Tebuireng.online- Pesantren Tebuireng memperingati Hari Santri Nasional dengan tajuk “Malam  Kreasi Santri dalam Rangka Memperingati Resolusi Jihad” yang dimulai pada Senin Malam (22/10/19). Kegiatan diawali dengan sholat maghrib berjamaah dan istighatsah yang dipimpin oleh pengasuh Pondok Pesantren Mamba’ul Khairat, KH. Fauzan Kamal yang dilaksanakan di Masjid Tebuireng. Suasana khidmat terasa pada peringatan malam Resolusi Jihad yang 73 tahun lalu dikumandangkan oleh Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari.

Dilanjutkan dengan ijazah Istighotsah Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari yang diberikan langsung oleh cucu beliau, KH. M. Agus Zaki Hadzik. Sebelum itu, sambutan oleh wakil kepada pondok, Ustadz Slamet Habib yang menerangkan seputar santri.

“Jadi santri itu harus qona’ah. Santri itu harus neriman. Ikuti progam pondok dan sekolah, insha Allah cita-cita dikabulkan oleh Allah. Malam ini sebagai peringatan resolusi jihad, kita isi dengan malam kreasi santri dalam hari santri nasional. Besok Pesantren Tebuireng memperingati hari santri dengan apel bersama di Kawasan Makam Gus Dur. Kumpul dengan pesantren-pesantren di sekitar Tebuireng untuk melaksanakan upacara,” ungkap Ustadz Habibi.

Kemudian ijazahan Istighotsah Hadratussyaikh Hasyim Asy’ari yang diberikan langsung oleh KH. M. Agus Zaki Hadzik sebagai mujiz dan pemegang sanad ke-3 yang bersambung kepada Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari lewat Alm. KH. Fahruddin yang bersambung kepada KH. Abdul Kholiq dan diberi langsung oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari. Beliau menyampaikan kepada santri-santri mengenai pentingnya dan fadhilah dari pada istighotsah.

“Ada orang bertanya, mengapa kita harus istighotsah? Bahwa istighotsah bisa menolong kita, keluarga kita, dan orang tua kita. Saya ingin cerita pada tahun 2013, 6 tahun yang lalu. Saya bikin pondok di timur pondok MQ. Pada saat bulan Ramadhan, sowan ke seorang kiai dan menyuruh saya untuk bikin pondok sendiri. Beliau berpesan kalau bikin pesantren, pendidikannya salaf. Saya berpikir, belum bikin pondasi rumah, belum juga bikin podasi pondok. Kemudian saya punya toko dibeli orang 150 juta.  50 juta buat rumah, dan 100 juta buat pondok. Baru bikin tiang, 2 tahun berdiri dan dananya habis. Lalu saya sowan ke kiai dan beliau mengambil kalender. Beliau ingin melaksanakan istighotsah di cagak (tiang) pondasi pondok,” cerita gus Zaki di hadapan ribuan santri Tebuireng.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Lanjutnya, “Saya heran, tetapi saya meyakini tiada kata mundur bagi orang yang maju. Dan kemudian saya melanjutkan membangun. Haitsu laa yahtasib. Bulan Juli istighotsah dan September saya ada 100 juta bisa buat ngecor. Saking ampuhnya istighatsoh, saya bikin Jam’iyah Istighatsah. Dan ada jama’ah yang bermimpi bertemu dengan Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari dan KH. Adlan Aly yang memberikan wejangan bahwa istighatsah apik, lanjutno. Selama 4 tahun selanjutnya saya bangun pondok tanpa henti. Pingin mobil ada, istighotsah ini menjadikan kita jadi orang bener. Di dalam istighotsah ada kalimat Allahummaj’alna wa auladana min ahli ilmi wa ahli khair. Sayang menjadikan kita bukan hanya pinter tapi bener. Di luar sana banyak orang pinter tapi gak bener. Saya dapat ijazah ini 2016, sebelum alumni Tebuireng yang memegang sanad ini wafat, sempat mengembalikan kepada Tebuireng, sehingga kita bisa menikmatinya,” imbuh pengasuh Pondok Pesantren Al-Masruriah Tebuireng ini.

Kemudian acara dilanjutkan setelah sholat isya’ dengan malam kreasi santri yang menampilkan bakat santri serta pengukuhan ketua orda dan organisasi ekstra pondok putra Pesantren Tebuireng.


Pewarta: Seto Galih

Publisher: MSA