Mahasiswa Pascasarjana PAI Unhasy Tebuireng. (foto: ist)

Perempuan yang kini menempuh pendidikan tinggi di Pascasarjana Universitas Hasyim Asy’ari (Unhasy) Tebuireng ini memiliki kisah segudang prestasi. Di tengah padatnya rutinitas sebagai pengajar di SD Islam Roushon Fikr Jombang, pengajar kursus Bahasa Arab, dan Madrasah Diniyyah Takmiliyah PP Putri Al-Lathifiyyah 2 Tambakberas Jombang, tidak membuat prestasi seorang Viyanti Malasari redup. Bahkan, dari pengabdianya di berbagai lembaga pendidikan itu, ia berhasil mendapat beasiswa S2 di Universitas Hasyim Asy’ari Tebuireng.

Selain bergelut di dunia pendidikan ia juga seringkali mengikuti beberapa ajang perlombaan, hingga menyabet belasan penghargaan mulai dari tingkat daerah, provinsi, hingga skala Nasional. Seperti juara yang baru-baru ini diraihnya, sebagai juara III dalam ajang lomba Dai tingkat Nasional 2023, yang diselenggarakan oleh Pengurus Cabang Lembaga Da’wah Nahdlatul Ulama’ (PCLDNU) kota Surabaya. Dalam rangka memperingati Hari Santri Nasional 2023.

Baginya, untuk memperoleh juara ini bukanlah hal mudah, bersaing dengan 437 peserta dari berbagai kota di penjuru Indonesia. Dimulai dari seleksi online, dan offline yang begitu ketat, peserta yang masuk dalam kategori 25 besar harus mengikuti karantina di Greensa In Surabaya selama satu minggu yaitu 14 Oktober – 21 Oktober 2023 untuk bisa lolos ke grand final 3 besar.

“Pertama saya mengucapkan syukur Alhamdulillah kepada Allah karena dengan izin-Nya saya diberi kebahagiaan dan kesempatan untuk bisa menjadi salah satu pemenang dalam lomba Da’i tingkat nasional ini,” kata Viyanti.

Walaupun juara ini bukan kali pertamanya, tapi dari perlombaan ini ia mendapati kesan, dan pengalaman yang berbeda dari lomba-lomba sebelumnya. Yah… bagaimana tidak, karena pada ajang perlombaan ini, Viyanti harus jauh dari putri kesayangannya, baby Sherin selama satu minggu untuk karantina di Greensa In Surabaya. Namun ia tetap bersyukur Allah mengganti semua pengorbanannya itu dengan Juara ini.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

“Selain itu, materi yang diberikan selama karantina juga membuat saya lebih tahu tentang eksistensi berdakwah, kita Indonesia memiliki masyarakat yang majemuk, dan kaya akan budayanya maka sudah sepatutnya kita sebagai da’i dari NU melihat hal itu semua sebagai inspirasi untuk memperbarui cara dakwah kita, agar bisa lebih diterima oleh masyarakat,” jelasnya.

Sebelum itu, wanita berhobi sinden ia juga merupakan peserta Grand Finalis (10 besar) Da’i Muda Indonesia pada tahun 2021,  dan pada tahun 2020 ia meraih Juara 3 Pidato Bahasa Indonesia Pesantren Syahamah. Masih ditahun yang sama, ia juga memperoleh Juara 2 MTQ Kabupaten Jombang Cabang Murottal Qiro’ah Sab’ah Remaja.

Kemudian, penghargaan yang tak kalah menariknya yakni, Juara 1 Festival Dalang Bocah Jawa Timur pada  tahun 2008,  Juara 2 Lomba Festival Qosidah Rebana Nasional tahun 2016, Juara 1 Da’iyah Cilik Tingkat Kabupaten Jombang tahun 2018, Juara 2 Lomba Qosidah Rebana se-JawaTimur tahun 2019, dan Juara 3 Da’i Competition UKM Ulin Nuha IAIN Ponorogo tahun 2019.

Berangkat dari pengalaman kali pertama Viyanti raih juara 1 lomba da’I internal sekolah di kelas 3 SMP. Dari situlah terbesit dalam benaknya “oh ternyata aku juga bisa ceramah”. Momen itu membuat Viyanti memiliki keinginan untuk nyantri dan berhijab. Karena sejatinya sejak kecil ia adalah sinden cilik di salah satu sanggar di Mojokerto, sehingga ceramah dan qori’ merupakan hal asing baginya.

Ia mengaku dari pengalamanya disanggar ketika dudul di kelas 2 SD membuatnya semakin mengenal seni, mempunyai pengalaman lomba di Jakarta, Surabaya, Magetan, dan kota kota lainnya menjadikannya semakin mengenal dunia. Itulah mengapa ceramah yang dibawakanya selalu ada sindenan.

Baginya perlombaan merupakan seola keberuntungan. Yang mana ba hanya bisa berdo’a semoga diberikan kelancaran oleh-Nya ketika tampil. “Jika rezeki yah, juara , tapi jika belum rezeki mungkin lain waktu,” begitu keyakinan yang dipegangnya.

Pewarta: Ilvi Mariana