hingga kini terus terkenang. Santri akan terus menggiring bangsa ini dalam persatuan dan kemakmuran. Jayalah santri, teruslah berkontribusi untuk Negara tercinta kita.” (Argie Wahyu, Jember)

“Sebagai santri tunjukkanlah kepada negeri bahwa kita bisa turut berpartisipasi. Tanamkanlah moral dan semangat dalam berjuang. Tak kenal lelah dalam menuntut ilmu dan selalu mengemban amanah sang kiai. Santri penjaga NKRI.” (Fadhilatun Sya’baniyah, Sumenep Madura)

“Bukan hanya seseorang yang berpegang bamboo runcing yang disebut pahlawan, namun santri berpegang kitab kuning juga dapat mengubah masa depan ini lebih cerah.” (Binti Aizatun N, Balikpapan)

“Sekolah full day, ngaji every day, kapan holiday? Itulah yang biasanya dirasakan oleh santri, namun dengan ta’dzim santri mengikuti perintah kiai demi keberkahan di masa depan nanti. Serta demi menggapai rida ilahi.” (Adelia, Mojokerto)

“Santri bukan cumin pintar mengaji, namun juga jago dibidang IT.” (Ardina, Jawa Tengah)

“Santri bertirakat, kelak ia akan maju sebagai pembela negeri dan kedamaian bangsa ini.” (Arina Rosyada, Bogor)

“Mengenang apa yang telah diperjuangkan KH. Hasyim Asy’ari dan para santrinya dalam resolusi jihad, kita patut berterima kasih dan bangga menjadi santri. Santri akan terus ikut andil dalam memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan Indonesia ini.” (Hafiza Fitriana, Boyolali)