“Jika para santri merayakan maulid (dengan kemungkaran) dan tidak ada satu orang alim pun yang menegurnya, maka dikhawatirkan orang-orang awam akan mengira bahwa perayaan maulid semacam itu diperbolehkan dan dianggap baik oleh syariat” (halaman 23)
Tak terasa sudah sekitar dua bulan yang lalu kita telah merayakan salah satu hari besar bagi umat Islam. Hari tersebut adalah hari peringatan di mana junjungan dan panutan kita, Baginda Rasulullah Saw lahir ke dunia ini. Beliau menjadikan dunia yang sebelumnya gelap gulita menjadi terang benderang dengan agama Islam. Hampir seluruh umat Islam di dunia merayakan hari kelahiran Nabi Muhammad Saw atau biasa yang kita kenal dengan maulid nabi.
Perayaan maulid di setiap tempat bisa berbeda-beda, namun esensinya tetaplah sama yakni untuk menunjukan wujud syukur dan kegembiraan atas lahirnya Nabi Muhammad Saw. Ada yang merayakannya dengan mengikuti majlis yang mengisahkan kisah hidup nabi, ada juga yang merayakannya dengan melantunkan berbagai shalawat, serta ada juga yang merayakannya dengan bersedekah. Kesemuanya memiliki tujuan yang sama.
Dari berbagai cara merayakan di atas, Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari dalam kitab ini menjelaskan batasan-batasan dalam merayakan maulid secara benar. Buku ini berisikan teks arab dari kitab at-Tanbihaat al-Wajibaat liman Yasna’ al-Maulid bil Munkaraat serta terjemah teks berbahasa Indonesia, sehigga buku ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan, baik pelajar maupun masyarakat.
Dalam buku ini dijelaskan bahwa perayaan maulid yang disunahkan oleh para imam adalah perkumpulan masyarakat untuk membaca sebagian ayat dari al-Quran, dan riwayat beberapa haadis yang menjelaskan tentang permulaan kelahiran Nabi Muhammad saw dan perjalanan hidup beliau. Serta seusai itu disuguhkanlah hidangan untuk dimakan, lalu pulang.
Selain itu dijelaskan pula bahwa Syaikh Syihabuddin Abu Muhammad Abdurrahman bin Ismail berpendapat dalam kitab al-Ba’its fi Inkari al-Bida’i wa al-Hawaditsi bahwa termasuk bid’ah paling baik pada zaman kita adalah hal yang dikerjakan oleh orang-orang di kota Irbil (Irak) yakni di hari yang bertepatan dengan hari kelahiran Nabi Saw mereka bersedekah, berbuat kebajikan, menampakkan hiasan dan kebahagiaan.
Dalam buku ini juga dijelaskan jika dalam peringatan maulid mendatangkan kemaksiatan yang lebih besar seperti perkara-perkara mungkar, maka wajib ditinggalkan dan haram dilakukan. Selain itu buku ini berisikan sepuluh pesan terkait aturan dalam perayaan maulid Nabi Saw dan menyajikan beberapa pendapat ulama tentang keharaman perayaan maulid yang disertai dengan kemungkaran.
Buku ini berisikan peringatan-peringatan bagi orang-orang yang merayakan maulid dengan kemungkaran. Sehingga buku ini cocok dibaca oleh masyarakat luas, khususnya para pemimpin umat dan pemuka agama dengan harapan apabila terjadi kemungkaran-kemungkaran di daerah tersebut, mereka akan menujukkan bagaimanakah perayaan maulid diadakan.
Di sisi lain, karena buku ini merupakan buku terjemahan dari kitab, ada beberapa kalimat yang perlu dibaca berulang-kali agar kita bisa memahami isi dari kalimat tersebut. Namun di antara kelebihannya juga di antara tiap bab akan disajikan poin-poin penting yang ada dalam buku ini.
Judul Buku: | Maulid Nabi: Pesan Untuk Orang-Orang Yang Merayakan Maulid |
Penulis: | Hadratussyaikh KH. M. Hasyim Asy’ari |
Penerjemah: | M. Sutan Alam Budi & Viki Junianto |
Penerbit: | Pustaka Tebuireng |
Tahun Terbit: | Maret, 2023 |
Tebal: | 53 halaman |
ISBN: | 978-623-6098-04-2 |
Peresensi: | Devi Yuliana |
Baca Juga: Orang yang Pertama Kali Merayakan Maulid Nabi Muhammad