Aulia Rahmah, peraih nilai cum laude Pascasarjana Unhasy Tebuireng.

Mendapatkan nilai cum laude atau yang dikenal dengan nilai banyak pujian tentu menjadi hal yang sangat membahagiakan dan membanggakan. Apalagi nilai pujian ini diraih ditengah-tengah kesibukan bekerja, berorganisasi, atau bahkan mengabdi. Tidak hanya berada di bangku kuliah, namun berbagai aktivitas setiap hari dilakukan, ternyata masih mampu meraih nilai tertinggi di sebuah universitas. Tentunya hal ini sangat keren dan patut diberikan penghargaan, seperti yang telah dilalui oleh Aulia Rahmah.

Alumni Pondok Pesantren Putri Walisongo tersebut merupakan mahasiswa Pascasarjana PAI di Unhasy Tebuireng Jombang. Selain kuliah, kegiatan sehari-hari Aulia adalah mengajar di salah satu lembaga Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Jombang. Selain itu, perempuan kelahiran Jombang ini juga memiliki aktivitas dijajaran Tim Redaksi Majalah Tebuireng dan mengelola komunitas Sekolah Membaca Tebuireng. Tentu dari berbagai macam aktivitasnya, nilai cum laude yang ia terima dari kampus merupakan sebuah anugerah dan pencapaian luar biasa yang bisa kita teladani.

Berikut wawancara yang sempat dilakukan oleh tim tebuireng.online kepada Aulia Rahmah.

Bagaimana perasaan Anda ketika dinobatkan sebagai mahasiswa peraih nilai cum laude?

Sejujurnya saya kaget, karena benar-benar tidak pernah berekspektasi dapat terbaik. Melihat nilai-nilai biasa-biasa saja, tapi ternyata menurut dosen merupakan “sesuatu” yang mungkin pantas diberi nilai baik. Saya belajar di kampus, ya belajar seperti teman-teman lainnya. Belajar saja. Tentunya saya tidak absen, maju bila bagian presentasi, dan berupaya aktif saat diskusi. Intinya adalah belajar dan berusaha untuk memahami materi kuliah saya. Soal nilai? Saya tidak fokus ke sana, tidak terlalu memusingkan berapa nilai saya, namun lebih pada melakukan semaksimal saya bisa dan berusaha yang terbaik versi saya. Soal nilai, itu urusan dosen dan takdir baik saya.

Majalah TebuirengIklan Tebuireng Online

Metode belajar seperti apa yang Anda terapkan?

Sebenarnya tidak ada metode khusus, namun saya biasanya mencoba memaksimalkan belajar ketika di kelas, karena jika sudah pulang ke rumah atau ke pondok akan ada kegiatan lain yang harus saya lakukan juga, jadi mungkin lebih tepatnya bagi-bagi waktu untuk belajar. Baik belajar materi kuliah, materi ngaji, dan pekerjaan lainnya.

Saya tipe orang yang lebih ke visual, memperhatikan dosen saat menerangkan, menulis, dan berbicara dari itulah fokus saya terbangun. Jika saya duduk di belakang, yang jelas saya mungkin akan main HP, atau ngobrol, maka dari itu saya berusaha terbiasa duduk di depan. Dan  belajar tambahannya itu pas mau presentasi dan mau ujian itu. Tapi tidak semua orang seperti ini, maksudnya ini metode belajar saya, namun kita sadari bahwa semua orang punya metode terbaik sesuai masing-masing diri kita.

Apa motivasi Anda sehingga dapat meraih IPK tertinggi?

Dari awal ngalir saja, motivasi saya cuma kuliah harus selesai itu aja. Untuk dapat IPK dan menjadi yang terbaik itu nggak pernah mikir itu sama sekali. Saya juga nggak suka bolos pas di kelas sebisa mungkin saya juga dengerin dosen. Kalau menargetkan diri untuk mendapat IPK tertinggi sama sekali nggak. Jadi motivasinya biar dapat IPK terbaik yah mungkin belajar dan keaktivan kita juga di kampus karena predikat terbaik di kampus itu kayaknya bukan dari skill akademiknya saja yang dinilai, tapi ada beberapa juga seperti sosial dan keaktivan kita di kampus atau di luar kampus (masyarakat) itu kayaknya juga di nilai. Mungkin saya nilai dibidang akademik nggak banyak, tapi ada nilai yang dimasukkan jadi dapat terbaik. Kalau saya mengandalkan nilai akademik, nggak mungkin jadi terbaik soalnya nggak nutut karena nilai saya itu biasa-biasa saja.

Bagaimana kesan selama menempuh pendidikan di Unhasy?

Yang pertama, khususnya di Pascasarjana, karena saya lulus di pasca meskipun dulu saya S1 di Unhasy cuma yang saya fokuskan sekarang di pasca, dosennya keren meskipun kita sekolah swasta dan di pesantren yang tidak bisa dibandingkan dengan kampus-kampus negeri seperti UIN, UI, dan UB. Kita juga punya kelebihan sendiri yang juga tidak bisa dibandingkan dengan kampus lain.

Ada nilai plusnya karena jelas dosen kita semua di pasca itu rata-rata kebanyakan para kiai seperti Dr. KH. Muata’in Syafi’ie, Prof. Dr. H. Ahmad Zahro, MA, jadi kebanyakan para kiai yang doktor. Jadi kita belajar sekaligus juga nyantri mekipun nggak tinggal di pondok tapi kalau belajar di Unhasy itu merasa nyantri karena gurunya para kiai dan jelas agamanya juga yang diunggulkan karena  membawa namanya Tebuireng.

Yang kedua lingkungan. Karena lingkungan pesantren jadi bisa dikontrol mau macem-macem itu malu karena bawa nama Pesantren Tebuireng, mekipun kita mahasiswa dibebaskan ngapain aja mengeksplor apa aja tapi kita punya batasan membawa nama besar Tebuireng.

Yang ketiga tawadlu’, benar-benar nilai yang besar maksudnya kita nggak pintar itu nggak masalah yang penting itu tawadlu’ sama dosen bukan berarti nggak pintar nggak mau berusaha. Tetap belajar, tetap mengembangkan diri meskipun nggak pintar dalam akademik kita kembangkan dalam skill tapi mau akademik bagus mau skill bagus tetep yang utama tawadlu’ kepada dosen atau siapapun yang menjadi orang tua di kampus.  Tidak hanya dosen, TU juga karena beliau juga mengurusi kebutuhan kita selama ada di kampus mengenai administrasi dll.

Apa pesan Anda yang ingin disampaikan kepada seluruh mahasiswa khususnya mahasiswa Unhasy yang masih berjuang di kampus?

Kalau memang kamu bukan orang yang suka belajar, kalau udah balik ke rumah dan balik ke pondok maksimalkan belajar di kampus khususnya di kelas, jangan HP-an maksimalkan dengerin dosen, usahakan ke luar dari kelas itu ada pelajaran yang nyantol karena itu membantu ketika kita UAS dan UTS. Kalau kamu termasuk orang yang suka belajar ya bagus, tetap maksimalkan di kelas dan begitu pun di luar kelas tetap belajar, kalau karena tidak fokus di kelas karena rame, ya temukan dan buat cara bagaimana kamu bisa fokus, seperti saya tadi fokusnya ketika duduk di depan, yah kamu duduk di depan tapi jika kamu nggak berani terus kamu duduk di belakang, yah sama saja kamu tidak menyelesaikan masalahmu yang sebenarnya ada solusinya dan kamu tidak mau ngelakuin itu. Jadi maksimalkan ketika di kelas.

Jangan lupa untuk membaca. Membaca buku sebagai referensi pendukung ketika presentasi usahakan benar-benar menguasai materi, agar kalau ada pertanyaan dari teman-teman bisa jawab walaupun kita tidak bisa menjawab nanti bisa dibantu sama dosen tapi itu akan menjadi nilai dan point tambahan ketika kamu benar-benar bisa menjawab pertanyaan dari temanmu tanpa bingung, meskipun semua pertanyaan ada yang tidak bisa kita jawab tapi paling nggak bisa nawar untuk mejawab jadi kuncinya membaca.

Kembangkan diri, artinya kembangkan diri tapi tidak hanya di kampus juga di luar kampus sesuai dengan fashion dan bakat kalian atau sesuai dengan keahlian kalian mau keahliannya jadi interpreniur, presenter atau apa yang penting ada skill yang bisa kalian tawarkan. Jadi kalau ada dosen yang melihat kamu  tidak hanya melihat sebagai mahasiswa pasca saja, tapi selain mahasiswa kamu juga jadi guru, wartawan atau penulis.

Ada sisi lain yang bisa dilihat sebagai nilai tambahan ketika kita di kampus. Jadi dosen juga mengenal kita tidak hanya sebagai mahasiswa saja yang ada di kelas tapi juga sebagai mahasiswa yang punya skill baik di public speaking, MC dan pidato dll. Usahakan itu tereksplor di kampus artinya orang kampus tahu dan itu juga akan dilihat sama dosen sebagai nilai lebih dari kita karena dan mungkin predikat terbaik.

Biodata

Nama:         Aulia Rahmah
Tetala:         Jombang, 20 Juni 1995
Pendidikan:  S1 PAI Unhasy
                   S2 PAI Unhasy
Organisasi:  Pengembangan SDM Majalah Tebuireng
Pekerjaan:   Guru di SMP Islam Roushon Fikr  

(Pewarta: Qurratul Adawiyah)