ilustrasi: perempuan

Oleh: Wannur Laila*

Dalam dekapnya malam yang sunyi, terlihat seorang santri putri tengah duduk memegang  Al-Quran. Dia duduk sambil melafalkan tiap ayat yang telah dihafalnya. Namanya Royya. Dia adalah santri baru yang datang dari pulau Sumatera. Berasal dari keluarga yang awam agama, Royya menjadi salah satu kebanggaan bagi keluarganya.

Ayah dan ibunya adalah orang tua yang tidak terlalu mengajarkan agama kepada dirinya, dan Alhamdulillahnya sang maha kuasa menakdirkan jalan hidupnya, jalan ceritanya menjadi salah satu santri yang insyallah bisa lebih mendekatkan dirinya kepada sang pencipta. Tiap harinya royya selalu mendoakan seluruh keluarganya, terutama orang tuanya.

Orang tua yang telah melahirkan dan menghadirkan dia di dunia yang fana dan hanya sementara, dunia yang menjadi panggung sandiwara untuk mengumpulkan pahala, agar bisa menjadi manusia yang taat atau laknat dalam beragama.

Dalam setiap sujudnya Royya selalu menangis, mendoakan kedua orang tuanya dan kedua adiknya. Adik yang kelak diharapkan akan mengikuti jejaknya. Meskipun takdir kehidupan royya tidak seindah teman teman seperjuangannya, Royya selalu meminta dan berdoa agar kehidupan dirinya dan keluarganya lebih berkah dan bahagia.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Kini Royya menjadi seorang santri, santri yang tinggal di pondok pesantren dalam naungan dan bimbingan kiai dan bu nyainya yang menjadi saksi tangis tawa dan bahagianya. Dalam doanya Royya selalu meminta didekatkan dengan orang baik yang menjaga dan melindungi dirinya.

Meski kedua orang tuanya tidak seagamis orang tua teman temanya, royya selaly bersyukur dan tidak pernah insecure tentang hal ini. dan dia percaya semoga dirinya menjadi salah satu alasan kedua orang tuanya masuk surga.

Royya terdiam, terdengar bunyi jam dari arah masjid pondoknya menandakan jam 12:00 akhirnya Royya bergegas kembali kekamar dan beristirahat.

“Dari mana ya, baru balik.” ucap Vina menyapanya.

“Hehehe iyaa ngaji di pondopo, kok tumben belum tidur Vin?” Tanya Royya.

“Gak bisa tidur aku, pusing banget, mikirin ujian pendapatan, mana gak lancar semua lagi.” Wajah Vina cemberut. Aku balas dengan senyum yang sangat tipis.

“Sama Vin, aku juga bingung mau nderes apa, rasanya pengen nangis banget nggak ada yang lancar. Padahal tiap hari aku nderes loh…” tambah Royya.

“Nanti pas ujian aku mau 3M aja lah, ya…”

“3M, istilah dan konsep apa itu, kok aku baru tau?” Tanya Royya penasaran.

“Hahaha kamu itu mondok udah berapa tahun sih masak gak ngerti 3M, 3M itu maju, mesem, mundur. Jadi yaa aku maju terus kalau udah dikasih pertanyaan aku mesem aja soalnya gak ngerti, terus pasti aku disuruh mundur soalnya nggak bisa jawab.” Terdengar gelak tawa dari keduanya sampai membangunkan satu temannya bernama Salma.

Jam sewelas lo iki, kenek dendo loo awakmu…”

“oh iyoo iyoo sepurane lali…” ucap Vina. Kemudian Vina dan Royya saling tatap dan lanjut tidur di masing-masing Kasur mereka.

*********

Jam menunjukan pukul 2:30 Wib. Royya terbangun dan melihat alarm yang sudah setia menemaninya selama 5 tahun ini. Ia bergegas melangkah kearah jedding untuk mengambil wudhu dan melaksanakan sholat tahajud.

Setelah selesai Royya pun kembali ke kamar dan saat manaiki tangga untuk menuju kamarnya, langkah Royya terhenti saat melihat selembar kertas bertuliskan pengumuman tentang dilaksanakan ujian pendapatan. Tanggal 20 November 2022 dilaksanakan ujian pendapatan hafalan yang Royya hafalkan. Royya terdiam dan berdoa semoga mendapatkan penguji yang baik. Kemudian ia pun kembali melangkah menuju kamarnya dilantai 4.

Setibanya di kamar, “loh kok kamu udah bangun Vin, bukanya tadi aku sama Salma yang bangun.”

“Iyaa aku dibangunin Salma tapi aku ke kamar mandi sebelah.”

“Owalah gitu. Iyaa deh, yuk ke masjid sholat bareng.”

“Iya bentar mau minum dulu mau sahur.”

“Iya deh, eh Vin kamu liat nggak, tanggl 20 kita ujian, asli aku gak siap, mau jawab apa aku ini. takut tau.”

“Halah kamu lo lancar yaa, sok sokan bilang gak lancar.”

“Iya padahal dia paling lancer.” tambah Salma.

“Jujur pas diklat aku gak pernah ngaji blas, jadi semuanya ucol.” tambah Royya.

“Jujur sama, aku juga gak pernah nderes, nah sekarang nderes juz satu aja aku kesusahan banget, padahal tinggal murojaah tapi rasanya kayak ziyadah, pengen nangis.” Ucap Vina dengan wajah yang menyedihkan.

“Iya bener berat banget tau menjaga hafalan, apalagi kita diklat kemaren banyak tugas dan acara, bener-bener jarang ngaji banget.” tambah Salma.

“Iya, udah semoga besok kita semua bisa lancar dan bisaa jawab semua soalnya.” ucap Royya. Kemudian mereka berjalan bersama untuk melaksanakan sholat tahajud bersama.

Keesokan harinya mereka menjalanakan ujian setelah sholat subuh di masjid Pondok Pesantren Nurul Quran. Dan ternyata mereka satu penguji. Royya, Salma dan Vina duduk bersebelahan dan sama-sama saling menyemak setiap hafalan.

Dan tiba-tiba penguji datang dan mereka bertiga pun terkejut yang menguji mereka adalah Ustadzah Safina Raffa El Hanum, ustadzah paling pelit nilai dan terkenal dengan soal-soal yang susah.

Mereka bertiga deg degan dan terdiam. Kemudian ujian pun di mulai dengan nama pertama adalah Vina. Kemudian disusul dengan nama nama santri yang lain. Kemudian Ustadzah Safina terdiam dan kemudian memanggil santri terakhir yaitu Royya.

5 soal diberikan kepada Royya tidak satupun soal terjawab dengan lancer. Royya terdiam dan berderai air mata.

“Gimana? apa yang ada diingataan kamu selama ini kok semuanya gak bisa dijawab.”

“Ngapunten ustadzah salah saya memang tidak nderes selama ini.”

“Gimana udah merasakan murojaah rasa ziyadah, murojaah yang harusnya mengulang hafalan malah seperti kembali menghafal seperti semula?” Royya terdiam dan kembali menangis.

Kemudian ustadzah Safina pun berbicara, “buat semuanya inget, kalau kalian merawat Al Qur’an dengan tetap menjaganya seperti membaca ulang dan tetap nderes Al Quran akan nempel dan bersama dengan kalian, tapi kalau kalian cuekin alquran tidak pernah di pegang dan di deres, alamat semua hafalan kalian akan hilang.

Sia-siakan jadinya kalian mondok lama tapi tidak ada hafalan sama sekali.alquran itu ibarat memegang belut dipegang depan belakang sama tengah goyang, kalau dipegang tengah depan belakang goyang, kalau dipegang belakang depan sama tengah goyang, jadi harus tetep dipegang depan tengah dan belakang apapun itu keadaanya. Biar belut itu gak lepas dari tangan dan pegangan kita.

Nah Al Quran juga seperti itu jadi untuk semuanya tolong dinderes dan dinderes lagi Al Qurannya kalau kalian sampai melupakan ayat yang kalian hafal kalian akan berdosa. Dan inget menjaga Al Quran itu susah, kalau kalian males tanggung sendiri akibatnya. Wassalamualaikum.” Ucap ustadzah Safina.

Semua santri terdiam dan menangis bersama setelah mendengar ucapan ustadzah Safina. Salma, Royya dan Vina berpelukan sembari saling menguatkan. Dalam benak Royya, semoga kedepannya dirinya lebih bisa menjaga dan terus menjaga hafalannya.

Setelah ujian ini dia berjanji akan terus menjaga dan menderes hafalannya. Karena menjaga hafalan lebih susah dari menambah hafalan.

*Santri Walisongo Cukir Jombang.