Perayaan maulid Nabi di Indonesia selalu disambut antusias oleh kaum muslim. Hal ini dikarenakan mereka bergembira atas lahirnya junjungan mereka. Perayaan maulid nabi berlangsung pada tanggal 12 Rabiul Awal dalam kalender Hijriyah, banyak sekali model perayaan di Indonesia untuk mengekspresikan rasa bahagia atas lahirnya nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Di antaranya ialah tradisi Walima di Gorontalo, Weh-wehan di Kendal, Grebek Maulid di Solo, Endog-endogan di Banyuwangi dan banyak lagi macam tradisi untuk menyambut maulid nabi.
Dalam sejarahnya banyak orang beranggapan kalau orang pertama yang melakukan sekaligus pencetus perayaan maulid nabi adalah penguasa dari dinasti Fatimiyah di Mesir, ini adalah data yang umum digunakan oleh sejarawan dan yang tertulis dalam buku-buku. Tapi sebenarnya ada seseorang yang pertama kali melaksanakan perayaan maulid nabi, beliau adalah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam sendiri, hal ini pernah di singgung oleh Sayyid Muhammad bin Alwi al-Maliki dalam kitabnya Haulul Ihtifal bi Dzikri al-Maulid an-Nabawi al-Syarif.
Dalam kitabnya Sayyid Muhammad menggunakan dalil hadis bahwasanya Rasulullah shalallahu alaihi wasallam merayakan hari lahirnya sendiri dengan berpuasa di hari Senin, hadis tersebut diriwayatkan oleh imam Muslim dalam kitabnya:
وَسُئِلَ عَنْ صَوْمِ يَوْمِ الِاثْنَيْنِ قَالَ ذَاكَ يَوْمٌ وُلِدْتُ فِيهِ وَيَوْمٌ بُعِثْتُ أَوْ أُنْزِلَ عَلَيَّ فِيهِ
” dan beliau ditanya mengenai puasa pada hari Senin, lantas beliau menjawab, “Itu adalah hari dimana aku dilahirkan dan aku diutus (sebagai Rasul) atau pada hari itulah wahyu diturunkan kepadaku.” (H.R. Imam Muslim no. 1977)
Jadi menurut Sayyid Muhammad bukanlah penguasa dari Dinasti Fathimiyah yang melakukan pertama kali perayaan maulid nabi melainkan Nabi Muhammad shalallahu alaihi wasallam sendiri. Beliau memperingati hari lahirnya yaitu hari Senin dengan berpuasa setiap hari itu. Sayyid Muhammad menganggap bahwa yang mengatakan kalau Dinasti Fathimiyah yang pertama kali melaksanakan maulid nabi adalah data yang tidak valid.
Ditulis oleh Nurdiansyah Fikri A, Santri Tebuireng